Categories
Sains

Spesifikasi Roket Katyusha, Senjata Legendaris Uni Soviet yang Dipakai Hizbullah

GAZA – Spesifikasi rudal Katyusha menjadi pembahasan yang menarik untuk ditelusuri. Roket tersebut dianggap salah satu yang paling kuat di era Soviet.

Bahkan dalam keadaan lama, Katyusha masih digunakan sampai sekarang. Tak hanya negaranya, kelompok bersenjata seperti Hizbullah di Lebanon disebut-sebut ikut melancarkan operasi tersebut.

Hizbullah baru-baru ini menembakkan roket Katyusha ke Israel. Langkah ini merupakan respons terhadap pembunuhan seorang komandan senior di Lebanon selatan.

Lalu apa saja keistimewaan roket Katyusha ini? Di bawah ini adalah ikhtisar spesifikasi roket Katyusha

Katyusha adalah roket yang diproduksi oleh Uni Soviet dan digunakan pada Perang Dunia II. Multi-Rocket (MRL) Senjata ini memiliki terjemahan bahasa Rusia “Little Katy”.

Uni Soviet menjuluki senjata itu Katyusha atau “Little Katy” setelah sebuah lagu populer di sana. Sedangkan orang Jerman menyebutnya “Stalin Organik” karena suara gemuruhnya yang mengerikan saat ditugaskan.

Menurut BusinessInsider, Katyusha lebih dari sekedar senjata dari Perang Dunia Kedua. Peluncur roket telah menjadi ikon yang menggambarkan rentetan jeritan dan peluncuran roket yang ganas ke angkasa.

Versi klasik Katyusha 132 mm mirip dengan M-13. Rudal tersebut ditembakkan oleh RS-132, panjangnya hampir 3 kaki, beratnya 93 pon, dengan jangkauan sekitar 5 mil, dan membawa hulu ledak seberat 11 pon.

Sementara itu, penulis James Prenatt mengatakan dalam bukunya “Katyusha” bahwa roket tersebut hadir dalam berbagai ukuran. Misalnya, roket yang lebih ringan dari 82 mm hingga 300 mm dapat ditembakkan dari truk dengan kecepatan 12 hingga 48 peluru per menit.

Terlepas dari kemampuannya, Katyusha juga memiliki beberapa kekurangan. Roket-roket tersebut sangat tidak tepat dan estafet penuh dapat memakan waktu hingga satu jam.

Setelah runtuhnya Uni Soviet, Katyusha ditemukan di berbagai negara di dunia. Menariknya, roket tersebut juga sering digunakan oleh kelompok militer seperti Hizbullah yang berbasis di Lebanon.

Menurut MissileThreat, Hizbullah mengoperasikan beberapa model Katyusha yang jangkauannya bervariasi. Roket legendaris ini menjadi pemimpin kelompok dalam berbagai operasinya.

Categories
Sains

Inilah Daftar Negara yang Menggunakan Rudal S-400 Rusia di 2024

RUSIA – Rudal S-400 Triumph merupakan generasi terbaru dari rudal permukaan-ke-udara jarak jauh yang dikembangkan Rusia. Sistem ini dirancang untuk menghancurkan berbagai sasaran udara, termasuk pesawat terbang, drone, rudal balistik, dan rudal jelajah.

S-400 dikenal dengan jangkauannya yang jauh, kemampuan multi-target dan efektivitas yang tinggi. Berikut beberapa keunggulan dari rudal ini:

– Jarak jauh: S-400 memiliki jangkauan hingga 400 km, menjadikannya salah satu sistem pertahanan udara jarak jauh tercanggih di dunia.

– Kemampuan multi-target: S-400 dapat melacak dan menyerang hingga 36 target secara bersamaan, termasuk pesawat terbang, rudal balistik, dan rudal jelajah.

– Efektivitas tinggi: S-400 diyakini dua kali lebih efektif dari sistem pertahanan udara Rusia sebelumnya.

– Mobilitas tinggi: S-400 dirancang untuk dipindahkan dengan cepat dan mudah, sehingga dapat ditempatkan di berbagai tempat sesuai kebutuhan.

– Kemampuan anti-siluman: S-400 diklaim mampu mendeteksi dan menyerang pesawat siluman, meski hal ini masih diperdebatkan.

Nah, berikut negara-negara yang menggunakan rudal S-400:

1. Rusia: Sebagai negara pengembang dan produsen, Rusia jelas merupakan pengguna utama sistem S-400. Rudal ini telah dikerahkan di berbagai wilayah strategis Rusia untuk memperkuat pertahanan udaranya.

2. Tiongkok: Tiongkok menjadi negara pertama yang membeli S-400 dari Rusia, dan sistem ini telah beroperasi sejak tahun 2018. Tiongkok telah mengerahkan S-400 di berbagai tempat, termasuk wilayah sengketa di Laut Cina Selatan.

3. India: India juga membeli S-400 dari Rusia, meskipun ada tekanan dari AS untuk membatalkan kesepakatan tersebut. India berencana menggunakan S-400 untuk memperkuat pertahanan udaranya terhadap potensi ancaman dari Tiongkok dan Pakistan.

4. Türkiye: Türkiye adalah anggota NATO yang juga membeli S-400 dari Rusia, sehingga menyebabkan ketegangan dengan Amerika Serikat dan sekutu NATO lainnya. Turki mengatakan mereka membutuhkan S-400 untuk melindungi diri dari ancaman regional.

5. Belarus: Belarus, sekutu dekat Rusia, juga telah mengakuisisi sistem S-400.

Beberapa negara lain, seperti Aljazair dan Mesir, telah memesan atau bernegosiasi untuk membeli S-400, namun belum ada konfirmasi resmi mengenai pengiriman atau status operasionalnya pada tahun 2024.