Categories
Kesehatan

Imunisasi Dewasa Penting Bagi Lansia, Ini 3 Vaksin yang Dianjurkan

bachkim24h.com, Jakarta – Samsuridjal Djauzi SpPD KAI, Penasihat Satgas Imunisasi Dewasa PAPDI menjelaskan, ada tiga vaksin yang sangat penting bagi lansia (lansia).

Berbicara pada acara Indonesia Vaccine Forum 2024 di Jakarta, Rabu, 15 Mei 2024, Samsuridjal mengatakan, “Ada beberapa vaksinasi yang perlu dilanjutkan (di usia dewasa), yaitu influenza, pneumonia, dan khusus lansia, cacar ular atau cacar air vaksinasi herpes zoster.

Vaksinasi ini penting karena risiko penyakit meningkat seiring bertambahnya usia. Namun, vaksin flu dan pneumonia sebaiknya diberikan pada usia dini dan diulang pada waktu yang berbeda sepanjang masa dewasa, bergantung pada jenis vaksin yang digunakan.

Vaksin herpes zoster merupakan vaksin jenis baru dalam program pemerintah. Vaksin ini dapat diberikan mulai usia 18 tahun jika daya tahan tubuh seseorang melemah, namun umumnya direkomendasikan untuk orang lanjut usia.

Menurut Kementerian Kesehatan RI, pneumonia merupakan infeksi yang menyerang alveoli salah satu atau kedua paru-paru. Kantung udara ini dapat terisi cairan atau nanah dan menyebabkan keluarnya dahak atau nanah, demam, menggigil, dan kesulitan bernapas.

Penyakit ini disebabkan oleh berbagai organisme, termasuk bakteri, virus, dan jamur, dan dapat menyebabkan pneumonia.

Pneumonia biasanya sering terjadi pada bayi atau anak kecil. Namun kenyataannya, orang lanjut usia dikatakan memiliki lebih banyak kematian akibat pneumonia: “Pneumonia sangat umum terjadi pada anak-anak, namun angka kematian akibat pneumonia lebih tinggi pada orang lanjut usia dibandingkan anak-anak.”

Pentingnya vaksinasi pneumonia yang berkelanjutan bagi orang dewasa bahkan lansia tidak hanya terbatas pada anak-anak saja.

Samsuridjal menjelaskan, penyakit herpes zoster atau yang biasa disebut dengan herpes zoster atau herpes zoster merupakan penyakit infeksi varicella atau varicella yang bersifat dorman namun aktif kembali karena satu atau dua sebab. 

Penyakit ini menimbulkan rasa sakit yang cukup tak tertahankan. Bahkan, tidak jarang pasien masih merasakan sisa nyeri bahkan setelah sembuh. Hal ini berdampak pada kualitas hidup lansia.

“Di negara kita, lebih mudah tertular herpes zoster dibandingkan di negara maju, yang sebagian besar penduduknya berusia 60an. Kita sudah punya kasus herpes zoster pada orang di bawah 50 tahun,” kata Samsuridjal.

Oleh karena itu, vaksinasi penyakit ini dapat dilakukan pada usia dewasa muda bagi masyarakat di bawah 50 tahun dan daya tahan tubuh lemah. 

Samsuridjal juga mencatat bahwa orang dengan penyakit kronis lebih mungkin terkena herpes zoster. 

Categories
Kesehatan

Jaga Anak dari Kanker Serviks, Kemenkes RI Berikan Imunisasi HPV Cuma-Cuma

bachkim24h.com, Jakarta – Kanker serviks bisa dicegah dengan vaksinasi HPV. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), lebih dari 103 juta perempuan di Indonesia yang berusia di atas 15 tahun berisiko terkena kanker serviks.

Sekitar 36.000 wanita menderita kanker serviks setiap tahunnya, 70% di antaranya berada pada stadium lanjut. Angka kematian akibat kanker serviks mencapai sekitar 21.000 pada tahun 2020.

Berdasarkan data Globokan tahun 2021, jumlah penderita kanker serviks di Indonesia sebanyak 36.633 jiwa dan angka kematian semakin meningkat. Untuk melindungi kesehatan masa depan anak perempuan Indonesia, diperlukan vaksinasi HPV secara luas.

“Vaksin HPV ini gratis dan sangat penting untuk melindungi anak perempuan dari kanker serviks. Angka kematian akibat kanker ini mencapai 50% karena keterlambatan diagnosis,” kata Direktur Pengendalian Pencegahan (P2P) Kementerian Kesehatan RI. .Maxi Rein Rondonuwu D.H.S.M MARS, Sehat Negerik dikutip Jumat 9 Februari 2024.

Menurut Maxi, vaksinasi merupakan salah satu cara pencegahan yang ekonomis. Biaya pengobatan kanker serviks sangatlah mahal. “Tolong beritahu masyarakat Anda, terutama mereka yang memiliki anak perempuan berusia 11 dan 12 tahun, untuk memanfaatkan program pemerintah ini,” tambahnya. Kementerian Kesehatan Indonesia menambah tiga vaksin baru

Kementerian Kesehatan Indonesia terus meningkatkan layanan medis di tingkat akar rumput untuk melindungi masyarakat dari penyakit. Salah satu langkah utama dalam upaya ini adalah dengan menambah jumlah jenis vaksin dalam program imunisasi anak dari 11 menjadi 14. Perluasan ini menambahkan tiga jenis vaksin baru: Vaksin human papillomavirus (HPV) untuk pencegahan kanker Vaksin konjugasi (PCV) untuk mencegah pneumonia pneumokokus dan vaksin rotavirus (RV) untuk mencegah diare.

Selain itu, Kementerian Kesehatan RI juga memberikan vaksin polio dosis kedua dalam bentuk suntikan atau IPV2 untuk memperkuat perlindungan terhadap polio, lanjut Maxi.

Dengan tambahan itu, imunisasi rutin anak kini mencakup 14 vaksin, antara lain BCG untuk tuberkulosis (TB), difteri, tetanus, pertusis, hepatitis B, dan DPT-Hib untuk Haemophilus influenzae tipe b.

Selain mencegah kanker serviks, vaksinasi HPV juga melindungi terhadap jenis kanker lainnya. Sementara itu, vaksinasi PCV dan RV bertujuan untuk memerangi pneumonia dan diare, yang merupakan dua dari lima penyebab utama kematian anak balita di Indonesia, yang dapat dicegah melalui vaksinasi.

Penggunaan IPV2 juga telah meningkatkan perlindungan terhadap polio, sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan vaksinasi polio rutin menjadi enam dosis. Jadwal vaksinasi polio lengkap meliputi imunisasi intravena (OPV) pada usia 1, 2, 3, dan 4 bulan, serta imunisasi polio (IPV) pada usia 4 dan 9 bulan.

Semua upaya ini bertujuan untuk meningkatkan layanan kesehatan bagi anak-anak Indonesia dan mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) kembali melakukan kerja sama dalam Perjanjian Bantuan Hibah dan Program Kerja Bersama WHO biennium 2024-2025. Perjanjian kerja sama tersebut ditandatangani di ruang konferensi guru besar oleh Dr. N. Paraniesaran, Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan RI, Kunta Wibawa Dasa Nugraha, dan World Health Organization (WHO) Indonesia. bangunan. Rabu, 7 Februari 2024, Sujudi Lantai 3.

Sebelumnya, pada tahun 2022, Kementerian Kesehatan RI dan WHO Indonesia mengumumkan bahwa Kementerian Kesehatan dan WHO Indonesia akan mendukung upaya kesehatan melalui perjanjian bantuan hibah selama dua tahun dan rencana kerja bersama WHO untuk tahun 2023-2024, bersamaan dengan itu. dengan Pertemuan Menteri Kesehatan ASEAN atau AHMM-a ke-15. Mereka sepakat untuk bekerja sama di bidang tersebut. , di Bali.

Penandatanganan Perjanjian Hibah dan Rencana Kerja Bersama Organisasi Kesehatan Dunia untuk dua tahunan 2024-2025. Hal ini bertujuan untuk mendukung implementasi Program Kerja Umum Organisasi Kesehatan Dunia ke-13, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, dan Pilar Transformasi Kementerian Kesehatan RI.

Dikutip dari Sehat Negerik pada Kamis 8 Februari 2024, melalui Program Kerja Bersama RI-WHO Indonesia (Kementerian Kesehatan), kegiatan di atas akan dilaksanakan untuk mendukung anggaran program WHO tahun 2024-2025 .

Kolaborasi kami dengan WHO berfokus pada kegiatan strategis untuk melaksanakan pilar transformasi di bidang kesehatan dengan akuntabilitas yang tepat. Salah satu kegiatan strategisnya adalah dengan melakukan kajian implementasi sebagaimana arahan Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin.

Kajian implementasi ini akan dikoordinasikan oleh Badan Kebijakan Kesehatan dan Pembangunan (HDPK) dan kami menantikan koordinasi intensif antara WHO dan BKPK dalam melaksanakan kajian implementasi sebagai bagian dari rencana kerja bersama tahun 2024-2025.

Categories
Kesehatan

[Kolom Pakar] Prof Tjandra Yoga Aditama: Efek Samping Vaksin COVID-19 Buatan AstraZeneca

bachkim24h.com, Jakarta – Terkait maraknya pemberitaan mengenai hasil negatif AstraZeneca yang beredar saat ini, hal tersebut sempat dibicarakan pada tahun 2021, saat kebijakan ini akan diterapkan.

European Medicine Agency (EMA), misalnya, menerbitkan dokumen pada 7 April 2021 berjudul ‘Vaksin COVID-19 AstraZeneca: EMA menemukan kemungkinan kaitannya dengan kasus pembekuan darah abnormal dengan trombosit rendah yang sangat jarang terjadi’.

Dalam kesimpulannya, mereka mengatakan, “COVID-19 dikaitkan dengan peningkatan risiko rawat inap dan kematian. Kombinasi pembekuan darah dan trombosit yang rendah yang dilaporkan sangat jarang terjadi, dan manfaat vaksin secara keseluruhan dalam mencegah COVID-19 lebih besar daripada risikonya. efek samping.”

Sementara itu, pada 19 Maret 2021, WHO juga merilis dokumen bertajuk ‘Statement of the WHO Global Advisory Committee on Vaccine Safety (GACVS) subkomite COVID-19 tentang fitur keselamatan terkait vaksin AstraZeneca COVID-19.

Kesimpulan WHO dalam dokumen tersebut juga menyatakan bahwa vaksin COVID-19 AstraZeneca tetap memiliki profil risiko-manfaat yang baik, dengan potensi luar biasa dalam mencegah penyakit dan mengurangi angka kematian di seluruh dunia.

Kemudian, WHO juga mengatakan: “Subkomite GACVS merekomendasikan agar negara-negara terus memantau keamanan semua vaksin terhadap COVID-19 dan mendorong pelaporan dugaan efek samping.”

 

Rekomendasi WHO mengenai vaksin COVID-19 berlaku untuk semua negara dan Kementerian Kesehatan RI sedang mengkajinya mulai tahun 2021.

Meski beberapa negara seperti Swedia, Jerman, Prancis, Spanyol, Denmark, dan Belanda berhenti menggunakan vaksin COVID-19 AstraZeneca pada tahun 2021, banyak negara lain, termasuk Indonesia, yang tetap menggunakan vaksin tersebut sebagai alat pencegahan COVID-19.

Efek samping vaksin COVID-19 AstraZeneca bukanlah hal baru, dan sudah diketahui sejak tahun 2021 atau 3 tahun lalu.

Namun, manfaat vaksinasi dalam melindungi masyarakat dari COVID-19 pada saat itu jauh melebihi potensi efek sampingnya, dan kejadian efek samping tersebut sangat jarang terjadi.

Prof. Tjandra Yoga Aditama

Direktur Pascasarjana Universitas YARSI / Guru Besar FKUI

Categories
Kesehatan

Demam Berdarah Dengue Mengganas, Kemenkes RI Gelar International Arbovirus Summit 2024

bachkim24h.com, Jakarta – International Arbovirus Summit 2024 resmi digelar di Kura-Kura Bali. Konferensi ini diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Brazil serta didukung oleh PT Takeda Innovative Medicine.

Acara ini bertujuan untuk mengatasi meningkatnya penyakit virus yang ditularkan oleh nyamuk di seluruh dunia, khususnya infeksi demam berdarah, yang baru-baru ini melonjak di Amerika Selatan, Asia Tenggara, dan Timur Tengah.

Acara yang diadakan di Akademi GISAID di kampus United in Diversity (UID) di Bali ini, akan mempromosikan strategi pengendalian arbovirus, mengeksplorasi perkembangan vaksin terkini, dan mengevaluasi kemanjuran vaksin . Intervensi dan evolusi virus.

Nikki Kitty, Ph.D. Direktur Kebijakan Vaksin di Takeda Pharmaceuticals International Dia menekankan bahwa dia sedang berupaya melawannya

“Demam berdarah dengue menimbulkan beban yang signifikan bagi keluarga, sistem kesehatan, dan perekonomian. Mengingat demam berdarah dapat menginfeksi siapa saja tanpa diskriminasi, maka penanggulangan demam berdarah memerlukan pendekatan terpadu dan “Kita memerlukan kemitraan yang kuat lebih dari itu,” ujarnya.

Oleh karena itu, Takeda dengan senang hati berkontribusi pada KTT Arbovirus Internasional 2024 dan membantu pemerintah dalam mengembangkan strategi untuk mengendalikan penyakit arbovirus, termasuk demam berdarah.

Melalui inisiatif ini, Takeda berharap apa yang dilakukannya akan membuka jalan menuju pencapaian tujuan WHO yaitu “nol kematian akibat demam berdarah” pada tahun 2030.

Sementara itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan partai politik yang berbeda harus menyusun strategi untuk mengatasi masalah arbovirus dan lebih terbuka terhadap pendekatan yang mungkin dilakukan.

“KTT Arbovirus Internasional yang akan diselenggarakan di Indonesia pada tahun 2024 merupakan implementasi kerja sama internasional untuk membantu negara-negara meningkatkan kesiapsiagaan, pencegahan dan respons terhadap arbovirus lima hal,” ujarnya.​

Pertama, mengedukasi dan melatih masyarakat tentang cara menghindari penyakit menular. Melalui pendidikan dan pemahaman yang memadai, masyarakat kita akan mengetahui apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari untuk mencegah infeksi lebih lanjut.

Yang kedua, namun juga penting, adalah vektor kendali. Yang ketiga adalah pengawasan atau monitoring yang kuat. Yang keempat adalah vaksinnya, dan yang kelima adalah pengobatannya, atau obatnya jika Anda terinfeksi.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, hingga minggu ke-14 April 2024 saja, jumlah kasus demam berdarah yang tercatat di Indonesia mencapai 60.296 kasus dengan kematian sebanyak 455 orang.

Jumlah ini meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan minggu ke-17 tahun sebelumnya (2023), dengan 28.579 infeksi dan 209 kematian.

Sementara itu, dokter spesialis anak Universitas Gadjah Mada (UGM) dr Aida Safitri Laxanawati mengatakan, vaksinasi untuk mencegah demam berdarah bisa menjadi salah satu solusi untuk memberikan perlindungan yang lebih komprehensif bagi keluarga Indonesia.

“Vaksin demam berdarah telah tersedia di Indonesia sejak tahun 2016. Vaksin yang tersedia di Indonesia dapat diberikan pada kelompok usia 6 hingga 45 tahun. “Kami memiliki hasil yang menunjukkan profil efikasi dan keamanan pada kelompok usia tersebut,” ujarnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Komite IX DPR RI Emmanuel Melquiades Laca Lena mengatakan, pemerintah berperan penting dalam membentuk pendekatan Indonesia dalam penerapan vaksin dan strategi kesehatan masyarakat, terutama dalam mengatasi tantangan seperti demam berdarah bermain.

Menurut saya, sangat penting untuk memprioritaskan vaksin berdasarkan kebutuhan kesehatan masyarakat, beban penyakit, dan sumber daya yang tersedia. Indonesia memiliki program imunisasi nasional, ujarnya.

Sementara itu, keputusan apakah akan memasukkan vaksin baru ke dalam program imunisasi nasional harus didasarkan pada bukti ilmiah, analisis efektivitas biaya, dan konsultasi dengan pemangku kepentingan terkait.

Agar vaksin menjadi lebih efektif, penting untuk menargetkan kelompok berisiko tinggi dan wilayah dimana penyakit ini lazim.

“Penting juga untuk melibatkan masyarakat secara efektif. Pengawasan dan pengawasan pasca vaksinasi dapat membantu menilai efektivitas vaksin, memantau efek samping, dan memantau tren penyakit untuk mengatasi masalah dengan cepat.” “Penggunaan teknologi inovatif seperti Wolbachia, dikombinasikan dengan vaksinasi dan langkah-langkah pengendalian vektor, juga penting,” katanya.

Ia melanjutkan bahwa sebagai anggota Kongres, ia mengawasi program-program tersebut untuk memastikan program tersebut transparan, efisien, dan demi kepentingan kesehatan masyarakat.

Melibatkan pemangku kepentingan dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan mendorong kolaborasi dan memberdayakan masyarakat untuk mengambil langkah proaktif dalam memerangi demam berdarah.

Categories
Lifestyle

Masyarakat Diminta Tak Khawatir Pernah Divaksin AstraZeneca, Begini Penjelasan Kemenkes

JAKARTA – Vaksin AstraZeneca bisa menyebabkan TTS atau trombosis disertai trombositopenia atau pendarahan. Penerima vaksin AstraZeneca takut melihatnya.

Direktur Kantor Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menegaskan, masyarakat Indonesia yang menerima vaksin AstraZeneca pada masa pandemi beberapa tahun lalu tidak perlu khawatir.

Saya sampaikan masyarakat tidak perlu khawatir karena Komnas KIPI belum menerima informasi mengenai TTS atau transfusi darah dari vaksin AstraZeneca di Indonesia, kata Siti Nadia saat ditemui di Hotel Moritz, Senin. (6/5/2024).

Mengenai efek vaksin AstraZeneca, Siti Nadia menjelaskan, waktu penyuntikan dan efek vaksin adalah empat hingga 42 hari dan enam bulan setelah penyuntikan terakhir.

Dengan kata lain, jika seseorang sudah mendapat vaksin AstraZeneca lebih dari enam bulan dan memiliki darah, maka itu tidak ada hubungannya dengan vaksin tersebut.

Jadi kalau sudah divaksin enam bulan atau lebih dan keluar darah, pasti bukan karena vaksin Covid-19 AstraZeneca, ujarnya.

Sementara itu, pemerintah dalam hal ini BPOM bersama Kementerian Kesehatan dan Komite Nasional Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas PP KIPI) terus memantau keamanan vaksin yang digunakan di Indonesia dan menindaklanjuti setiap kasus KIPI.

BPOM menghimbau masyarakat untuk melaporkan reaksi merugikan setelah penggunaan vaksin pada program imunisasi petugas kesehatan sebagai bagian dari program pengawasan obat, kata BPOM dalam keterangannya.

Categories
Kesehatan

Hoaks Wolbachia dan Vaksin DBD, Tantangan Kemenkes dalam Pengendalian Demam Berdarah Dengue

bachkim24h.com, Jakarta – Penghapusan kelambu (PSN) dan sosialisasi teknologi nyamuk Wolbachia menjadi tantangan terkini pemerintah dalam memerangi demam berdarah, kata Imran Pambudi, Direktur Departemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) menyatakan pengetahuan masyarakat tentang PSN dan DBD masih kurang.

Selain itu, budaya pemberantasan sarang nyamuk belum sesuai di masyarakat. Tantangan lainnya adalah kurangnya pendanaan untuk program pencegahan dan pengendalian infeksi demam berdarah di tingkat kecamatan/desa. dan wilayah/kota

Lebih lanjut Imran mengatakan, strategi teknologi inovatif untuk mengendalikan demam berdarah melalui vaksinasi demam berdarah juga dinilai merugikan masyarakat.

Kementerian Kesehatan RI telah melakukan beberapa upaya untuk mengatasi ketiga tantangan tersebut, seperti merevitalisasi gugus tugas daerah demam berdarah. Penggalangan Inovasi PSN 3M Plus, Penggerakan Jumantik 1 Rumah 1 dan Pemeriksaan Janin Secara Teratur Peningkatan keterlibatan melalui Koalisi DBD Kobar Lawan bekerja sama dengan Komite IX DPR RI juga terus dilakukan.

“Kementerian Kesehatan juga berupaya memperkuat peraturan dan perencanaan daerah. serta memperkuat kerja sama dengan raja muda atau walikota,” ujarnya dalam debat tersebut. #Ayo3MPlusVaksinDBD Di Jakarta pada Kamis 21 Maret 2024

Wolbachia telah berkembang di lima kota dan vaksin demam berdarah telah dimasukkan dalam rekomendasi Komite Penasihat Ahli Nasional Imunisasi (ITAGI) Penting bagi masyarakat untuk mengetahui bahwa pemberantasan sarang nyamuk harus terus berlanjut dan tidak menunggu Pekerjaan sosial

Imran sebelumnya mengatakan, cuaca panas selama tiga hari terakhir kemungkinan menjadi penyebab peningkatan kasus demam berdarah (DBD) di masyarakat. Imran menjelaskan, kondisi cuaca tersebut dapat menyebabkan meningkatnya genangan air yang menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes Aegypti yang menularkan virus demam berdarah. Dari sudut pandang epidemiologi, hujan yang terus menerus setiap hari lebih disukai karena dapat menggantikan air lama dengan air baru.

Dalam kesempatan tersebut, Imran menyoroti peningkatan kasus DBD di Indonesia pada tahun 2024. Hingga 18 Maret 2024, jumlah kasus mencapai 35.556 kasus, dengan enam provinsi memiliki jumlah kasus tertinggi. “Jumlah total kematian akibat demam berdarah telah meningkat menjadi 290 bahkan hanya dalam waktu 11 minggu pada tahun 2024,” katanya.

Imran menjelaskan Kementerian Kesehatan RI telah melakukan enam langkah strategis dalam upaya pemberantasan penyakit demam berdarah. Strategi pertama adalah fokus pada pengelolaan vektor. Pengendalian kasus sebelum menyebar melalui pemberdayaan masyarakat dan pemeriksaan jentik secara berkala.

Strategi 2 meliputi penerbitan peraturan terkait penanganan infeksi demam berdarah pada orang dewasa, anak-anak, dan remaja, serta penggunaan RDT demam berdarah sebagai alat diagnosis dini.

Selain itu, Kementerian Kesehatan berupaya melakukan surveilans demam berdarah berbasis data secara real-time melalui pengembangan SIARVI (Sistem Informasi Arboscirrhosis), pembentukan Tim Aksi Cepat Penanggulangan Insiden Khusus (KLB) dan sistem peringatan dini KLB.

Dalam Strategi 4, Kementerian Kesehatan menerapkan sistem sosialisasi dan peringatan dini terhadap wabah. Selain mendorong masyarakat untuk turut serta dalam proses Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan Satgas Restorasi (POKJANAL) 3M Plus.

Strategi kelima melibatkan manajemen proyek, kolaborasi dan keterlibatan pemerintah. Siap menyiapkan RPM untuk pencegahan DBD. dan menyerukan kepada pemerintah daerah untuk mengeluarkan peraturan untuk pencegahan dan pengendalian demam berdarah.

Sedangkan Strategi 6 meliputi pengembangan pendidikan, penelitian dan inovasi, dengan teknologi Wolbachia yang dikembangkan di banyak kota. Semua pihak harus bekerja sama untuk mencegah dan mengendalikan penyakit ini.

Categories
Kesehatan

65 Orang Tewas Akibat Demam Berdarah Dengue di Jawa Timur, Vaksin DBD Diharapkan Bisa Jadi Solusi Pencegahan

bachkim24h.com, Jakarta – Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) menyebutkan kasus demam berdarah dengue (DBD) di Jawa Timur pada tahun 2023 mencapai 6.642 kasus dengan 65 kematian. Provinsi ini menempati urutan ketiga dengan kasus tertinggi di Indonesia, setelah Jawa Barat dan Kalimantan Barat.

Upaya berkelanjutan diperlukan untuk mengendalikan dan mencegah demam berdarah. Tidak hanya dengan 3M Plus (mengosongkan tangki air, menutup tangki air, mendaur ulang barang-barang yang tidak terpakai dan mencegah gigitan nyamuk melalui obat nyamuk, fogging dan penggunaan kelambu), tetapi juga melalui inovasi seperti vaksinasi dan partisipasi aktif masyarakat.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan RI dr Asik Surya MPPM menjelaskan kasus DBD pada tahun 2023 lebih rendah dibandingkan tahun 2022. Tahun lalu, kata Asik, terdapat 114.435 kasus dengan 894 kematian. “Dunia menargetkan nol kematian akibat demam berdarah pada tahun 2030,” katanya suatu kali.

Lebih lanjut Asik mengatakan, pemerintah telah melakukan langkah intervensi untuk menekan kasus DBD yang mencakup tiga aspek utama yaitu intervensi lingkungan, intervensi vektor (nyamuk) dan intervensi manusia. Intervensi lingkungan meliputi pemberantasan sarang nyamuk, sedangkan intervensi vektor melibatkan penggunaan larvasida dan insektisida dalam kabut. Intervensi pada manusia dilakukan melalui pemberian vaksin demam berdarah sebagai pendekatan inovatif.

Pemerintah terus berupaya bekerja sama dengan berbagai pihak untuk terus memberikan edukasi kepada masyarakat akan perlunya perlindungan menyeluruh terhadap penyakit DBD, termasuk melalui kampanye #Ayo3MPlusDBDVaccine.

CEO PT Takeda Innovative Medicines Andreas Gutknecht mengapresiasi komitmen pemerintah dalam memerangi demam berdarah. Ia menyatakan, permasalahan DBD bukan hanya tanggung jawab pemerintah. Diperlukan sinergi yang kuat untuk bekerja sama dengan seluruh pemangku kepentingan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya demam berdarah, dan juga pentingnya inovasi pencegahan untuk melindungi masyarakat luas yang berisiko terkena demam berdarah.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Prof Dr Erwin Astha Triyono, dr SpPD KPTI FINASIM menjelaskan upaya pencegahan DBD di provinsi tersebut, termasuk program PSN dan pentingnya mengenali gejala penyakit tersebut.

Ketua PKK Provinsi Jawa Timur Tahun 2019-2024 Hj Arumi Bachsin SE menekankan pentingnya pencegahan DBD dari rumah. Ia menceritakan pengalamannya dan pentingnya 3M Plus dan vaksinasi.

Arumi mengatakan demam berdarah merupakan penyakit yang tidak peduli siapa yang terjangkit. Ia bersyukur tidak pernah terkena penyakit DBD secara langsung, begitu pula suaminya, Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Dardak.

“Suami saya Pak Emil pernah mengalami hal ini saat berada di Jepang. Namun yang membuat saya dan keluarga sangat memperhatikan pencegahan DBD adalah pengalaman ayah saya di masa lalu,” ujarnya.

“Saya punya teman yang kehilangan satu keluarga karena DBD, padahal mereka selalu menggunakan 3M dan memastikan tidak ada genangan air di sekitar rumah. Setelah diselidiki, ternyata sumbernya adalah genangan di belakang lemari es.’ .

Sejak saat itu, Arumi dan keluarganya selalu menerapkan 3M Plus. “Selain itu, saat ini kita sudah mempunyai pencegahan DBD yang komprehensif, tidak hanya melalui 3M Plus dari luar, tapi juga melalui vaksinasi dari dalam,” ujarnya.