bachkim24h.com, Jakarta Pertanyaan apakah benar membuang ingus bisa menyebabkan Alzheimer belakangan ini menarik perhatian banyak orang. Banyak mitos kesehatan yang beredar di masyarakat, seperti anggapan bahwa membuang ingus dapat meningkatkan risiko penyakit Alzheimer. Meski mengejutkan, penting untuk memahami fakta dan fakta ilmiah yang sebenarnya sebelum Anda mempercayainya sepenuhnya.
Penelitian yang membahas hubungan mimisan dengan Alzheimer masih sangat terbatas sehingga sulit memastikan kebenaran klaim tersebut. Beberapa ahli kesehatan berpendapat bahwa Alzheimer lebih berkaitan dengan faktor genetik, gaya hidup, dan penuaan otak dibandingkan dengan kebiasaan sehari-hari seperti mengupil.
Namun klaim tersebut telah memicu diskusi menarik tentang kesehatan otak, kebersihan pribadi, dan risiko infeksi yang dapat memengaruhi kesehatan secara keseluruhan. Benarkah membuang ingus menyebabkan Alzheimer, atau hanya salah satu mitos yang belum terbukti? Namun, ada beberapa faktor yang secara tidak langsung dapat berhubungan antara kebiasaan buruk dengan kesehatan otak.
Mengupil secara tidak higienis, misalnya, dapat memicu infeksi pada saluran hidung yang dapat memengaruhi otak. Namun, klaim bahwa kebiasaan ini secara langsung memicu Alzheimer belum banyak mendapat dukungan ilmiah. Untuk memahami sepenuhnya risiko dan faktor penyebab Alzheimer, diperlukan lebih banyak penelitian. Benarkah membuang ingus menyebabkan Alzheimer atau hanya sekedar spekulasi?
Hal terpenting untuk menjaga kesehatan otak adalah menghindari hal-hal yang terbukti meningkatkan risiko Alzheimer, seperti merokok, kurang aktivitas fisik, dan pola makan yang buruk. Menjaga kebersihan tubuh, termasuk kebersihan hidung, tentu saja penting, namun belum ada bukti kuat bahwa mengupil bisa menyebabkan Alzheimer.
Oleh karena itu, masyarakat tidak perlu terlalu khawatir dengan klaim tersebut dan fokus pada upaya pencegahan Alzheimer dengan menggunakan cara-cara yang terbukti efektif. Benarkah membuang ingus menyebabkan Alzheimer, atau hanya rumor yang menyesatkan? Berikut penjelasan lebih detailnya yang dirangkum bachkim24h.com dari berbagai sumber, Rabu (25/9/2024).
Alzheimer merupakan penyakit degeneratif otak yang menyebabkan penurunan fungsi kognitif, seperti daya ingat, berpikir, dan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari. Penyakit ini berkembang secara bertahap dan biasanya menyerang orang lanjut usia, meskipun ini bukan merupakan bagian normal dari penuaan. Penyebab Alzheimer belum sepenuhnya dipahami, namun faktor-faktor seperti penumpukan plak protein di otak, perubahan genetik, usia, dan gaya hidup tidak sehat mungkin berkontribusi. Hingga saat ini, belum ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit Alzheimer, namun terdapat terapi yang dapat membantu meringankan gejala dan memperlambat perkembangan penyakit.
Namun belakangan muncul klaim bahwa kebiasaan mengupil dapat menyebabkan Alzheimer, yaitu penyakit neurodegeneratif yang ditandai dengan penurunan fungsi kognitif. Pernyataan tim peneliti dari University of Griffith, Australia ini menjadi perhatian publik, karena menyebutkan bakteri Chlamydia pneumoniae yang terdapat di saluran pernafasan dapat masuk ke otak melalui saraf penciuman di hidung. rongga. Bakteri ini disebut-sebut memicu peradangan di otak yang berpotensi mempercepat pembentukan plak beta-amiloid, salah satu penyebab utama penyakit Alzheimer.
Meskipun hasil penelitian Universitas Griffith menarik, penting untuk dicatat bahwa hubungan antara hidung dan Alzheimer belum terbukti secara pasti pada manusia. Penelitian ini masih dalam tahap awal dan sebagian besar dilakukan pada hewan laboratorium, bukan manusia. Oleh karena itu, tidak dapat disimpulkan dengan pasti bahwa mengupil secara langsung menyebabkan Alzheimer. Selain itu, penelitian ini tidak menyatakan bahwa hidung adalah satu-satunya penyebab Alzheimer. Banyak faktor lain yang memiliki pengaruh lebih besar terhadap perkembangan penyakit ini, seperti usia lanjut, riwayat keluarga, dan kondisi kesehatan umum, seperti gaya hidup, seperti pola makan, aktivitas fisik, dan kebiasaan merokok.
Penelitian terbaru lainnya juga menunjukkan adanya hubungan potensial antara hidung dan peningkatan risiko penyakit Alzheimer, yang merupakan salah satu bentuk demensia paling umum di dunia. Penelitian yang dipublikasikan dalam The American Journal of Medical Sciences ini menekankan bahwa meski kebiasaan ini terkesan sepele, namun sebenarnya bisa menjadi faktor risiko penting dalam berkembangnya penyakit Alzheimer.
Penelitian tersebut melihat metadata dari 10 penelitian sebelumnya, yang meneliti bagaimana bakteri dan patogen lain dapat masuk ke dalam tubuh melalui hidung ketika seseorang mengupil. Hasilnya mengungkapkan berbagai mikroorganisme berbahaya seperti bakteri dan virus dapat dengan mudah masuk ke rongga hidung melalui jari. Kebiasaan yang dianggap normal oleh banyak orang memungkinkan patogen ini mencapai sistem saraf pusat.
Yang lebih mengkhawatirkan lagi, para peneliti menemukan bahwa bakteri dan patogen ini tidak hanya berhenti di hidung. Mereka dapat menyebar melalui saraf penciuman (saraf penciuman) dan mencapai otak, di mana mereka dapat memicu peradangan. Seiring berjalannya waktu, peradangan ini dapat merusak sel-sel otak dan menyebabkan kematian sel, yang kemudian berkontribusi pada berkembangnya penyakit Alzheimer. Salah satu poin penting dari penelitian ini adalah identifikasi beberapa patogen utama yang dapat memicu peradangan otak
Beberapa mikroorganisme yang ditemukan antara lain virus herpes, virus corona, bakteri penyebab pneumonia, dan jamur Candida albicans. Semua mikroorganisme tersebut diketahui menyebabkan infeksi serius, dan bila berhasil menembus sawar otak-otak melalui hidung, potensinya menyebabkan kerusakan otak semakin besar. Peradangan yang disebabkan oleh patogen ini menyebabkan kerusakan bertahap pada jaringan otak. Kerusakan ini, jika dibiarkan berlanjut, dapat menyebabkan penumpukan protein abnormal seperti plak beta-amiloid, yang merupakan ciri khas penyakit Alzheimer.
Alzheimer adalah penyakit neurodegeneratif yang ditandai dengan penurunan kemampuan kognitif secara bertahap, dengan gejala mulai dari ringan hingga berat seiring perkembangan penyakit. Gejala-gejala ini muncul secara perlahan dan memburuk seiring berjalannya waktu, sehingga mengganggu kemampuan orang tersebut dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Berbagai gejala penderita Alzheimer dijelaskan di bawah ini: 1. Masalah daya ingat
Salah satu tanda awal penyakit Alzheimer yang paling jelas adalah masalah ingatan, terutama saat mengingat informasi baru. Pada tahap awal, penderita mungkin melupakan hal-hal kecil, seperti percakapan masa lalu, di mana ia mencantumkan hal atau tanggal penting. Penderitanya mungkin mengulangi pertanyaan yang sama berulang kali karena tidak ingat jawabannya. Meskipun kelupaan sesekali adalah hal yang normal seiring bertambahnya usia, kehilangan ingatan pada Alzheimer seringkali lebih parah dan seringkali mengganggu kehidupan sehari-hari. Seiring berkembangnya penyakit, penderita mulai kehilangan ingatan jangka panjangnya, seperti tidak bisa mengenali anggota keluarga atau teman dekatnya, serta melupakan pengalaman atau momen penting dalam hidupnya. 2. Disorientasi waktu dan tempat
Penderita Alzheimer seringkali mengalami kebingungan mengenai waktu dan tempat. Mereka mungkin lupa hari, tanggal atau musim saat ini dan tersesat di tempat-tempat yang seharusnya mereka kenal dengan baik, seperti lingkungan rumah mereka sendiri. Dalam situasi yang lebih parah, penderita bisa lupa cara pulang dari tempat yang dikunjunginya atau bahkan tersesat di rumahnya sendiri. Disorientasi ini juga dapat mempersulit pemahaman kejadian terkini atau rencana masa depan. Mereka mungkin merasa terjebak dalam waktu yang berbeda atau bingung dengan situasi yang terjadi di sekitar mereka. 3. Kesulitan berpikir abstrak dan mengambil keputusan
Penyakit Alzheimer tidak hanya memengaruhi daya ingat, tetapi juga kemampuan berpikir logis dan abstrak. Tugas-tugas yang dulunya sederhana, seperti menyelesaikan soal matematika sederhana atau mengelola keuangan, menjadi sangat sulit. Penderitanya mungkin menjadi bingung ketika merencanakan atau mengikuti langkah-langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu tugas, bahkan yang sederhana sekalipun. Mereka mungkin juga mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan, seperti memutuskan apa yang akan dikenakan atau bagaimana merespons situasi tertentu. Ketidakmampuan ini seringkali membuat mereka sangat bergantung pada orang lain untuk mengambil keputusan penting. 4. Perubahan sikap dan kepribadian
Penyakit Alzheimer juga dapat memengaruhi emosi dan kepribadian seseorang. Penderitanya mungkin mengalami perubahan suasana hati yang ekstrem tanpa alasan yang jelas. Mereka mungkin menjadi lebih mudah tersinggung, frustrasi, cemas atau depresi. Dalam beberapa kasus, mereka mungkin menjadi curiga atau paranoid terhadap orang-orang di sekitar mereka, seperti keluarga dan teman dekat. Perubahan kepribadian tersebut seringkali menyebabkan penderitanya menarik diri dari interaksi sosial dan aktivitas yang biasa mereka nikmati, sehingga memperparah perasaan kesepian atau keterasingan. Orang yang tadinya tenang dan ramah mungkin menjadi cemas atau agresif, sedangkan orang lain menjadi lebih pasif dan acuh terhadap lingkungan sekitarnya.
Penderita Alzheimer seringkali mengalami masalah dalam berbicara dan menulis. Mereka mungkin kesulitan menemukan kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan pikiran mereka, atau mereka mungkin berhenti di tengah percakapan karena lupa apa yang ingin mereka katakan. Kalimat yang mereka ucapkan mungkin terputus-putus atau tidak masuk akal bagi orang lain. Selain itu, kemampuan mereka dalam memahami percakapan juga mungkin menurun, sehingga mereka mungkin terlihat tidak responsif atau bingung dengan apa yang dikatakan orang lain. Hal ini juga berlaku pada kemampuan menulis Anda, di mana tulisan Anda mungkin sulit dipahami atau tidak mengikuti struktur logis. 6. Hilangnya kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari
Seiring berkembangnya penyakit Alzheimer, penderitanya akan semakin kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari yang biasa dilakukannya sendiri. Pada tahap awal, mereka mungkin memerlukan bantuan dalam tugas-tugas seperti mengelola keuangan atau mengingat janji. Namun, pada tahap yang lebih lanjut, mereka memerlukan bantuan untuk melakukan tugas-tugas dasar seperti berpakaian, mandi, makan, atau pergi ke toilet. Hilangnya kemampuan ini bisa membuat mereka sangat bergantung pada bantuan orang lain, baik itu keluarga maupun pengasuh. Hilangnya kemandirian ini seringkali membuat penderitanya merasa frustasi dan dapat memperburuk gejala lain, seperti kecemasan atau depresi. 7. Gangguan persepsi visual dan spasial
Beberapa pasien Alzheimer juga mengalami kesulitan memproses informasi visual dan spasial. Mereka mungkin mengalami kesulitan menilai jarak atau mengidentifikasi objek secara akurat, yang dapat membuat tugas seperti mengemudi menjadi berbahaya. Misalnya, penderitanya mungkin kesulitan membedakan warna, atau kesulitan mengenali wajah yang dikenalnya. Kesulitan-kesulitan ini juga dapat memengaruhi kemampuan Anda dalam menavigasi lingkungan, sehingga meningkatkan risiko tersesat atau terjatuh.