Categories
Otomotif

Kondisi Pasar EV Tak Tertebak, Renault Batalkan Ambisi Produksi Lini Penuh Mobil Listrik

bachkim24h.com, Jakarta – Melihat status pasar kendaraan listrik (EV) yang menurun, produsen mobil asal Prancis Renault memutuskan untuk terus memproduksi kendaraan dengan mesin pembakaran dalam di katalognya dan terus memproduksi kendaraan listrik. Selama sepuluh tahun berikutnya, strategi dua lini ini diungkap oleh CEO merek Renault Fabrice Cambolio.

Sebelumnya pada tahun 2022, CEO Groupe Renault, Luca Di Meo, memperkirakan lini Renault Eropa hanya akan terdiri dari kendaraan listrik hingga tahun 2023. Keputusan ini sejalan dengan mandat Uni Eropa tahun 2035 sejalan dengan komitmen kuat Eropa terhadap dampak perubahan iklim.

Namun, dia tetap berhati-hati dalam memperkirakannya. Ia menambahkan, ambisi elektrifikasi pada akhirnya bergantung pada kondisi pasar.

Dalam perspektif yang lebih luas, perusahaan juga mengatakan bahwa mereka tidak memperkirakan dunia di mana kendaraan berbahan bakar gas dan hibrida akan menguasai kurang dari 40 persen pasar pada tahun 2040.

Di sisi lain, mereka tidak memperkirakan mobil listrik akan mendominasi pada tahun 2040.

Menurut Automotive News Europe, Cambolive menyatakan bahwa merek tersebut akan terus menawarkan kendaraan berbahan bakar bensin dengan teknologi hybrid serta tenaga listrik penuh.

Cambolive menjelaskan kepada Automotive News Europe di Geneva International Motor Show: “Bagi saya, ini bukan soal hanya menjual mobil listrik hingga tahun 2030, kami akan mengikuti tren itu dengan dua penawaran yang sangat kompetitif dalam rangkaian produk kami, dengan dua basis.

Rencana dua tahap Renault akan dilakukan secara terpisah dengan menawarkan opsi kendaraan full listrik di setiap segmen kendaraan.

Seperti di segmen B, mobil penumpang kecil, Renault melengkapi katalognya dengan Renault 5 E-Tech untuk meningkatkan pilihan kendaraan listrik bergabung dengan Renault Clio, mobil kecil terlaris kedua di Eropa. Pasar yang berbahan bakar bensin.

Desain ini berbeda dengan pesaing dari pabrikan lain, banyak di antaranya memiliki opsi pembakaran internal dan penggerak listrik dalam model yang sama.

Renault bukan satu-satunya merek besar yang meninggalkan ambisi elektrifikasinya dengan mengubah lanskap produknya pada akhir dekade ini. Pernyataan Renault ini muncul setelah Mercedes-Benz membatalkan perkiraan bahwa mobil listrik akan menyumbang 100 persen penjualan pada tahun 2030.

Sementara itu, Renault juga bekerja sama dengan produsen mobil Tiongkok Geely untuk membentuk usaha patungan yang akan melihat kedua kelompok bekerja sama untuk mengembangkan mesin pembakaran internal dan hibrida.

Kemitraan ini akan memproduksi mesin untuk merek Renault dan Geely termasuk Volvo, Proton, Nissan, Mitsubishi dan Punch Torino.