Categories
Sains

Mikroba Berusia Miliaran Tahun Ditemukan di dalam Batu

CAFE TOWN – Sekelompok ilmuwan telah menemukan mikroba tertua yang masih hidup di dalam batu berusia dua miliar tahun yang terkubur hampir 50 kaki di bawah tanah.

BACA JUGA – Akibat Perubahan Iklim, Mikroba Mematikan Melepaskan ke Alam

Seperti yang dilaporkan Rideapart, penemuan ini menunjukkan bahwa celah-celah batu yang tersegel adalah tempat kehidupan tertua yang diketahui dalam kondisi seperti itu.

Spesimen seukuran kaki ini ditemukan di bawah Kompleks Beku Bosveld di Afrika Selatan dan berusia 1,9 miliar tahun lebih tua dari pemegang rekor mikroba sebelumnya.

Sebuah tim dari Departemen Ilmu Bumi dan Planet di Universitas Tokyo membuat penemuan ini dan mempublikasikan hasilnya pada 2 Oktober di jurnal Microbial Ecology.

Tim yang sama juga mengkonfirmasi bentuk kehidupan tertua yang diketahui pada awal tahun 2020.

“Kami tidak tahu apakah batuan berumur 2 miliar tahun itu bisa dihuni…jadi ini adalah penemuan yang sangat menarik,” kata Yohey Suzuki, penulis utama studi dan profesor di Sekolah Pascasarjana Universitas Tokyo. . Sains, dalam siaran pers.

Para peneliti menggunakan metodologi sebelumnya untuk menentukan usia dan asal usul suatu organisme dan memperluasnya untuk menemukan mikroba yang tidak diketahui.

Mereka harus mencari tahu apakah kehidupan mikroba yang ditemukan benar-benar setua yang diperkirakan, atau apakah mikroba tersebut terkontaminasi selama penggalian dan analisis.

Untuk melakukan hal ini, mereka menggabungkan tiga jenis pendekatan pencitraan: mikroskop elektron, mikroskop fluoresensi, dan spektroskopi inframerah.

Categories
Lifestyle

Epidemiolog Imbau Waspadai Virus B Meski Kasus Sedikit dan Potensinya Kecil

JAKARTA – Kemunculan kembali virus B atau dikenal dengan sebutan herpes tipe B di Hong Kong menarik perhatian dunia. Pasalnya virus ini tergolong sangat langka.

Infeksi virus B dapat terjadi melalui cakaran atau gigitan kera. Alternatifnya, kontak langsung dengan cairan tubuh monyet Macaca dapat menyebabkan infeksi virus B.

Setelah melihat temuan ini, ahli patologi Universitas Griffith Dr. Dickie Bodiman menjelaskan, peluang penularan virus B antar manusia sangat kecil, hal ini dimungkinkan jika terjadi kontak dekat dengan cairan tubuh penderita.

Sejauh ini peluang penularan virus B dari manusia ke manusia masih kecil, meski memungkinkan. “Tetapi tentunya harus ada kontak dekat dengan cairan tubuh pasien,” kata dr. Dicky Bodiman dari MNC Portal Indonesia, baru-baru ini.

Tidak hanya itu saja, Dr. Dickie Bodiman juga menegaskan potensi penularan virus B di Indonesia sangat rendah. Pasalnya, kera yang menjadi sumber penularan virus ini hidup di negara subtropis.

Meski demikian, ia tetap mengimbau masyarakat Indonesia untuk mewaspadai penularan tersebut. Sebab tidak menutup kemungkinan aliran orang tertular dari luar negeri masuk ke Indonesia.

Oleh karena itu, Dr. Dicky Bodiman berpesan kepada masyarakat Indonesia untuk tidak bersentuhan langsung dengan hewan saat mengunjungi alam atau kebun binatang.

“Apalagi saat sedang berlibur, bermain di alam liar atau kebun binatang, jangan sampai bersentuhan dengan satwa, apalagi monyet. “Mereka berpotensi membawa virus dan penyakit menular,” ujarnya.

Lebih lanjut dari Dr. Dickey mengungkapkan sejumlah penyakit yang harus diwaspadai saat Lebaran 2024, yaitu influenza, penyebaran Covid-19, dan flu Singapura yang terutama menyerang anak-anak.

Di musim lebaran kali ini, kita harus lebih mewaspadai penyakit flu, termasuk infeksi Covid-19, dan penyakit menular lainnya yang menular melalui kontak dekat seperti penyakit tangan, kaki, dan mulut yang dikenal dengan flu Singapura. .” kata Dr Dickie Bodiman.