JAKARTA – PT MNC Energy Investments Tbk (IATA) diketahui menurunkan harga saham akibat lelang penuh. Fluktuasi ini dapat menimbulkan kekhawatiran bagi investor.
Dalam keterangan resminya, perseroan menyatakan akan menggunakan kesempatan ini untuk memberikan klarifikasi dan menegaskan kembali komitmennya dalam meningkatkan nilai perusahaan dalam jangka panjang.
Sementara itu, pada 25 Maret 2024, Bursa Efek Indonesia (BEI) akan menerapkan sistem lelang full call untuk saham-saham di Badan Pengawasan Khusus. Salah satu kriteria saham emiten yang masuk dalam papan ini adalah rata-rata harga saham enam bulan terakhir di pasar reguler kurang dari Rp 51,00.
“Masuknya perusahaan ke dalam Dewan Pemantau Khusus tidak mencerminkan prinsip fundamental perusahaan. IATA mengoperasikan 8 IUP di Musi Banyusin, Sumatera Selatan, dan secara agresif meningkatkan produksi untuk memenuhi permintaan batubara yang tinggi.” Berdasarkan laporan Komite Sumber Daya Mineral Indonesia (KCMI), IATA saat ini memiliki cadangan batubara sebesar 386,6 juta ton,” kata perseroan dalam keterangan resmi, Senin (03/06/2024).
Jumlah tersebut berasal dari sekitar 20% dari total luas area penambangan perseroan yang mencapai 72.478 hektare. Cadangan batubara akan terus bertambah seiring dengan proses eksplorasi yang menunjukkan tambahan cadangan terbukti minimal 600 juta ton untuk seluruh IUP.
Pada tahun 2023, perseroan akan memproduksi lebih dari 4 juta ton dari 3 IUP produksinya. Selain itu, pada tahun 2024, perseroan akan memulai produksi dari IUP milik PT Arthaco Prima Energy (APE) yang akan memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan bisnis IATA.
Selain fokus pada peningkatan produksi batu bara, perseroan juga mengembangkan kontrak penjualan, mencari peluang akuisisi tambang baru, menjajaki peluang di sektor energi terbarukan dan di setiap aktivitas bisnis untuk memastikan pertumbuhan produktivitas yang berkelanjutan.
Fundamental kuat yang disebutkan di atas meningkatkan kepercayaan investor. Perusahaan yakin masalah ini akan teratasi dalam waktu dekat. Perusahaan harus mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk mengembalikan Dewan Umum IATA.