bachkim24h.com, Jakarta – PT Mulia Boga Raya Tbk (KEJU) mengumumkan kinerja tahun anggaran 2023 yang berakhir pada 31 Desember 2023. Kinerja Mulia Boga Raya pada periode ini mengalami penurunan baik pendapatan maupun laba.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis (29/2/2024), penjualan tahun 2023 tercatat sebesar Rp 1,02 triliun. Penjualan turun 2,36 persen dibandingkan pendapatan tahun lalu yang tercatat Rp 1,04 triliun.
Meskipun terjadi penurunan penjualan. Beban pokok penjualan meningkat dari Rp756,67 miliar pada tahun 2023 menjadi Rp748,86 miliar pada tahun 2022. Dengan demikian, laba kotor pada tahun 2023 turun 11% menjadi Rp 263 miliar dibandingkan tahun 2022 sebesar Rp 295,5 miliar.
Selama tahun 2023, perseroan memperkirakan beban penjualan sebesar Rp 107,79 miliar; beban umum dan administrasi sebesar Rp6,95 miliar; Biaya keuangan Rp1,06 miliar; Tercatat pendapatan lain-lain sebesar Rp2,04 miliar dan beban lain-lain sebesar Rp3,99 miliar. Setelah dikurangi beban pajak penghasilan, perseroan membukukan laba tahun berjalan 2023 sebesar Rp 80,34 miliar.
Laba tersebut turun 31,55 persen dibandingkan laba tahun ini yang tercatat Rp 117,37 miliar. Berdasarkan aset perseroan, turun menjadi Rp 828,38 miliar per 31 Desember 2023 dan Rp 860,1 miliar pada 2022. Utang tersebut meningkat menjadi Rp 157,61 miliar pada tahun 2023 dan mencapai Rp 156,59 miliar pada tahun 2022. Di samping itu, Rp 670,77 miliar pada tahun 2023 berakhir Rp 703,51 miliar.
Kamis Pada pukul 14.25 WIB tanggal 29 Februari 2024, saham KEJU turun 1,29 persen ke Rp 1.150 per saham. Saham KEJU turun 10 poin ke Rp 1.155 per saham.
Saham KEJU mencapai level tertinggi Rp 1.160 dan terendah Rp 1.150 per saham. Total frekuensi perdagangan sebanyak 23 kali dan volume perdagangan sebanyak 435 lembar saham. Nilai transaksi Rp 50,3 juta.
Produsen keju Prochiz PT Mulia Boga Raya Tbk (KEJU) sebelumnya mengabarkan akan mendistribusikan laba tunai sebesar Rp 112,5 miliar pada FY2022.
Dividen tersebut setara dengan Rp75 per saham. Berdasarkan hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar di Mulia Boga Raya pada 12 April, mengutip informasi yang dirilis Bursa Efek Indonesia, pembagian dividen pada Jumat (14/4/2023) adalah tahun 2023.
Di samping itu, Sampai dengan tanggal 31 Desember 2022; Laba bersih induk organisasi sebesar Rp117,37 miliar, saldo laba tidak terikat sebesar Rp400,14 miliar, dan total ekuitas sebesar Rp703,50 miliar.
Jadwal Umum Pasar Reguler dan Terkoordinasi: 27 April; 2023
Yang pertama membagi antara pasar reguler dan pasar terkoordinasi: 28 April; Tahun 2023
Pembagian Pasar Tunai: 2 Mei; 2023
Pembagian Pasar Tunai Sebelumnya: 3 Mei; 2023
Tanggal Syuting: 2 Mei 2023
Pembayaran dividen: 12 Mei; 2023
Pada penutupan perdagangan Jumat 14 April 2023, saham KEJU naik 0,38 persen ke Rp 1.310 per saham. Saham KEJU dibuka datar di Rp 1.305. Saham KEJU mencapai level tertinggi Rp 1.310 dan terendah Rp 1.300 per saham. Total frekuensi perdagangan sebanyak 35 kali dengan volume perdagangan 889 lembar saham. Nilai transaksi Rp 116 juta.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Masih banyak peminat pencatatan saham di tahun 2024. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada beberapa perusahaan yang mengantri dalam jalur penawaran umum perdana (IPO).
Per 16 Februari 2024, terdapat 18 perusahaan yang tercatat di bursa. Dana yang diperoleh dari IPO mencapai Rp 3,38 triliun. Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan, saat ini terdapat 20 perusahaan yang siap mencatatkan sahamnya di bursa.
Dari segi kepemilikan, perusahaan menengah masih mendominasi. Sebaliknya, secara sektoral, sebagian besar berasal dari sektor industri. “Sejauh ini ada 20 perusahaan yang sedang dalam pipeline pencatatan saham BEI,” kata Nyoman kepada wartawan, Minggu (18/2/2024).
Merujuk POJK No 53/POJK.04/2017, terdapat 2 perusahaan yang memiliki aset di atas Rp 250 miliar. Setelah 15 perusahaan dengan aset menengah berkisar antara Rp50 miliar hingga Rp250 miliar, sisanya 3 perusahaan memiliki aset kecil di bawah Rp50 miliar. Sedangkan rincian departemennya adalah sebagai berikut.
• 2 perusahaan dari sektor bahan baku
• 4 perusahaan dari sektor barang konsumsi
• 4 perusahaan dari sektor konsumen non-siklus
• Perusahaan di sektor energi
• Perusahaan di sektor keuangan
• Perusahaan di sektor kesehatan
• 6 perusahaan dari sektor industri
• Perusahaan di sektor infrastruktur
• 1 perusahaan dari sektor perumahan dan real estate
• 3 perusahaan dari sektor teknologi
• Perusahaan yang bergerak di sektor transportasi dan logistik
Bursa menyasar perusahaan-perusahaan besar dengan aset di atas Rp 3 triliun untuk mencatatkan sahamnya di Bursa melalui penawaran umum perdana (IPO). Nyoman mengklasifikasikan perusahaan-perusahaan tersebut sebagai perusahaan ringan.
“Tahun ini kita targetkan 3 lampu. Totalnya (target) 200 sampai 250 roll obligasi,” kata Nyoman dalam pemberitaan Lipuan6.com sebelumnya.
Nyoman menjelaskan, selain aset lebih dari Rp 3 triliun, perusahaan di sektor ketenagalistrikan memiliki free float atau kepemilikan saham publik bebas minimal 15 persen. Bursa sendiri terbuka untuk memenuhi kebutuhan pencatatan saham perusahaan listrik.