Categories
Kesehatan

Pesan Dokter Tan Shot Yen: Kebutuhan Karbohidrat Pekerja Kantoran Tak Sama dengan Kuli

bachkim24h.com, Jakarta – Nasi merupakan sumber karbohidrat utama bagi masyarakat Indonesia. Selain nasi, karbohidrat juga bisa didapat dari berbagai pangan lokal lainnya, seperti ubi, singkong, jagung, dan kentang.

Artinya, jika Anda bosan makan nasi, sumber karbohidrat lain bisa menjadi alternatifnya. Namun banyak masyarakat Indonesia yang terbiasa menjadikan umbi-umbian sebagai camilan.

Tak aneh jika pagi hari orang suka memasak singkong atau ubi, dan makan nasi. Akibatnya mereka banyak mengonsumsi karbohidrat sehingga dapat menyebabkan asupan gula berlebih, karena karbohidrat di dalam tubuh akan diolah menjadi gula.

Hal ini dibenarkan oleh ahli gizi masyarakat, Tan Shot Yen. Menurutnya, mengonsumsi umbi-umbian yang diikuti makan nasi dapat menyebabkan konsumsi karbohidrat ganda.

Makanya umbi-umbian sering (dijual) ke tukang bangunan. Kalau ada proyek konstruksi, ada keraguan kalau mereka jual ubi rebus, singkong rebus,” kata Tan kepada Kesehat Lifuton 6. . .com saat media berbicara dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) di Jakarta, Selasa 27 Agustus 2024.

“Aku ingin mengajarimu ini. Apa yang kamu lakukan?” Jika Anda melatih otot Anda, makanlah seperti orang yang melatih otot Anda. Masalahnya adalah Anda bekerja dengan otak Anda. Orang-orang bekerja dengannya. Otak tentu tidak memiliki kebutuhan yang sama dengan otot,” kata Tan Shot Yen.

Dengan kata lain, pekerja kantoran yang lebih banyak menggunakan otak dan tidak aktif secara fisik membutuhkan asupan karbohidrat yang lebih sedikit dibandingkan pekerja yang mengandalkan aktivitas fisik sepanjang hari.

“Jadi, jika Anda lebih banyak bekerja dengan otak, Anda membutuhkan karbohidrat rendah kalori (rendah kalori), tinggi antioksidan, tinggi serat,” ujarnya.

“Lebih banyak sayur dan buah dibandingkan pati. Tapi itu tidak berlaku bagi atlet olimpiade, tidak berlaku bagi kuli angkut kapal,” imbuhnya.  

Dalam kesempatan yang sama, Tan juga menjelaskan risiko terlalu banyak mengonsumsi minuman dan makanan.

Menurutnya, jika kebiasaan tersebut dibiarkan maka akan berdampak pada kesehatannya. Tan mengatakan, beberapa dampak negatif dari konsumsi gula tambahan adalah: menekan sistem kekebalan tubuh, meningkatkan angka infeksi akibat bakteri, virus, dan jamur (pencernaan, pernafasan, telinga, dll). dan kapasitas belajar. Ini merusak gigi dan mencegah penyerapan kalsium.

Tidak berhenti sampai di situ, terlalu banyak mengonsumsi gula juga dapat menimbulkan dampak lain, yaitu menghambat penyerapan protein. Membuat sakit kepala dan migrain lebih mudah. Mempengaruhi gelombang otak delta, alfa dan beta. Hal ini menyebabkan depresi dan perilaku anti-sosial. Hal ini menyebabkan gangguan hormonal, terutama pada masa pubertas. Mempengaruhi episode epilepsi. Investasikan pada semua penyakit di masa dewasa.