Categories
Bisnis

Adaptasi Perubahan Iklim Dinilai Penting untuk Dilakukan di Kawasan Rural

bachkim24h.com, JAKARTA – Aksi pengurangan dan penanggulangan perubahan iklim penting dilakukan di wilayah pedesaan seperti perkampungan dan pesisir. Sebab, masyarakat pedesaan seperti petani, penggembala, dan nelayan adalah pihak yang paling terkena dampak krisis iklim. Dalam rangka mengurangi perubahan iklim di pedesaan, salah satu upaya yang dikembangkan oleh Yayasan Rumah Energi (YRE) adalah Kerja Sama Lingkungan. 

Jaringan koperasi lingkungan hidup yang fokus pada upaya konversi energi akan segera membuka peluang proyek ramah lingkungan atau Good Jobs di wilayah tersebut. Manajer komunikasi Rumah Energi, Fauzan Ramadhan, mengatakan koperasi dan anggotanya bekerja di tingkat akar rumput, khususnya di pedesaan. 

Kami meluncurkan Kolaborasi Ramah Lingkungan untuk memperkenalkan visi hijau serta lingkungan yang lebih ramah lingkungan, berkelanjutan, dan kolaboratif di Indonesia. Pada Senin, 1/4/2024, Fauzan mengatakan: “Singkatnya, YRE meyakini koperasi adalah perusahaan yang dekat dengan masyarakat dan dapat menjadi wahana penggalangan dana untuk melawan perubahan iklim.”

Fauzan menambahkan, konsep koperasi hijau diusulkan terutama untuk meningkatkan kesadaran akan peran koperasi dalam mendukung kegiatan mitigasi perubahan iklim dan perubahan iklim. 

Penelitian YRE menunjukkan bahwa koperasi mempunyai potensi untuk membiayai perubahan iklim. Oleh karena itu, asosiasi hijau harus didorong untuk memberikan upaya kooperatif bahwa sektor hijau tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan, tetapi juga menguntungkan bagi dunia usaha. 

Ia menambahkan: “Secara umum, kerja sama hijau dan sektor lingkungan hidup (Green Work) dapat berjalan secara bersamaan dan saling melengkapi.” 

Sementara itu, Ridwan Arif, Kepala Riset dan Teknologi Koaksi Indonesia, mengatakan peluang pengembangan Green Job lebih banyak terdapat di wilayah pedesaan. Koaksi Indonesia menunjukkan hal tersebut di bidang energi dengan upaya pemerintah seperti Kementerian ESDM dalam rangka pengawasan jumlah listrik. Salah satu upayanya adalah dengan membangun pembangkit energi terbarukan sesuai dengan daya sumber daya alam yang tersedia, baik PLTS, PLTB, dan PLTMH.

Semua proses mulai dari produksi tanaman pedesaan hingga produksi dan pemeliharaan berada di tangan penduduk desa. Menurut Ridwan, harus ada pergeseran kekuasaan termasuk peningkatan angkatan kerja pedesaan untuk pembangunan berkelanjutan. 

“Selain sektor energi, tentunya ada sektor lain yang berpotensi menjadi Green Jobs. Misalnya sektor pertanian, perikanan dan kelautan, serta pariwisata. Menurut Kemenparekraf, saat ini sudah ada. 3.410 Desa dari 43 wilayah di Indonesia. Ridwan menjelaskan: ‘Jika semua desa wisata ini bisa menerapkan pariwisata ramah lingkungan, pasti akan menciptakan lebih banyak lapangan kerja.’ 

Sedangkan menurut Program Energi Nasional (RUEN), sektor energi terbarukan akan menyerap langsung 432 ribu tenaga teknis pada tahun 2030 dan 1,12 juta tenaga teknis pada tahun 2050. 

Di daerah pedesaan, YRE telah meluncurkan Kemitraan Lingkungan untuk mendukung perumahan dan produk gas domestik. Selain pengolahan limbah kotoran hewan, dengan adanya biogas, pertanian dan transportasi hewan dapat menghemat gas LPG untuk memasak dan mendapatkan manfaat dari pemanfaatan tanaman biogas (bioslurry) pada kotoran tanaman. 

“Dengan dibangunnya pabrik biogas, ada kelompok teknisi dan penanam gas. Danastri Widoningtyas, Program Manager Yayasan Rumah Energi menjelaskan, “Yayasan Rumah Energi telah memberikan pelatihan teknis kepada 1.570 orang untuk membangun biogas pada akhir tahun 2023. Program Biogas Indonesia.  

Menurut Koaksi Indonesia, pemanfaatan biogas merupakan salah satu pendukung pengembangan Green Services karena biogas merupakan salah satu sistem pertanian terpadu (IFS) atau gabungan sistem pertanian yang berupaya meningkatkan sistem-perekonomian. 

Melalui Program Biogas Rumah atau disebut Program BIRU, YRE melakukan pendekatan dan pendampingan kepada koperasi untuk menjadi mitra dalam pemberian kredit biogas kepada anggotanya. Hingga akhir tahun 2023, terdapat 25 koperasi yang menjadi mitra kredit dan mitra pembangunan biogas dengan tenaga profesional dan/atau insinyur.

Penyedia kredit di daerah ini berbeda-beda, sebagian dana disediakan oleh sistem koperasi, dana bergulir dari lembaga perkreditan, dan seringkali dari dana koperasi itu sendiri. Berdasarkan data YRE, terdapat 61 perusahaan koperasi yang telah memberikan kredit biogas kepada mereka yang ingin memanfaatkan program BIRU.

Meskipun terdapat contoh nyata mengenai cara menggalang dana untuk proyek perubahan iklim dan bio-koperasi, saat ini belum ada kerangka hukum yang dapat menjadi kerangka umum pengelolaan Koperasi Hijau. Padahal, keberadaan regulasi dapat menjadi koridor yang jelas dalam pengelolaan Koperasi Hijau untuk mengurangi aktivitas ilegal. 

Selain kendala politik dan hukum, terdapat banyak tantangan dalam mengelola koperasi hijau. Beberapa permasalahan tersebut antara lain struktur keuangan yang kompleks, kapasitas kerjasama yang terbatas, biaya transaksi yang tinggi, dan terbatasnya kerjasama. 

“Perlu adanya kesepakatan resmi untuk menekan iklim perubahan di koperasi dan dana yang digelontorkannya. Direktur Komunikasi Yayasan Rumah Energi, Fauzan Ramadhan mengatakan: “Meskipun implementasi “Koperasi Hijau” dapat terus berjalan di tingkat lokal.” 

Koaksi Indonesia terkait dengan Yayasan Rumah Energi. Menurut Koaksi Indonesia, harus ada perjanjian kerja sama yang ramah lingkungan, sehingga dapat mendukung transisi energi dan menjadi faktor pendukung Green Jobs. “Karena jika tidak ada kerangka hukum, sangat mungkin kata ‘hijau’ dalam Cooperative Green dapat disalahgunakan dan menjadi alat untuk melakukan penghijauan,” kata Ridwan Arif, direktur penelitian dan manajemen pengetahuan di Indonesia.

Terkait pendanaan iklim, Koaksi Indonesia berupaya mencapai konsensus melalui diskusi publik mengenai pendanaan iklim. Kami yakin manfaat tersebut dapat diakui dan dimanfaatkan oleh masyarakat luas, baik di tingkat nasional maupun daerah.

Menurut Koaksi Indonesia, kebijakan yang mengarah pada pembangunan berkelanjutan dengan penekanan pada lingkungan akan menjadi penting dalam beberapa tahun ke depan. Peluang ini perlu dimanfaatkan secara efektif, khususnya bagi generasi muda untuk berpartisipasi dalam sektor Green Jobs.