bachkim24h.com, Jakarta – Selama beberapa dekade terakhir, ilmu pengetahuan berhasil memperpanjang umur manusia. Namun di balik kemajuan ini, terdapat pertanyaan besar: Bisakah kita hidup lebih lama dari yang kita kira?
Angka harapan hidup manusia sebenarnya meningkat, namun batas atas usia tidak banyak berubah, menurut penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Natural Aging.
William Mair, Profesor Metabolisme Molekuler di Harvard T.H. Chan School of Public Health, berbagi pemahaman tentang rahasia di balik proses penuaan dan tantangan besar dalam memperpanjang umur manusia. 2024 dari hsph.harvard .edu untuk ringkasan. .Meningkatkan angka harapan hidup dan batasan usia maksimal
Studi ini menyoroti bahwa peningkatan kesehatan masyarakat dapat membantu kita hidup lebih nyaman di usia lanjut. Ini berarti lebih banyak dari kita yang mencapai usia tua dibandingkan sebelumnya.
Namun pada saat yang sama, umur maksimal manusia tampaknya tidak meningkat secara signifikan. Sebab, tubuh kita belum berevolusi untuk melindungi dirinya sendiri lebih lama dibandingkan saat ini.
Meyer percaya bahwa meskipun kita berumur panjang, tubuh manusia memiliki batas alami yang sulit untuk dimasuki. Inilah yang disebut “glass mortality floor” – batasan usia alami yang sulit diatasi dengan teknologi medis saat ini.
Meski demikian, Mel juga optimis. Menurutnya, perbatasan ini bukanlah tembok yang tidak bisa digerakkan. Dengan inovasi dalam biologi penuaan, mungkin suatu saat kita akan mampu mencapai terobosan.
Penuaan tidak pernah menjadi masalah besar dalam evolusi. Dari sudut pandang evolusi, kelangsungan hidup tidak ada hubungannya dengan lamanya umur suatu organisme, melainkan dengan kemampuan organisme tersebut untuk mewariskan gennya kepada generasi mendatang.
Banyak organisme, termasuk manusia, mati bukan karena penuaan tetapi karena penyakit, kecelakaan, atau serangan organisme lain. Seiring berjalannya waktu, strategi terbaik suatu organisme adalah makan, tumbuh, dan bereproduksi dengan cepat, meskipun hal ini menyebabkan tubuhnya menua dengan cepat.
Namun, fenomena menarik terjadi ketika organisme kekurangan makanan. Dalam kondisi kekurangan nutrisi, beberapa organisme memilih untuk memperlambat laju pertumbuhan dan reproduksinya dan lebih fokus pada perawatan tubuhnya.
Seberapa efektifkah itu? Mereka akan menjadi lebih kuat dan hidup lebih lama. Di laboratorium, bahkan telah dibuktikan pada cacing, lalat buah, dan tikus.
Jika kita memberi mereka lebih sedikit kalori, mereka akan hidup lebih lama. Fakta ini membuka wawasan baru mengenai peran nutrisi dalam memperlambat proses penuaan.
Lantas, bisakah orang menunda penuaan dengan mengurangi asupan makanan? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Meyer dan timnya melakukan serangkaian penelitian.
Meskipun data jangka panjang pada manusia terbatas, uji klinis mengenai pembatasan pola makan dan puasa intermiten telah menunjukkan hasil yang menjanjikan.
Meyer menjelaskan bahwa kita sekarang dapat mengukur “usia biologis” seseorang—seberapa cepat atau lambat mereka menua dibandingkan dengan usia sebenarnya.
Hal ini memungkinkan para ilmuwan untuk lebih memahami bagaimana pola makan dan gaya hidup mempengaruhi penuaan.
Namun, Mayer juga mengingatkan kita bahwa kita tidak bisa menerapkan temuan semua orang dengan segera.
Meskipun hasil ini menjanjikan untuk organisme sederhana, manusia adalah makhluk yang lebih kompleks.
Namun, dia optimis. Gerontologi, ilmu biologi penuaan, berkembang pesat dan terus mencari cara untuk memperlambat penuaan.
Meyer percaya bahwa banyak penyakit kronis, seperti penyakit Alzheimer, kanker, penyakit jantung, diabetes, dll, disebabkan oleh disfungsi metabolisme. Penyakit-penyakit ini mempunyai banyak penyebab, namun satu hal yang umum: usia adalah faktor risiko terkuat.
Saat kita masih muda, tubuh kita memiliki kemampuan metabolisme yang fleksibel. Kita bisa dengan mudah beralih dari membakar gula di siang hari ke membakar lemak di malam hari.
Namun, seiring bertambahnya usia, kita kehilangan kemampuan ini dan metabolisme kita mulai menyimpan lemak di tempat yang bukan tempatnya, seperti di organ vital, sehingga meningkatkan risiko penyakit.
Penelitian di laboratorium Meier berfokus pada pemahaman mengapa tubuh kita menjadi kurang fleksibel secara metabolik seiring bertambahnya usia dan bagaimana beberapa orang mampu mempertahankan fleksibilitas ini.
Menurutnya, banyak cara untuk menjaga kelenturan metabolisme, bisa melalui pola makan, obat-obatan, bahkan genetika.
Namun, kebiasaan sehari-hari juga memainkan peran penting, dan Mayer percaya bahwa menggabungkan pendekatan-pendekatan ini mungkin menjadi kunci untuk hidup sehat dalam jangka panjang.
Bisakah kita memperpanjang umur manusia? Ada dua pendekatan utama dalam penelitian penuaan, kata Meyer.
Pendekatan pertama adalah mempelajari faktor biologis dan sosial yang menyebabkan penuaan pada sebagian orang. Ini termasuk genetika, metabolisme, pola makan dan interaksi sosial.
Pendekatan ini tidak memperpanjang umur maksimal, namun memungkinkan lebih banyak orang mencapai batas usia tersebut.
Pendekatan kedua yang lebih berani adalah menemukan cara untuk benar-benar mengubah biologi penuaan pada manusia. Meyer mengatakan penelitiannya juga mencakup regenerasi sel dan jaringan.
Meski masih baru, ia yakin bidang tersebut mempunyai potensi besar untuk menembus batas usia.
Dalam perkembangan teknologi kesehatan, banyak bermunculan influencer kesehatan yang mengklaim “rahasia umur panjang” melalui paparan dingin, panas, dan perawatan lainnya.
Meyer memperingatkan bahwa klaim tersebut seringkali didasarkan pada data terbatas atau studi korelasional yang tidak dapat membuktikan sebab dan akibat.
Sayangnya, di era media sosial, klaim bombastis sering kali lebih populer dibandingkan hasil penelitian yang akurat dan cermat.
Meier mengatakan semua orang ingin hidup lebih lama dan lebih sehat, namun ilmu pengetahuan tidak mengetahui hal tersebut secara pasti.
“Ketika seseorang bertanya apakah Anda bisa hidup sampai usia 300 tahun, satu-satunya jawaban yang bertanggung jawab adalah, ‘Saya belum tahu!’” kata Meier.