Categories
Kesehatan

Studi Ungkap Olahraga Sore Hari Lebih Efektif Turunkan Gula Darah, Ini Penjelasannya

bachkim24h.com, Jakarta – Penelitian terbaru yang dipublikasikan di jurnal Obesity menunjukkan bahwa berolahraga di siang hari merupakan cara terbaik untuk menurunkan kadar gula darah harian bagi orang yang kelebihan berat badan atau obesitas.

Studi ini menemukan bahwa tidak hanya jumlah olahraga yang penting, tetapi juga waktunya. Berolahraga pada sore atau malam hari sangat bermanfaat untuk menurunkan kadar gula darah. 

Menurut Antonio Clavero Jimeno, kandidat PhD di Institut Studi Olahraga dan Kesehatan di Universitas Granada, Spanyol, temuan ini menyoroti pentingnya pengaturan waktu dalam program olahraga.

Pelatih olahraga dan penyedia layanan kesehatan harus mempertimbangkan waktu terbaik untuk memaksimalkan efektivitas program olahraga, terutama bagi mereka yang berisiko mengalami resistensi insulin dan diabetes tipe 2, kata Jimeno.

Penelitian tersebut melibatkan 186 orang dengan usia rata-rata 46 tahun dan rata-rata indeks massa tubuh (BMI) 33, lapor Daily Health pada Minggu, 23 Juni 2024.

Selama 14 hari, para peneliti memantau aktivitas fisik dan kadar glukosa mereka menggunakan gelang pelacak aktivitas dan monitor glukosa berkelanjutan.

Setiap hari, jumlah dan waktu olahraga sedang hingga berat dihitung, dan peserta dikelompokkan berdasarkan waktu paling aktif mereka.

Olahraga ringan meliputi jalan cepat, menari, dan berkebun, sedangkan aktivitas berat meliputi lari, joging, bersepeda cepat, berenang cepat, dan jalan cepat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berolahraga pada sore atau malam hari dapat memberikan manfaat yang signifikan dalam menurunkan kadar gula darah.

Peserta yang melakukan olahraga sedang hingga berat 50 persen atau lebih setiap hari pada sore atau malam hari memiliki kadar glukosa darah yang lebih rendah sepanjang hari, malam, dan secara keseluruhan, dibandingkan dengan mereka yang tidak aktif.

Manfaat ini lebih kuat pada orang dengan kontrol glukosa yang stabil.

Fateme Syed, spesialis diabetes dan manajemen berat badan di Duke Health di Durham, North Carolina, mencocokkan temuan ini dengan pengalamannya sendiri di lapangan.

“Berolahraga di malam hari, terutama setelah makan malam, dapat membantu mengontrol kadar gula darah di pagi hari dengan lebih baik,” kata Syed.

“Hasilnya menunjukkan bahwa berolahraga pada sore atau malam hari memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penurunan gula darah,” kata Dr. Malene Lindholm, profesor kardiologi dan peneliti di Stanford University. Namun perbedaannya tidak banyak dibandingkan dengan olahraga pagi atau gabungan. University of California, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

Penelitian ini menegaskan manfaat olahraga di malam hari. Namun mengapa malam hari dipilih sebagai waktu terbaik untuk beraktivitas?

Saat Anda makan, terutama makanan kaya karbohidrat, tubuh perlu memproses makanan tersebut dan mengirimkan glukosa ke sel, jelas Syed.

Penyakit resistensi insulin, seperti obesitas atau penyakit metabolik, membuat glukosa sulit mencapai target. Namun, olahraga dapat mengurangi resistensi insulin sehingga menurunkan kadar glukosa.

Syed berkata: Berolahraga di malam hari bisa banyak membantu kita, karena saat kita tidur, tubuh mengeluarkan glukosa untuk mengatur gula darah. Dengan mengurangi resistensi insulin, glukosa masuk ke dalam sel dengan lebih baik.

Manfaat ini mungkin terkait dengan ritme sirkadian atau perubahan sensitivitas insulin di siang hari.

“Misalnya, olahraga dapat mengkompensasi penurunan sensitivitas insulin di malam hari,” kata Sun Kim, MD, ahli endokrinologi di Stanford Health Care di California.

Lindholm menjelaskan pentingnya menjaga kadar gula darah untuk membantu tubuh mengatur energi dan pengeluaran energi.

“Gula darah tinggi bisa menyebabkan pelepasan insulin, hormon yang membantu menyimpan lemak. Gula darah tinggi kronis menyebabkan resistensi insulin,” ujarnya.

Resistensi insulin terjadi ketika sel-sel tubuh tidak merespon insulin dengan baik sehingga dapat mengganggu sistem gula darah dan mempengaruhi energi tubuh.

Menurunkan berat badan dapat membantu mengatasi resistensi insulin, namun resistensi insulin dapat mempersulit penurunan berat badan.

“Mengurangi resistensi insulin dengan mengontrol gula darah dapat membantu penurunan berat badan. Mengontrol kadar gula darah adalah kunci untuk mengelola resistensi dan berat badan,” kata Syed.

 

Categories
Kesehatan

Anak Gemuk Kerap Dianggap Lucu, Wamenkes Dante Ingatkan Bahaya Obesitas pada Anak

 

bachkim24h.com, Jakarta – Menjelang Hari Obesitas Sedunia yang diperingati pada 4 Maret, Wakil Menteri Kesehatan Prof. Dr. Dante Saksono Harbuwono, Sp.PD-KEMD, Ph.D mengoreksi stereotip masyarakat yang menganggap anak gemuk seringkali dianggap cantik.

Setelah anak kelebihan berat badan atau obesitas, ada risiko kematian. Jika anak dibiarkan menambah berat badan dengan cara yang salah, maka ia akan berisiko terkena sindrom metabolik.

“Karena kalau anak obesitas itu tandanya cantik, tapi kemudian menabung untuk mendapat apa yang kita sebut sindrom metabolik,” jelas Wakil Presiden Bidang Kesehatan, Prof. Dr. Dante Saksono Harbuwono, Sp.PD- KEMD, Ph.D pada acara “Mari Bicara Kesehatan dan Sejahtera” Selasa 5 Maret 2024 Jakarta.

Sindrom Metabolik terkait dengan penyakit jantung, stroke, dan stroke, tambahnya. 

Mengutip yankes.kemkes.go.id, sindrom metabolik merupakan kumpulan gejala berbagai penyakit jantung seperti hipertensi, penyakit jantung, dislipidemia, dan hiperglikemia. 

Dalam episode kali ini Dante juga bercerita tentang bahaya obesitas. Menurutnya, obesitas di kalangan menengah lebih berbahaya dibandingkan obesitas pada umumnya. 

“Karena obesitas sentral menandakan resistensi insulin,” jelas Dante.

Resistensi insulin dimana insulin tidak bekerja dengan baik dapat memicu penyakit seperti diabetes.

“Yang terjadi pada obesitas adalah resistensi insulin, insulin tidak bekerja dengan baik. Karena insulin tidak bekerja dengan baik, gula darahnya meningkat, dan di kemudian hari dia akan terkena diabetes.”

Selain itu, Dante menambahkan insulin yang tidak bekerja dengan baik akan meningkatkan tekanan darah dan berpotensi menimbulkan masalah pada pembuluh darah dan penyakit jantung.

Karena insulin tidak bekerja dengan baik, Anda mungkin menderita tekanan darah tinggi. “Karena insulin tidak bekerja dengan baik, Anda akan mengalami masalah pembuluh darah dan penyakit jantung di kemudian hari.” 

 

Cara lain untuk mengenali gejala obesitas yang merupakan tanda diabetes pada anak adalah dengan melihat warna kulit bagian belakang leher anak. Jika terdapat noda hitam, ini merupakan indikasi diabetes pada anak obesitas.

“Gejala khusus pada anak obesitas, anak-anak dan orang dewasa, lihat apakah lingkaran di leher belakang berwarna hitam atau tidak. Kalau ada flek hitam disebut Acanthosis Nigricans.” Acanthosis Nigricans adalah tanda resistensi insulin, jelas Dante.

“Kedepannya jika obesitas tidak dikendalikan maka akan berubah menjadi diabetes,” imbuhnya.

Selain tanda hitam tersebut, Profesor. Dr. Dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A(K), FAAP, FRCPI (Direktur Eksekutif, International Association of Pediatrics) ikut serta dalam diskusi panel, gejala obesitas yang menandakan diabetes pada anak dapat dilihat dari bentuk kaki dan keadaan kelelahan . . tidak mudah.

“Lehernya hitam, kakinya membentuk huruf ‘O’ dan sebagainya. Saat menaiki tangga menuju sekolah, katanya tidak bisa bernapas,” jelasnya.

Obesitas dapat diatasi jika Anda menerapkan pola hidup sehat yang dimulai sejak awal berkeluarga. Cara lainnya, kata Dante, adalah dengan memberikan contoh pola makan sehat di rumah orang tua. Dengan cara ini, anak akan terbiasa mengonsumsi makanan setiap hari. 

“Berikan contoh kesehatan. “Untuk tumbuh kembangnya, anak membutuhkan protein, bukan karbohidrat,” jelasnya.

Dante juga menekankan bahwa karbohidrat penting untuk produksi energi. Namun pola makan karbohidrat sebaiknya dibatasi untuk mencegah anak mengalami kelebihan berat badan.

 

Hal senada juga disampaikan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan, Dr. Eva Susanti, S.Kp., M.Kes. Eva mengatakan, dengan menjalani hidup sehat dan mengetahui risiko obesitas, ia dapat mencegah terjadinya obesitas.

Eva mengatakan “Obesitas dapat dicegah dengan mengikuti kebiasaan sehat, mencegah situasi berbahaya yang memerlukan komitmen setiap orang untuk bertanggung jawab atas kesehatannya,” kata Eva.

Keberhasilan pencegahan obesitas di Indonesia tidak lepas dari dukungan semua kalangan, kesadaran dan kewaspadaan masyarakat terhadap obesitas sangatlah penting.