Categories
Lifestyle

64 Persen UMKM di Indonesia Dikelola Perempuan, Pemodalan dan Literasi Keuangan Jadi Tantangan Utama

bachkim24h.com, Jakarta – Berdasarkan data terkini Badan Pusat Statistik (BPS), 64,5 persen UMKM di Indonesia dikelola oleh perempuan. Dari data tersebut, penguatan sektor UMKM dapat dikatakan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi nasional yang lebih inklusif.

CEO Trans Digital Lifestyle Group, Putri Tanjung menyampaikan hal tersebut pada konferensi pers The 2024 Asia Grassroots Forum di kantor Amartha di Cilandak, Jakarta Selatan, Selasa 14 Mei 2024. Menurutnya, penguatan UMKM bisa saja terjadi. multiplier effect yang signifikan, khususnya bagi perempuan, dalam penciptaan lapangan kerja baru, peningkatan gizi keluarga, peningkatan akses pendidikan anak, dan lain sebagainya.

Putri merupakan salah satu investor yang mendukung perempuan wirausaha mulai tahun 2020. Baginya, perempuan wirausaha yang berkesempatan menyuntikkan dana harus memiliki kriteria usaha yang bernilai berkelanjutan dan berdampak pada lebih banyak perempuan.

“Saya senang sekali bisa langsung memberikan modal kepada pengusaha perempuan di Indonesia. Mereka bisa bersaing dengan pengusaha laki-laki, punya jiwa kepemimpinan yang sangat detail, punya ide-ide keren dalam inovasi startup dan UMKM,” ujarnya.

Hal ini sejalan dengan PT Amartha Mikro Fintek atau Amartha yang fokus memberikan pendanaan bagi perempuan pengusaha akar rumput di pedesaan. Salah satu tujuannya adalah mengurangi ketimpangan akses terhadap keuangan digital bagi perempuan di usaha ultra mikro di pedesaan.

 

Amartha mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif di kalangan akar rumput atau kelompok kelas bawah melalui pendekatan kolaboratif. Hal ini diwujudkan melalui Asia Grassroots Forum 2024, dimana Amartha mengundang berbagai pemangku kepentingan untuk mempromosikan potensi ekonomi akar rumput di Indonesia secara lebih luas.

Acara ini akan diselenggarakan pada tanggal 21 dan 22 Mei 2024 di Jakarta bekerja sama dengan lembaga mitra seperti Women’s World Banking, SME Finance Forum, Accion, dan International Finance Corporation (IFC). Masyarakat dapat mengikuti rangkaian acara secara virtual melalui akun YouTube resmi Amartha.

“Kami mengajak berbagai pemangku kepentingan seperti pengusaha, investor, regulator, inovator, dan Pemimpin Keuangan UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah), untuk bersinergi memajukan perekonomian masyarakat yang berada di piramida terbawah,” ujar Founder & Amartha. CEO. Andi Topan Garuda Putra.

Andi berharap Asia Grassroots Forum 2024 dapat menjadi katalis dalam menyediakan platform kolaboratif bagi pemangku kepentingan di segmen akar rumput melalui agenda impact scaling, digitalisasi UMKM, dan mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif.

“Kami yakin, peningkatan pertumbuhan ekonomi inklusif dapat terwujud jika dilakukan melalui berbagai upaya bersama. Kami berharap forum ini dapat menggerakkan banyak pihak untuk menjadikan perekonomian segmen akar rumput Indonesia yang pertama,” harapnya.

Ia menambahkan, berdasarkan data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) pada tahun 2021, usaha mikro menjadi yang paling dominan dalam struktur UMKM nasional, mencapai 63,9 juta atau 99,62 persen dari total unit usaha di Indonesia. . Jika dianalisis berdasarkan total kontribusi terhadap PDB, usaha mikro bahkan memberikan kontribusi sebesar 37,4 persen atau hampir sama dengan perusahaan skala besar yaitu sebesar 39,5 persen pada tahun 2019.

Salah satu cara untuk meningkatkan kapasitas usaha mikro dapat dilakukan dengan melakukan digitalisasi UMKM dan memperluas akses terhadap keuangan inklusif di pedesaan. Dalam kesempatan yang sama, Menteri Komunikasi dan Informatika RI periode 2014-2019, Rudiantara menjelaskan, inovasi teknologi bukan sekedar pilihan, melainkan kebutuhan mendesak untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas UMKM.

“Untuk mempercepat proses tersebut diperlukan kebijakan yang inklusif. Seperti peningkatan kapabilitas digital bagi pelaku UMKM, penyediaan infrastruktur digital yang berkeadilan, kebijakan terkait perizinan, serta kolaborasi antar pihak, dapat mempercepat perkembangan ekonomi akar rumput di Indonesia yang dapat mempercepat Perkembangan ekonomi akar rumput di Indonesia mempunyai potensi yang besar untuk terus tumbuh,” tuturnya biasa dipanggil Ketua RA.

Rudiantara juga mengungkapkan, tingkat inklusi keuangan di Indonesia cukup baik, yakni 80 persen. Artinya mayoritas penduduk dewasa setidaknya memiliki satu akses terhadap layanan keuangan.

Persoalannya, tingkat literasi keuangan masih rendah, mentok di angka 50 persen. Menurut Rudiantara, masyarakat yang memiliki akses terhadap layanan keuangan belum begitu memahami seluruh manfaat dan risiko yang dihadapi.

“Banyak masyarakat Indonesia yang memiliki akses terhadap layanan keuangan, baik konvensional maupun digital. Sayangnya, banyak yang belum memahami risiko dan konsekuensinya,” ujarnya.

Misalnya saja di bidang keuangan digital, ia melihat banyak masyarakat yang mengambil pinjaman online (pinjol) tanpa mengetahui apa akibat dari tindakan tersebut. “Ini tantangan nyata bagi Indonesia. Digital kita sudah berkembang tapi pemahaman tentang digital masih belum banyak,” ujarnya.