Categories
Kesehatan

Angka Perceraian di Kabupaten Mukomuko Didominasi Pasangan Pernikahan Dini

bachkim24h.com, Jakarta Angka pernikahan anak di Kabupaten Mokomoko, Bangkok tergolong tinggi. Yang paling meresahkan, angka perceraian di kabupaten ini didominasi oleh pasangan yang sudah pernah menikah sebelumnya.  

Informasi tersebut berdasarkan hasil penyelidikan yang dilakukan Kantor Pengadilan Tinggi Agama (PTA) Mokomo. Dan disampaikan langsung oleh Bupati Sapua Mokomoko. Tepatnya, Plt Direktur Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Bangkok (Plt) M. Iqbal Apriyansia saat menerima kunjungan bisnis di rumah dinas Mokomo Regent Inn pada Senin, 26 Februari. 2024.

Angka perceraian pada pasangan yang memiliki anak menjadi permasalahan bagi program pembangunan kependudukan di wilayah tersebut.

Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah Kabupaten Mokomoko segera menandatangani kesepakatan dengan Mahkamah Agung Agama (PTA) dan Kementerian Agama (Kamenag) Kabupaten Mokomoko untuk mengurangi perkawinan anak dan perceraian.

“Langkah ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam menurunkan angka pernikahan anak,” kata Sapwan dalam keterangan pers, Kamis (29/2/2024).

Sapuan menambahkan, perlu adanya langkah-langkah edukasi untuk mendorong perilaku sehat di masyarakat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan penurunan tinggi badan. Sebab perubahan perilaku merupakan kunci keberhasilan program pembangunan kependudukan yang berkualitas.

Sapuan berpendapat, pendidikan dan ilmu yang disampaikan petugas sebaiknya menggunakan bahasa informal. Ia berpendapat bahasa informal lebih efektif dalam mengkomunikasikan berbagai program kepada masyarakat.

Termasuk program nasional pembangunan keluarga, kependudukan, keluarga berencana (Bangga Kinkana) dan percepatan pertumbuhan.

“Melakukan penyadaran masyarakat dengan menggunakan bahasa informal agar berbagai lapisan masyarakat dapat mengerti dan paham,” kata Sapuan.

Namun, menurutnya, bahasa resmi tidak boleh ditinggalkan, melainkan diperkuat dengan bahasa informal. Hal ini dilakukan oleh pemerintah, PKK atau bahkan penyuluh keluarga berencana (PLKB/PKB).

Masyarakat Sapuan percaya bahwa pesan pendidikan akan lebih baik disampaikan dengan menggunakan bahasa informal seperti bahasa daerah atau vernakular.

Menggunakan bahasa daerah juga tidak akan membuat program, misalnya program KB akan gagal. Program KB juga bisa berhasil karena generasi muda kurang berminat untuk mempunyai anak lagi.

“Generasi muda saat ini sudah tidak tertarik lagi untuk memiliki banyak anak. Yang mereka ciptakan adalah bagaimana memiliki keluarga yang sehat dan berkualitas untuk perkembangan masa depannya,” jelas Sapuan.

Sapvan, masyarakat harus diinformasikan mengenai dampak negatif pencegahan pernikahan anak dan kehamilan tidak direncanakan.

“Beri tahu masyarakat apa dampak negatifnya jika mereka tidak merencanakan dan menyesuaikan jarak kehamilan dan kelahirannya.”

“KB bermanfaat tidak hanya dari segi ekonomi, tapi juga dari segi kesehatan masyarakat. Beliau menyimpulkan: ‘Jumlah anak boleh lebih dari dua, tapi harus terencana, sehat dan berkualitas.’