Categories
Edukasi

Dies Natalis ke-10, Matana University Luluskan 117 Wisudawan

Jakarta – Universitas Matana menyelenggarakan wisuda ke-6 sekaligus merayakan hari jadinya yang ke-10 dengan mengusung tema “Impacting Change through Inspiring Innovation”. Wisuda tersebut menghadirkan total 117 wisudawan.

Sebanyak 117 lulusan dari 9 program gelar berhasil memperoleh gelar akademik. Hal ini dianggap sebagai keberhasilan dalam pendidikan tinggi. Sembilan lulusan terbaik dari masing-masing program juga menerima penghargaan atas prestasi akademik mereka yang luar biasa.

Baca Juga: 2 Wisudawan Unpad Kibarkan Bendera Palestina Saat Wisuda Apa Tanggapan Universitas?

Mereka adalah Clara Della Evania dari Program Studi Statistika dengan IPK 3,94, Wilson Soetanto dari Program Studi Fisika dengan IPK 3,93, dan Mudita Juliana dari Program Studi Perhotelan dan Pariwisata dengan IPK 3,93.

Kemudian Jose Ryu Leonesta dari Program Studi Teknik Informatika dengan IPK 3,92, Leticia Janet dari Program Studi Manajemen dengan IPK 3,88, Sara Monica Tarigan dari Program Studi Akuntansi dengan IPK 3,86 dan Vivian Dea Wibowo juga dari Arsitektur. program studi dengan IPK 3,86

Berikutnya, Virgienia Matthew Theresia dari prodi DKV dengan IPK 3,78 dan Vincent Dennis Christian dari prodi Sistem Informasi dengan IPK 3,69.

Selain itu, Clara Della Evania dari program Studi Statistika dengan IPK 3,94 dinobatkan sebagai lulusan terbaik universitas tersebut. Ia dinobatkan sebagai simbol prestasi luar biasa selama menempuh studi di Universitas Matana.

Rektor Universitas Matana, Dr. Melitina Tecoalu, dalam pidato pembukaannya menyampaikan pesan penting. Perubahan teknologi yang memunculkan kecerdasan buatan (AI) juga membawa “kenyamanan” di seluruh aspek kehidupan.

Namun ketika memasuki dunia akademis, menurutnya hal itu harus dimanfaatkan secara bertanggung jawab.

“Hal ini sejalan dengan nilai-nilai budaya Universitas Matana yaitu kejujuran, kepedulian dan rasa hormat yang tertanam dalam kebiasaan bekerja dan belajar seluruh sivitas akademika,” ujarnya dalam jumpa pers, Minggu (24/11/2024).

Lulusan diingatkan untuk berinovasi. Selalu menghadapi tantangan dunia kerja yang semakin kompleks dan dinamis, Universitas Matana percaya bahwa inovasi maju dengan basis pengetahuan yang kuat. Keterampilan yang dipraktikkan secara terus menerus DAN semangat untuk menciptakan perubahan akan memberikan dampak yang luar biasa bagi masyarakat luas.

Dalam rangka perayaan Diesnya yang ke-10, Universitas Matana juga menyoroti capaian-capaian utama selama sepuluh tahun berdirinya kampus tersebut. baik dari segi sertifikasi, kualitas pengajaran serta kontribusinya terhadap masyarakat dan pendidikan Indonesia.

Categories
Edukasi

Kenalkan Imam, Mahasiswa Berprestasi Asal Batam Wisudawan Terbaik UIN Walisongo

SEMARANG – Imam Adlani berdiri tegap dan bersemangat di depan panggung. Baru-baru ini ia dinobatkan sebagai wisudawan terbaik dalam Wisuda Sarjana ke-92 UIN Walisongo Semarang. Gelar yang disandangnya ini bukan suatu kebetulan karena Imam merupakan anggota Duta Kampus Walisongo (WCA), sebuah perkumpulan yang berada di bawah naungan Divisi Kemahasiswaan, Pendidikan dan Hubungan Masyarakat.

Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang selenggarakan Upacara Doktor (S.3) ke-35, Upacara Magister ke-59 (S.2) dan Wisuda ke-92 (S.1) di Aula Kampus 3, Sabtu (8/6/2024 ). Sekitar 515 siswa mengikuti kegiatan ini.

Pembimbing UIN Walisongo Semarang, Prof. Dr. Nizar, M.Ag. Dalam sambutannya beliau menyampaikan bahwa lulusan UIN Walisongo dibekali berbagai ilmu dan keterampilan untuk mempersiapkan diri menghadapi tantangan dunia.

“Kalian semua [lulusan] tidak hanya dibekali dengan ilmu dan keterampilan, namun juga memiliki keuletan dan fleksibilitas dalam mengikuti gelombang perubahan. “Semuanya adalah agen utama perubahan yang siap menghadapi tantangan apa pun yang muncul di masa depan,” kata Rektor dalam keterangan resminya, Sabtu (06/08/2024).

Imam Adlani yang merupakan mahasiswi Batam membawa mimpi dan harapan. Ia mampu cepat beradaptasi dengan lingkungan baru dan menyerap segala ilmu yang diajarkan para instruktur.

“Pengalaman kuliah di UIN Walisongo Semarang merupakan pengalaman yang tidak terlupakan bagi saya. Motivasi yang kuat mendorong saya untuk beradaptasi dan mempersiapkan diri dengan baik agar dapat mengikuti perkuliahan dengan baik,” kata Imam.

Semasa kuliah, Imam tidak hanya fokus pada bidang akademik. Beliau aktif mengikuti berbagai kompetisi dan meraih berbagai prestasi seperti Juara 3 Film Pendek PESONA 1 UIN Bandung, Juara 3 Kompetisi Business Plan PINTIDAR 2023 di Universitas Tidar, Outstanding Chairman NSLSM UI Green Metric 2023 di Unpad, Juara 2 pada JACSEN Business Plan Competition 2024 di Universitas Jambi, serta Juara 2 Business Plan Competition UIN Jakarta 2024.

Tak hanya itu, Imam juga menjadi anggota KKN Internasional Vietnam tahun 2023 yang memberikan pengalaman berharga dan memperluas wawasan internasionalnya.

Selain unggul dalam kompetisi, Imam juga bekerja di berbagai organisasi dan praktik. Beliau pernah menjabat sebagai Ketua PH Walisongo TV dan pernah terlibat di Departemen Jurnalistik HMJ KPI dan Departemen Humas KORDASI. Pengalaman akademisnya meliputi berbagai bidang, mulai dari PT Regional Public Relations. KAI di Dinas Keamanan Pangan Kota Semarang.

“Di UIN Walisongo Semarang, saya mendengar pengajaran yang luar biasa dari para dosen yang tidak hanya mengajarkan teori tetapi juga memberikan ilmu melalui pengalaman hidupnya. Selain itu, saya banyak mendapat kesempatan mengikuti kompetisi di luar kampus dan mendapatkan beasiswa penuh selama 8 semester”, kata Imam penuh apresiasi.

Imam sangat berterima kasih kepada dosen pembimbing dan guru yang selalu meluangkan waktu untuk membimbingnya sehingga ia dapat lulus tepat waktu dan meraih kehormatan menjadi mahasiswa berprestasi. Pengalaman tersebut, menurut Imam, merupakan perpaduan kerja keras, dukungan dan kesempatan yang diberikan UIN Walisongo.

Categories
Edukasi

Anak Tukang Bubur Ini Lulus Cum Laude di ITB, Penuhi Janji ke Mendiang Ibu

JAKARTA – Begitulah kisah Melly Puspita, putri seorang tukang semprot yang lulus dengan predikat cumlaude dari program studi Teknik Metalurgi ITB. Melly memperoleh IPK 3,6.

Melly patut berbangga karena berhasil lulus dari salah satu kampus terbaik tanah air dengan IPK 3,6 dalam waktu 3,5 tahun. Prestasi tersebut menempatkannya sebagai salah satu mahasiswa terbaik dan mendapat predikat cumlaude.

Baca Juga: Ingin Dapat IPK Cumlaude, Magna Cumlaude dan Summa Cumlaude? Ini adalah nilai minimum

Tiba-tiba, saat namanya diumumkan di ruang sidang skripsi sebagai mahasiswa yang lulus dengan nilai A dan Cum Laude, Melly tak kuasa menahan tangisnya.

Kepala sekolahnya, Imam Santoso yang sangat bangga dengan murid-muridnya, mengunggah momen bahagia Melly di akun Instagram miliknya.

“Melly menangis, tidak bisa berkata-kata, menunggu salah satu momen terpenting dalam hidupnya.” Demikian caption yang ditulis Imam Santoso saat membagikan momen bahagia tersebut.

Baca Juga: Kisah Radit, Seorang Buta yang Lulus Cum Laude Sastra Arab UI

Melly “Optimasi sel surya perovskit berbasis metilamonium timbal iodida (MAPbI3) menggunakan oksida timah sebagai lapisan transpor elektron” atau sel surya perovskit tipe MAPbI3 menggunakan oksida timah sebagai lapisan transpor elektron.

Tepati janji pada mendiang ibumu

Adik bungsunya mengaku tak bisa menahan haru karena akhirnya memenuhi janjinya kepada orang tuanya dan berhasil mendapatkan gelar sarjana dari Institut Teknologi Bandung (ITB).

Terutama janjinya kepada ibunya yang sudah meninggal. Ibu Oey Erni tamat SD.

Baca Juga: Profil Ega Ayu, Juara KIP Kuliah, Lulus UNY Cum Laude

“Saya sangat senang akhirnya bisa menyelesaikan perjuangan kuliah dan pekerjaan terakhir saya dengan hasil yang sangat baik,” kata Puslapdi di lamannya, Minggu (17/3/2024).

Terlahir dari keluarga sederhana, ayah Melly Tan Si Eng hanya mampu mengenyam bangku sekolah dasar. Tan Si Eng bekerja sebagai penjual bubur ayam dari rumahnya di Jalan Pagarsih, Kota Bandung, Jawa Barat.

Namun kondisi lockdown akibat bencana Covid-19 2019-2021 membuat penjualan bubur ayam terhenti. Pasca pandemi, ayahnya berhenti berjualan bubur ayam dan memilih bekerja serabutan sebagai pengecat rumah.

Kedua orang tuanya, meski berpendidikan rendah, sangat menyadari bahwa pendidikan sangat penting dan menjadi kunci utama kesuksesan.