bachkim24h.com, Jakarta – Anak-anak harus memiliki akses terhadap air bersih atau sanitasi sehat di rumah dan di sekolah.
Hal inilah yang melatarbelakangi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) meluncurkan Peta Jalan Sanitasi Sekolah 2024-2030.
Melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah, diluncurkan Peta Jalan Sanitasi Sekolah sebagai landasan perencanaan terwujudnya sanitasi sekolah berkualitas pada akhir tahun 2030.
Kementerian ini meyakini akses terhadap air, sanitasi, dan kebersihan (WASH) berdampak besar terhadap pembangunan berbagai sektor. Mulai dari sektor kesehatan, keuangan, dan pendidikan.
Khusus di bidang pendidikan, ketersediaan akses WASH di sekolah bagi siswa merupakan komponen penting yang perlu diperhatikan dalam mewujudkan sekolah sehat.
“Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mengimbau dan terus mendorong semua pihak yang terlibat dalam ekosistem pendidikan untuk mewujudkan perubahan pola hidup bersih dan sehat,” kata Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Dasar, dan Menengah, Iwan Syahril dalam keterangan resmi. , dikutip Kamis (29/2/2024).
Contoh perilaku tersebut adalah kebiasaan rutin mencuci tangan pakai sabun. Berdasarkan penelitian, dapat menurunkan angka ketidakhadiran sekolah secara signifikan hingga 50 persen.
Selain itu, penyediaan air minum bersih di sekolah dapat meningkatkan konsentrasi siswa dalam belajar dan secara tidak langsung dapat meningkatkan kualitas akademiknya.
Pada tahun 2022, sekitar 11,43 persen sekolah di semua tingkatan di Indonesia akan memiliki toilet terpisah dan berfungsi dengan baik.
Angka ini masih jauh dari target yang diharapkan yaitu seluruh anak dapat menerima layanan WASH 100 persen pada tahun 2030.
Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan rencana strategis yang dapat dilaksanakan antara kementerian/lembaga, pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan lainnya seperti mitra pembangunan.
“Kami berharap dengan Peta Jalan Sanitasi Sekolah ini, seluruh pengambil kebijakan dapat melakukan perencanaan berbasis data untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) atau Sustainable Development Goals tahun 2030 terkait akses terhadap sanitasi sekolah,” kata Iwan.
Disampaikan Iwan, membangun akses sanitasi sekolah memerlukan keterlibatan berbagai pemangku kepentingan. Hal ini sesuai dengan yang tertuang dalam dokumen Buku 1 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.
Apalagi jika menyangkut agenda pembangunan nasional yang mengedepankan sinergi dan koordinasi antara pelaku program dan operasional. Termasuk penerapan sanitasi sekolah dan syariah di asrama, sebagai strategi peningkatan efisiensi dan efektivitas pembiayaan infrastruktur air minum dan sanitasi.
Head of WASH, United Nations Children’s Fund (UNICEF) Indonesia, Kannan Nadar, mengapresiasi langkah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam meningkatkan kondisi air, sanitasi, dan kebersihan di seluruh sekolah di Indonesia.
“Fasilitas sanitasi sekolah yang berketahanan iklim dan inklusif mempunyai dampak yang signifikan terhadap kesehatan dan kesejahteraan anak-anak secara keseluruhan, menjamin martabat, keselamatan dan kesehatan mereka, yang pada gilirannya meningkatkan kehadiran dan prestasi sekolah,” kata Kannan.
Selain itu, lanjut Kannan, kebersihan sekolah yang baik juga memotivasi anak untuk menerapkan perilaku kebersihan yang baik dan menjadi agen perubahan bagi teman sebaya, keluarga, dan masyarakat luas.
Lingkungan sekolah yang sehat mendorong budaya belajar, perilaku hormat dan kolaborasi positif. Sehingga memberdayakan anak untuk berperan berarti bagi kemajuan Indonesia di masa depan.
Dalam keterangan yang sama, Ketua Yayasan Kajian Strategi Pendidikan Komunikasi Alternatif Indonesia (SPEAK) Wiwit Heris Mandari juga mengutarakan pendapatnya.
“Dengan memasukkan Kesehatan Lingkungan sebagai bagian dari fokus Gerakan Sekolah Sehat, kami berharap semakin banyak sekolah di Indonesia yang memiliki akses terhadap sanitasi sekolah.”
Dijelaskannya, terdapat tiga indikator akses sanitasi sekolah sesuai SDGs 4a, yaitu: Akses terhadap air bersih yang cukup dan cukup Akses toilet terpisah laki-laki dan perempuan dalam kondisi baik Akses cuci tangan pakai sabun (CTPS) dengan air mengalir.
“Dengan tersedianya sanitasi diharapkan sekolah dapat membiasakan CTPS, membuang sampah pada tempat sampah yang terpisah, feses pada jamban dan penyediaan pembalut pada jamban perempuan sebagai bagian dari manajemen kesehatan dan kebersihan menstruasi,” pungkas Wiwit.