Categories
Hiburan

Kelompok Penerbang Roket Panaskan Soundsfest Experience

 

bachkim24h.com, Jakarta – Rocket Flyers (KPR) tampil di panggung Soundsfest pada Sabtu (22/6). Trio rock n roll asal Jakarta yang dipimpin oleh John Paul Patton (bass/vokal), Rey Marshall (gitar) dan I Gusti Vikranta (drum) berhasil memanaskan suasana saat bermain di Ballroom Kuningan City, P-6. . .

Penonton terkejut. Mereka berlari ke depan panggung, mendorong penjaga, bahkan berdiri di sana sambil bernyanyi bersama saat KPR tampil selama satu jam.

Setelah The Panturas muncul, KPR langsung memulai dengan lagu andalan mereka, “Anjing Jalanan”. Adrenalin penonton langsung terpacu, tertawa dan bernyanyi.

Grup ini merilis empat album: Screaming Bocah dan HAAI (2015), Galaksi Palapa (2018) dan Aksioma (bersama Eka Annash) disusul “Operation Target” pada tahun 2023, disusul “Indecision and Doubt”.

Lagu terakhir ini merupakan cover dari grup pop legendaris Indonesia Panbers. “Keraguan dan Keraguan” versi KPR ada di album 2015 mereka HAAI.

Tak pelak, suasana malam Jakarta yang panas semakin panas dengan suguhan rock n roll yang diberikan Rey dan kawan-kawan. Selain itu gaya panggung mereka juga sangat menarik, liar.

Agar penonton tersesat dalam suasananya. Darah berjatuhan dimana-mana, tapi kesenangan belum berakhir.

Penonton di depan panggung menuntut lebih banyak lagi. Mereka meneriakkan lagu-lagu KPR sebagai tuntutan untuk dipersembahkan.

Sadar penonton mulai kehilangan tenaga, Coki alias John Paul Patton dan Rey pun berkali-kali menyiramkan air mineral ke arah penonton. Petugas yang berada di pinggir panggung juga membagikan segelas air mineral kepada penonton.

Penampilan KPR malam itu sungguh kuat, garang. Dengan alunan musik rock n roll yang keras dan berani yang berpengaruh pada tahun 1970-an, Coki dan kawan-kawan terus mengajak penonton untuk menikmati energi musik rock n roll ala KPR.

Hanya dengan tiga instrumen: gitar, bass, dan drum, KPR mampu membuat musiknya begitu hidup. Tentunya dengan lebih banyak perubahan dan suara dari perlengkapan masing-masing perangkat, termasuk efek bass yang digunakan Coki.

KPR juga membawakan “Loba”, “Beringin Tua”, “Berita Angkasa”, serta cover “Mencarter Roket” milik Duo Kribo dan “Rainstorm” milik Panbers yang muncul di album HAAI. Itu membuat kegilaan orang semakin membingungkan.

Coki dan Rey juga sangat interaktif dengan penonton. Selain sering memberikan air mineral, Coki beberapa kali menyapa penonton.

“Lagu apa lagi yang kamu inginkan?” Kata Coki, suatu hari nanti.

Di penghujung konser, KPR memainkan lagu-lagu hitsnya seperti “Di Mana Merdeka” dari album Teriaan Bocah, serta single tahun 2020 “Roda Gila”, sebelum mengibarkan bendera. Mati Muda”.

“Gila, KPR luar biasa!” Alfath, salah satu penonton asal Depok, mengatakan. “Konser KPR kali ini berbeda, karena membawakan lagu-lagu yang jarang diputar.”

Categories
Hiburan

Ketika Syair Kehidupan ‘Menghipnotis’ Galeri Nasional

bachkim24h.com, Jakarta – Suasana sangat sepi saat Yan Antono mulai memetik gitar akustiknya di panggung konser God Bless dalam pameran retrospektif perjalanan karir 50 tahun di Galeri Nasional Indonesia, Jumat (1/3) malam. Duduk di kursi, Ian tampak sangat menikmati setiap kali menyentuh senar gitar.

Di samping Ion, juga duduk di kursi di atas panggung, Danny Patach, sang bassist, dengan bass di tangannya. Mengenakan pakaian serba hitam, Danny bersiap menghadap mikrofon untuk memainkan vokal latar.

Tak lama kemudian, penyanyi Ahmed Albar memimpin penonton menyanyikan lagu “Sayir Hidup”. Suara yang keluar dari mulut Ahmed Albar, di awal lagu, berdua saja dengan paduan suara penonton.

Pada saat ini

Saya ingin kembali tidur

Terbang tinggi di awan

Tinggalkan tanah di sini

Suasana konser langsung berubah menjadi meriah, meriah dan membuat merinding.

Lagu “Puisi Kehidupan” yang digubah oleh Areng Widodo dan dipopulerkan oleh Ahmad Albar dalam album solonya pada tahun 1980, seakan menghipnotis suasana dalam suasana yang sangat tenang dan akrab.

Sia-sia saja penonton ikut ikut bernyanyi bersama lagu tersebut, tentunya dengan khayalan dan kenangan tersendiri yang terbawa oleh lagu tersebut. Beberapa di antaranya juga mengabadikannya lewat ponsel.

Bahkan tak sedikit penonton yang menitikkan air mata.

“Meski ini bukan lagu God Bless, format akustik dan hadirnya Paman Danny, meski masih belum sembuh, tapi sangat mengharukan,” kata Danang Suryono, salah satu penggemar musik yang hadir dalam konser tersebut.

Danang mengatakan, lagu “Syair Hidup” mengingatkannya pada saat ia mulai hidup mandiri dan hidup terpisah dari orang tuanya.

Sementara itu, Tammy Mellini mengungkapkan air matanya tak henti-hentinya ia terus menggelindingkan pipinya sepanjang lagu “Libe-Libe”, Millie.

Lebih dari itu, bagi Tommy, God Bless adalah panutannya. Ia mengaku banyak belajar tentang kehidupan dari grup yang dibentuk pada tahun 1973 itu.

“Mereka (God Bless) adalah api dan penyemangat bagi saya,” kata Tamie yang juga merupakan perwakilan dari God Bless Community Indonesia (GBCI), komunitas penggemar God Bless. – Ketika saya melihat bapak-bapak Tuhan yang usianya hampir dua kali lipat masih memiliki semangat seperti itu, saya malu untuk menyerah.

Suasana tersebut sekilas terlihat dalam konser God Bless sekaligus penutup pameran retrospektif 50 tahun perjalanan kariernya di Galeri Nasional Indonesia yang digelar sejak 17 Februari 2024.

Lagu “Nyanyian Kehidupan” menjadi lagu ketujuh God Bless malam itu. Dan, Danny Fattah karena masalah kesehatan, tidak sepenuhnya tampil sebagai pemain bass.

Selain Ahmad Albar (vokal), Ian Antono (gitar), Abadi Soesman (keyboard) dan Fajar Satritama (drum), Night God Bless dibantu oleh Arya Setiadi yang bermain bass menggantikan Danny Fattah.

Danny memanggil Ahmad Albar ke atas panggung, saat God Blessen memasuki lagu keenam, untuk penampilan “Blada von a Million Faces”. Kemudian ia juga kembali mengisi vokal latar pada lagu “Panggung Sandiwara”.

Usai “pertunjukan panggung” dimainkan, Ahmed Albar memeluk Danny Fatach, “Semoga lekas sembuh Don,” ucapnya.

Iyek, sapaan akrab Ahmad Albar, pun mengajak penonton mendoakan bassist pendiri God Bless tahun 1973 itu bersama Ludwig Lemans (gitar) dan mendiang Fouad Hassan (drum) serta Soman Lubis (keyboard).

Sebanyak 12 lagu dibawakan grup yang telah merilis tujuh album studio plus antologi album (50th Anniversary) bersama Tohpati dan Czech Symphony Orchestra pada tahun 2023. Lagu-lagu hits mereka yang tak lekang oleh waktu dimainkan malam itu. Mulai dari “Music”, “Lick the Sun”, “March 1989”, “Life”, “Black Ant”, hingga “Our Home” sebagai penutupnya.

Konser God Bless sendiri merupakan penutup rangkaian pameran retrospektif 50 tahun God Bless di Galeri Nasional Indonesia yang dimulai pada 17 Februari 2024.

Selain pameran yang menampilkan berbagai memorabilia terkait perjalanan karier God Bless, acara ini juga menghadirkan festival musik yang akan berlangsung mulai 24 Februari.

Sejumlah band seperti Rumahsakit, St. Loco, For Revenge, THE SIGIT, Ras Muhamad, Sir Dandy dan /rif tampil terlebih dahulu, sebelum ditutup dengan penampilan God Bless.

1. Musisi

2. Bla, bla, bla

3. Menjilat matahari

4. Cermin

5 Maret 1989

6. Balada sejuta wajah

7. Puisi hidup

8. Adegan drama

9. Bis kota

10. Kehidupan

11. Semut hitam

12. Rumah kita