Categories
Teknologi

Hari Puisi Nasional, Warganet Kenang Chairil Anwar dan Mendadak Jadi Pujangga

bachkim24h.com, Jakarta – Hari Puisi Nasional yang diperingati setiap tanggal 28 April bertepatan dengan meninggalnya salah satu penyair-legenda terkemuka Indonesia, Chairil Anwar.

Pantauan Tekno bachkim24h.com, Rabu (28/4/2021), di jejaring sosial – khususnya Twitter – banyak netizen yang mengingat karya-karyanya.

Mulai dari download ulang puisi Chairil Anwar hingga kutipan penuh makna dari penyair kelahiran Medan, 26 Juli 1922. “Maksudku bukan berbagi takdir, takdir adalah saling diam.” (Khairil Anwar) Selamat Hari Puisi Nasional. — rida (@ridaffffffffhm) 28 April 2021 Selamat Hari Puisi Nasional, Cameo! “Kepunahan lebih tinggi dari perbudakan, kematian lebih tinggi dari yang tertindas, padahal kematian hanya tercapai ketika kehidupan bisa dirasakan” —Cheyril Anwar, Diponegoro#cameoproject#NationalPuisiDay — Cameo Project (@cameoproject_) 28 April 2021 Hari ini adalah peristiwa besar hari. Bagi para penyair Indonesia. Mari kita rayakan dengan menerbitkan puisi, membaca dan… Penyair Indonesia adalah suara dan jiwa Indonesia dalam suka dan dukanya, seperti kita mengenang Chairil Anwar saat ini. Selamat Hari Puisi Nasional! pic.twitter.com/qjRCLP4IyY — Antun Jock Susmana (@Susmana) 28 April 2021 Selamat Hari Puisi Nasional 🕊️Cairil Anwar, Alfatihah… pic.twitter.com/W7abk45feS — Filsafat Rindu (@filsafatmu) 22 April 2021 )

Tak berhenti sampai disitu, warganet pun ramai menyerukan Hari Puisi Nasional hingga membuat kalimat tersebut menjadi trending topik di Twitter.  Tonton video pilihan berikut

Tak hanya itu, tak sedikit warganet yang tiba-tiba menjadi penyair dengan mengunggah puisi atau puisi buatannya sendiri. Bulan itu bulat, aku menjaga pengabdianku sendirian bersamamu sepanjang hari. Selamat Hari Puisi #GelahAwan #TitianRasa pic.twitter.com/8AlmiRzeep — Magnoolia (@Magnoolia02) 28 April 2021 pic.twitter.com/0KlVNjZBZX — Rena Kharisma (@kharismarena) 28 April 2021 Puisi terakhirku, dll d. Saya tidak pintar dan saya mempunyai ambisi untuk membuat puisi. Hal ini telah ditunjukkan di sini sebelumnya. Anyway, Selamat Hari Puisi Nasional, para cyberpoet! https://t.co/CII8Fpq1JC pic.twitter.com/iQrsAaRgWU — Narasita. (@machaveIaar) 28 April 2021 Selamat Hari Puisi Nasional! Kamu yang aku nobatkan sebagai tokoh utama dalam setiap puisiku, semangat dalam segala hal. Aku siap memasuki setiap kalimat yang dibumbui campuran rasa sakit dan sedih. — Puan (@puanterkasih) 28 April 2021

Categories
Hiburan

Peluncuran Kumpulan Puisi Chairil Anwar dan Novel Grafis Rayni Massardi di Pojok Baca Bentara Budaya

JAKARTA – Dalam rangka memperingati Hari Puisi Nasional, serangkaian acara dilancarkan melalui peluncuran buku puisi Chairil Anwar, novel grafis karya Rayni Massardi, dan pembacaan puisi untuk mengenang mendiang Joko Pinurbo yang diluncurkan pada Selasa (30/4) di Bentara Budaya, Jakarta Barat).

Yang Direbut dan Dibentak (The Seised and the Severed) karya Chairil Anwar telah diterjemahkan puisi ke dalam dua bahasa oleh Rick Idrus. Buku ini awalnya merupakan terjemahan puisi Chairil Anwar karya Idrus, kemudian tata bahasanya dikoreksi oleh anak Idrus, Rick Idrus.

Ia mengutip pernyataan Idrus dalam karyanya, dan tujuannya menerjemahkan puisi Chairil Anwar adalah untuk melestarikan dan memajukan sastra Indonesia. Karena sebagai ulama Minangkabau Idrus merasa hanya orang Minangkabau yang bisa memahami pilihan kata dan tata bahasa Chairil Anwar, kata dia. Mirna Yulistianti, selaku editor Gramedia Pustaka Utama, penerbit buku tersebut.

Selain itu, juga diluncurkan novel grafis Tak Jatuh Cinta karya Rayni N Masardi & Erby S. Buku ini disebut-sebut merupakan novel yang mengangkat tema cinta yang berbeda dan jauh.

“Ceritanya tentang seorang wanita, alien, di planet X yang jatuh cinta dengan seorang pria di Bumi. “Buku ini saya persiapkan selama dua tahun, lalu saya ajak Erby S untuk menyelesaikan buku ini,” kata Rayni.

Secara konseptual, buku ini mempunyai garis besar pada setiap babnya untuk menyertai penulisan fiksi. Pembaca dapat menafsirkan sendiri sketsa tersebut.

Sesi terakhir adalah pembacaan puisi oleh penyair Joko Pinurbo yang baru saja meninggal dunia pada Sabtu 27 April. Pertemuan ini dihadiri oleh beberapa penulis Indonesia seperti kurator Bentara Budaya, penulis Kompas Gramedia dan perwakilan masyarakat membaca.

Beberapa puisi yang dibacakan adalah Kamus Kecil, Kesedihan dan Kebahagiaan, Telepon Tengah Malam dan Tubuh yang Dipinjam.

Selain membaca puisi karya Joko Pinurbo, mereka juga membaca puisi buatannya sendiri.

Bertepatan dengan peluncuran buku-buku tersebut adalah diresmikannya Pojok Baca Bentara Budaya yang terbuka untuk umum dan menjadi wadah bagi para pecinta buku untuk datang dan bertemu dengan para penggiat literasi lainnya.

“Kami menyebut Pojok Baca sebagai salah satu tempat pertemuan baru yang dapat mencerahkan kehidupan bangsa,” ujar Ilham Khoiri selaku CEO Bentara Budaya.

MG/Cinta Rasulillah