Categories
Edukasi

PB PGRI Sebut Masalah Kesejahteraan Guru Ada di Proses Sertifikasi

JAKARTA – PB PGRI meminta pemerintah mempercepat penyelesaian sertifikasi guru. Menurut PB PGRI, penyebab disparitas tunjangan guru terletak pada proses sertifikasi.

Profesor Unifah Rosyidi, Ketua Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI), mengatakan PB PGRI mengapresiasi langkah pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan guru melalui peningkatan Tunjangan Profesi guru (TPG).

Baca juga: Viral Kisah Chamimah, Adik Wakil Presiden Sutrisno, Berusaha Menjadi Guru dengan Gaji Rp 300 Ribu

Namun, menurut Unifah, sertifikasi terhadap guru yang berstatus ASN dan non-ASN harus tetap diawasi untuk memastikan manfaat yang adil bagi guru.

“Kita harus memastikan guru dapat tersertifikasi dengan cepat, tanpa kesulitan dan memerlukan penyelesaian sertifikasi guru untuk pendistribusiannya,” ujarnya, Selasa (3/12/2024).

Unifah mengaitkan persoalan ketidakadilan distribusi tunjangan guru karena banyaknya guru yang belum tersertifikasi. Menurutnya, ada aturan yang membuat sertifikasi guru sulit, memakan waktu, dan berbelit-belit.

“Saat ini baru 60% guru yang tersertifikasi. Persentase ini akan meningkat setelah tahun 2024 dan jumlah guru yang mengikuti Pilot PPG akan cukup banyak. Sebelumnya, jumlah guru yang tersertifikasi hanya di bawah 50%.”

“Sekali lagi, tugas kita adalah memantau penyelesaian sertifikasi jabatan guru agar pembagian manfaatnya merata,” tegas Guru Besar UNJ tersebut.

Unifah mengatakan, pihaknya berterima kasih kepada pemerintah yang menaikkan TPG guru non-ASN dari Rp1,5 juta menjadi Rp2 juta. Namun, kata dia, yang lebih penting adalah tidak bisa ditembusnya proses atau kesetaraan antara guru non-ASN dan ASN yang harus menjadi perhatian pemerintah.

Oleh karena itu, kenaikan TPG non-ASN tidak hanya berhenti di angka Rp2 juta saja, tetapi juga menaikkan gaji pokok setara ASN sebesar 100% bagi guru non-ASN pasca transisi, ”ujarnya.

Categories
Edukasi

Mau Jadi Pengguna Medsos Kreatif dan Inovatif? Ini Tipsnya dari Segi Literasi Digital

JAKARTA – Menjadi pengguna media sosial yang cerdas, kreatif, dan inovatif berarti menjadi orang biasa di ruang digital. Moderasi virtual hendaknya berlandaskan budaya media sosial yang selaras dengan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari.

Guru akademis, Ph.D. Soetomo Surabaya Meitiana Indrasari mengatakan hal tersebut saat menjadi narasumber pada webinar keterampilan digital segmen pendidikan yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) RI bersama Dinas Pendidikan Provinsi Sulut di Minahas Selatan, Sulut. Senin (9/2/2924).

Meitiana menekankan, budaya media digital adalah kemampuan individu dalam membaca, mendeskripsikan, mengidentifikasi, memverifikasi, dan mengkonstruksi pemahaman kebangsaan. Pengetahuan dasar tentang nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika menjadi landasan media digital yang cerdas, kreatif, dan inovatif.

“Nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika merupakan landasan kebudayaan, bangsa, dan negara. “Nilai-nilai tersebut juga harus diterapkan di media sosial agar menjadi cerdas, kreatif, dan inovatif,” kata Meitiana.

Dalam diskusi daring bertajuk “Menjadi Pengguna Media Sosial yang Cerdas, Kreatif dan Inovatif,” Meitiana melaporkan, selain menyebarkan nilai-nilai Pancasila di media sosial, pengguna juga dapat mendigitalkan budaya yang tersebar di seluruh nusantara.

“Digitalisasi kebudayaan Indonesia merupakan upaya kreatif dan inovatif yang sesuai dengan perkembangan zaman. Ini juga sebagai upaya melestarikan budaya asing agar tidak dirusak,” tambah Meitiana Indrasari.

Di akhir pemaparannya, Meitiana juga mengajak mahasiswa untuk mencintai produk dalam negeri. “Mencerminkan nilai-nilai Pancasila dan Bhinnek Tunggal Ika sebagai pahlawan aksi di ruang digital dan mencintai produk Anda,” kata Meithiana kepada peserta diskusi panel yang hadir dalam acara tersebut. cek dari sekolah (nobar).

Sejumlah SMA di Minaha Selatan dan sekitarnya mengadakan sesi diskusi online, antara lain: SMPN 1, SMPN 2 dan SMPN 3 Tombatu, SMPN 1 dan SMPN 2 Ratahan, SMP Kristen Tatengesan, SMPN 1 dan SMPN 4 Touluaan, SMP Krispa Silian, SMPN 2 dan SMPN 3 Belang.

Pembuat konten Vio Zulistia mengatakan pengguna media sosial yang cerdas, kreatif, dan inovatif selalu mengetahui informasi terkini tentang ancaman keamanan digital, membantu orang-orang terkasih tetap aman secara digital, dan berbagi konten bermanfaat.

“Dari segi keamanan, penggunaan media sosial secara bijak berarti mengunggah KTP, mengunggah ruang privasi, dan menjaga privasi orang lain,” jelas Vio Zulistia.

Sementara itu, Latif Sidoarjo M., Ketua Program Studi Sarjana Bisnis Universitas Maarif Hasim. Adhi Prasnovo mengajak peserta untuk mengenal salah satu platform media sosial yang sedang populer di kalangan remaja yaitu: TikTok.

Adhi berkata: TikTok adalah platform media sosial untuk membuat, berbagi, dan menemukan video pendek. Aplikasi ini diperuntukkan bagi kaum muda untuk mengekspresikan diri melalui nyanyian, tarian, atau komedi. Selain untuk tujuan hiburan, TikTok kini banyak digunakan dalam bisnis.

“Fitur-fitur TikTok yaitu: alat pengeditan video, tantangan dance TikTok, filter dan efek, TikTok memiliki berbagai video musik, tantangan hashtag. “TikTok memiliki fitur yang membantu pengguna mengukur pertumbuhan akun, fitur yang memungkinkan pengguna menjual dan mempromosikan produk atau layanan, serta memiliki fitur privasi,” jelas Adhi Prasnovo.