Categories
Bisnis

Menperin: Beras Analog Sagu Bisa Jadi Alternatif Pangan Utama

bachkim24h.com, JAKARTA – Menteri Perindustrian (Minprien) Agus Gumiwang Kartasmita mengatakan beras analog sagu bisa menjadi pengganti beras yang baik, apalagi saat terjadi kekurangan pasokan.

Agus menuturkan, Indonesia memiliki lahan perkebunan sagu seluas 5,5 juta hektare yang mampu menghasilkan 34,3 juta ton tepung sagu.

Untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional, pemerintah kini berupaya memenuhi kebutuhan pangan dari sumber alternatif. “Ada banyak sumber alternatif, khususnya sagu, dan sagu berpotensi menjadi sumber alternatif karbohidrat utama,” kata Agus di Jakarta, Senin (25/3/2024).

Agus mengatakan, beras analog sagu tidak hanya menjadi alternatif pangan pokok masyarakat tetapi juga dinilai menyehatkan. Pasalnya, sagu memiliki kandungan pati resisten yang tinggi serta indeks glikemik yang berarti karbohidrat dalam makanan dapat dengan cepat atau lambat menurunkan kadar gula darah dalam tubuh. Oleh karena itu, baik dalam mencegah diabetes.

Untuk itu, Kementerian Perindustrian selalu bekerja sama dengan Kementerian dan Lembaga (L/L) terkait untuk memenuhi kebutuhan bahan baku, kata Agus. “Jadi kalau industri sudah siap dengan jati, sekarang kita perlu meningkatkan pasokannya, yaitu pasokan bahan baku jati,” ujarnya.

Sebelumnya, Jumat (3/8/2024), Direktur Jenderal Industri Pertanian Kementerian Perindustrian Putu Julie Ardika mengatakan, pada tahun lalu Kementerian Perindustrian telah menjalin kerja sama dengan sejumlah industri besar yang merupakan produsen dalam negeri. pati sagu. Perbanyak penggunaan pati. produksi mereka.

Produksi tepung sagu dalam negeri masih sangat rendah, di bawah 30 persen. “Hal ini disebabkan keterbatasan industri dalam mendapatkan bahan baku inti jati,” kata Putu.

Ia mengatakan, pemerintah bekerja sama dengan industri tepung sagu untuk mengembangkan model bisnis industri dengan memanfaatkan sagu basah yang diproduksi oleh usaha kecil dan menengah sebagai bahan baku industri. Pemanfaatan sagu basah oleh UMKM diyakini dapat memperlambat proses oksidasi sehingga memperluas cakupan bahan baku industri dan dapat memberikan nilai tambah bagi petani sagu.