Categories
Kesehatan

Agar Anak Jadi Pribadi yang Punya Rasa Aman

bachkim24h.com, Jakarta Proses membesarkan anak memang tidak mudah. Siapapun yang sudah menjadi orang tua dan mempunyai anak yang bertugas mengasuh dan membesarkannya sejak kecil hingga dewasa pasti melalui proses ini. Jika proses ini berhasil maka anak akan menjadi pribadi yang sehat dan dewasa.

Dengan demikian, anak tidak hanya akan tumbuh secara positif dalam dirinya, namun pada akhirnya juga akan menjadi individu yang berkontribusi positif terhadap lingkungan di sekitarnya. Di sisi lain, kegagalan dalam proses ini akan berpotensi menimbulkan berbagai konflik baik dalam diri anak maupun dengan lingkungannya. 

Ada beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan saat membesarkan anak. Hal yang mutlak mendasar adalah mendidik anak menjadi orang yang merasa aman. Perasaan aman ini merupakan suatu konsep yang didasarkan pada visi subjektif yang dimiliki seseorang dalam melihat dirinya dalam hubungannya dengan dunia disekitarnya. Anak akan merasa aman jika kebutuhan dasarnya seperti kebutuhan makan dan minum terpenuhi.

Anak juga akan merasa aman jika mereka dapat mempercayai orang tuanya untuk selalu ada saat dibutuhkan ketika mereka merasakan adanya ancaman. Kehadiran orang tua dengan cara ini mengubah anak menjadi pribadi yang percaya diri dan percaya bahwa dunia di sekitarnya, meski tidak selalu aman, relatif dapat dikelola dan diperlakukan sedemikian rupa sehingga menjadi dunia yang cukup stabil dan stabil. tempat yang aman untuk pembangunan.

Kehadiran

Sebaliknya, ketika orang-orang penting di usia muda, terutama orang tua, tidak hadir saat anak membutuhkannya, maka anak akan tumbuh menjadi pribadi yang merasa tidak aman. Ketidakhadiran orang tua saat anak membutuhkan sesuatu dan saat merasa terancam mempengaruhi cara anak memandang dunia di sekitarnya. Dunia tempat Anda tinggal akan dipandang sebagai tempat yang kontradiktif dan sulit dipercaya. Hal ini akan membuat mereka takut untuk bereksplorasi, yang sebenarnya merupakan tugas penting dalam perkembangan awal kehidupan seseorang.

Perasaan aman dan tidak aman yang awalnya hanya pandangan subjektif, lama kelamaan menjadi terinternalisasi dan menjadi karakter atau kepribadian seiring dengan semakin seringnya individu menggunakannya. Oleh karena itu, mereka yang terbiasa melihat dunia disekitarnya dengan rasa aman akan menjadi individu yang berkepribadian pemberani. Hal ini juga berlaku bagi mereka yang terbiasa menerima anggapan bahwa dunia di sekitarnya tidak aman. Mereka yang sering menggunakan sudut pandang ini akan tumbuh menjadi individu dengan kepribadian penakut karena menganggap lingkungannya berbahaya.

Mereka yang berkepribadian berani melihat dunia di sekitar mereka sebagai dunia yang relatif sedikit ancamannya; Di sisi lain, mereka yang memiliki kepribadian penakut akan memandang dunia di sekitarnya sebagai sesuatu yang relatif mengancam. Ketika manusia melihat dunianya sebagai tempat yang mengancam, seperti makhluk hidup lainnya, maka mereka akan memberikan respon berupa kelangsungan hidup dan perlindungan terhadap hal-hal yang mereka anggap mengancam. Tentu saja reaksi defensif ini membutuhkan energi psikis. Semakin seseorang merasa bahwa suatu ancaman berpotensi membahayakan dirinya, semakin banyak energi psikologis yang dikeluarkan untuk melakukan respons defensif terhadap ancaman tersebut.

Itu tidak nyata

Masalahnya adalah ancaman tersebut sering kali tidak nyata, atau setidaknya tidak sebesar yang dirasakan individu. Bagi mereka yang memiliki kepribadian penakut dan merasa tidak aman, kenyataan yang tidak terlalu mengancam atau sangat mengancam dapat dianggap sebagai ancaman yang sangat berbahaya. Dari sudut pandang ini, individu berusaha dan bahkan mengeluarkan banyak energi agar responnya bertahan. Alokasi energi ini begitu besar sehingga menimbulkan minimal energi yang sebenarnya dibutuhkan untuk aspek kehidupan lainnya.

Orang-orang ini akan menjadi terlalu sensitif, mudah tersinggung, dan sibuk memperhatikan pandangan orang lain terhadap dirinya. Saran dari orang lain dipandang sebagai ancaman terhadap harga diri Anda. Terlebih lagi, dalam suatu konflik, mereka mudah tersinggung dan membawa konflik tersebut ke tingkat yang sangat pribadi.

Demi “melindungi” dirinya, seseorang yang selalu merasa minder bahkan rela melakukan hal-hal yang sebenarnya bisa dianggap tidak masuk akal bahkan secara obyektif merugikan dirinya. Untuk melindungi dirinya, orang-orang ini rela berbohong, memanipulasi, dan berkorban untuk dirinya sendiri atau orang lain yang sebenarnya tidak diperlukan.

Orang tua harus menyadari bahwa orang yang merasa minder sudah dididik sejak kecil. Oleh karena itu, orang tua harus memberikan rasa aman kepada anaknya. Memenuhi kebutuhan dasar tanpa penundaan dan berada di sisi orang tua ketika anak-anak mereka membutuhkannya merupakan langkah penting dalam memastikan rasa aman ini.

Selain itu, orang tua tidak boleh membahayakan nyawa anak-anaknya. Beberapa perilaku orang tua yang dapat menyebabkan anak menganggap lingkungan tidak aman antara lain memberikan tuntutan yang tidak realistis kepada anak, membandingkannya dengan anak lain hingga merasa malu, memanfaatkan superioritas orang tua untuk memaksakan kehendaknya pada anak, dan yang paling ekstrim adalah penolakan terhadap anak. .

Y. Heri Widodo, M.Psi., psikolog, guru besar Universitas Sanata Dharma dan pemilik taman kanak-kanak Kerang Mutiara Yogyakarta.