Categories
Lifestyle

Taman Nasional Komodo Uji Cobakan Aplikasi SiOra pada Agustus 2024, Persiapan Jelang Penerapan Sistem Tutup Buka

bachkim24h.com, Jakarta – Direktur Taman Nasional Komodo (BTNK) Hendrikus Rani Siga menegaskan, pengelolaan tingkat pariwisata merupakan bagian dari menjaga kelestarian Taman Nasional Komodo. Untuk itu BTNK mengembangkan aplikasi SiOra yang berisi pemesanan tiket berbagai objek wisata di wilayah tersebut dan informasi lokasinya.

“Dengan begitu, kita mengetahui jumlah kunjungan ke berbagai tempat, sehingga angka tersebut menjadi data utama, kemudian kita akan kembangkan lagi alat administrasinya. Jika jumlah wisatawan terbanyak mencapai puncak, maka akan segera ditutup. .

Dijelaskannya, aplikasi SiOra akan diuji coba pada Agustus 2024. “Kemudian pada tahun 2025 kita akan mengimplementasikan aplikasi SiOra, sekarang sudah bisa diunduh di Play Store dan App Store,” ujarnya.

Penerapan ini merupakan bagian dari rencana penerapan sistem terbuka di sekitar Taman Nasional Komodo untuk tujuan konservasi dan keberlanjutan. Sebelum rencana tersebut dilaksanakan, pihak pusat bekerjasama dengan Pusat Kajian Pariwisata Universitas Gadjah Mada (UGM) yang disetujui oleh Badan Pengelola Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLF) melakukan evaluasi keilmuan dan kapasitas kawasan.

Hasil penelitian ini akan menjadi acuan pengelolaan cagar alam mengingat kunjungan wisatawan dapat meningkatkan pembukaan penerbangan internasional ke Labuan Bajo mulai September 2024 dan meningkatkan minat wisata alam. BTNK mencatat 300.488 wisatawan berkunjung ke Taman Nasional Komodo hingga tahun 2023.

 

“Kita juga perlu mempersiapkan diri, salah satunya mempelajari kemampuan bergerak lagi untuk mendapatkan jumlah uang yang tepat,” kata Hendrikus.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menilai penerapan sistem terbuka dan tertutup merupakan hal yang wajar karena lokasi wisata harus melakukan ‘istirahat’ pada musim turis pada periode tertentu.

“Menurut kami ini adalah pekerjaan yang harus dilakukan dari lokasi wisata alam, harus ada istirahat atau relaksasi, karena selama ini banyak wisatawan yang berkunjung,” kata Kepala Badan Keselamatan dan Perlindungan Lingkungan (KSDAE) itu. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Satyawan Pudyatmoko usai pembukaan acara Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) 2024 di Jakarta, Selasa 16 Juli 2024.

“Taman Nasional Komodo merupakan destinasi wisata sehingga perlu perawatan lebih. Satwa dan lingkungannya perlu istirahat, tidak hanya diperlihatkan secara berkala tetapi juga perlu perawatan dan perbaikan,” lanjut Direktur KSDAE.

Satyawan menambahkan, penutupan kawasan wisata itu sebaiknya minimal seminggu, bisa 10 hari, sebulan, atau lebih. Itu semua tergantung situasi dan kebutuhan wisatawan.

“Kalau destinasi wisata seperti Taman Nasional Komodo harus ditutup untuk sementara waktu, itu ada kajian dan perhitungannya. Bisa dilihat dari jumlah kunjungan dan kondisi situs itu sendiri. Jadi bukan hanya penutupan saja, ada Harusnya bisa dipertanggungjawabkan,” ujarnya.

Di sisi lain, Dinas Pariwisata, Perekonomian, dan Budaya Kreatif (Disparekrafbud) Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, mendukung penutupan sementara Taman Nasional Komodo melalui BTNK. “Karena ini untuk perlindungan, kita mau TNK ini panjang umur atau tidak? Kalau mau kita selamatkan,” kata Kepala Dinas Kebudayaan Disparekrafbud Manggarai Barat Stefan Jemsifori di Labuan Bajo, Selasa. . , 16 Juli 2024, dikutip Antara.

Stefan berpendapat sistem terbuka dan tertutup akan memberikan dampak positif terhadap perluasan wisatawan ke berbagai tempat di luar kawasan TNK dan dapat mengurangi tekanan terhadap kawasan TNK terhadap pelayanan pariwisata. Menurutnya, kawasan TNK yang terpencil dinilai miskin karena menawarkan wisata alam dan bahari yang bisa dijual wisatawan lokal maupun mancanegara.

Ia menyarankan tempat wisata lainnya, seperti air Pulau Kelor, air Manjarite, air Rangko, dan menikmati wisata alam di Gua Rangko. Wisatawan juga dapat mengunjungi Desa Wisata Wae Lolos, Air Terjun Cunca Wulang, Gua Batu Cermin, Puncak Waringin, ekowisata Ngalor Kalo dan Lembor, serta Objek Wisata Bukit Porong (DTW).

Stefan menambahkan, “Efek positif dari pemerintah daerah adalah wisatawan akan menyebar ke luar daerah, sehingga akan terjadi keseimbangan antara destinasi wisata tinggi dan kota wisata.” 

Ia juga meminta dukungan semua pihak untuk bersama-sama mempromosikan kawasan di luar kawasan TNK untuk mempersiapkan penerimaan wisatawan, terutama kemungkinan peningkatan pariwisata akibat dibukanya bandara internasional pada September 2024.

“Semua harus bersama-sama, seperti jasa pariwisata, jasa investasi, jasa perjalanan wisata, jasa komunikasi dan informasi, jasa dunia usaha, serta perusahaan dan lembaga,” ujarnya.

Sebelumnya, 6-9 Juni 2024, Badan Pengelola Otorita Labuan Bajo Flores menggelar Komodo Travel Mart (KTM) edisi V di Golo Mori Convention Center (GMCC), Labuan Bajo. Salah satu rencana yang dibuat adalah Konferensi Bisnis Bisnis (B2B) dan meja tingkat tinggi untuk mempromosikan pariwisata di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Pertemuan tersebut mempertemukan 121 pembeli dari berbagai negara yang menjadi pasar pariwisata Labuan Bajo, mulai dari Singapura, Kuala Lumpur, Malaysia, dan Australia. Sejauh ini vendornya adalah 63 operator tur dari berbagai daerah di NTT.