JAKARTA – Masyarakat Indonesia suka berhutang: yang penting beli dulu, bayar belakangan. Hal inilah yang menjadikan layanan Paylater seperti perjudian online. Hal ini terlihat dari Laporan Perilaku Pengguna Paylater Indonesia 2024 yang menunjukkan peningkatan signifikan dalam penggunaan dan kepuasan pengguna layanan Paylater.
Laporan ini diungkapkan Kredivo dan Katadata Insight Center (KIC). Data tersebut berasal dari analisis transaksi online dan offline terhadap lebih dari 2 juta pengguna Kredivo di 34 provinsi di Indonesia, serta survei online terhadap hampir 7.000 peserta pada 10 Maret hingga 7 April 2024.
Penjualan Paylater meningkat pada 6 dari 13 kategori produk selama tahun 2023. Kepuasan pengguna juga meningkat dari 7,96 pada tahun lalu menjadi 8,18 pada tahun 2024. Hal ini menunjukkan Paylater semakin menjadi pilihan utama konsumen untuk berbagai kebutuhan sehari-hari.
Penetrasi di kota tier 2 dan 3 Adopsi Paylater merata di berbagai kota, terutama di kota tier 2 dan 3, jumlah pengguna berusia di atas 36 tahun akan meningkat menjadi 29,6% pada tahun 2023, dibandingkan tahun sebelumnya 27 sebesar 8%. %.
Penetrasi tersebut tidak hanya terbatas pada platform e-commerce saja, namun juga pada sektor belanja offline, dimana transaksi offline Paylater diperkirakan akan tumbuh sebesar 169% pada tahun 2023.
Indina Andamare, wakil presiden senior pemasaran dan komunikasi Kredivo, mengatakan ada pemerataan adopsi Paylater antar wilayah dan kepuasan pengguna lintas generasi. “Kedepannya industri Paylater akan terus berjalan,” ujarnya.
Direktur Eksekutif Katadata Insight Center Adek Media Roza mengatakan selama tahun 2023, transaksi offline Paylater mencapai puncaknya pada kuartal keempat, yakni mencapai 44% dari seluruh transaksi.
Apa yang mendorong adopsi Paylater? Transaksi offline cenderung meningkat saat libur akhir tahun dan promosi dari berbagai merchant. Kota Tier 2 dan 3 mendominasi transaksi Paylater di merchant offline, sebesar 53,1% dibandingkan kota Tier 1.
Menerima Paylater di kota-kota Tier 2 dan 3 merupakan pilihan bagi masyarakat untuk terus berbelanja dengan Paylater tanpa hambatan infrastruktur digital dan biaya pengiriman yang tinggi. Di sisi lain, transaksi online Paylater masih mendominasi di kota-kota Tier 1 dengan pangsa 50,5%.
Paylater juga menjadi metode pembayaran pilihan untuk kebutuhan sehari-hari. Penggunaan berbayar di enam dari 13 kategori produk, termasuk makanan (dari 16,6% pada tahun 2022 menjadi 17,6% pada tahun 2023), kesehatan dan kecantikan (dari 14,4% menjadi 15,8%), perlengkapan kantor dan alat tulis (dari 3,1% menjadi 4,2%) meningkat. . .
Pengguna yang lebih tua juga tertarik dengan Paylater. Temuan penting lainnya adalah peningkatan jumlah pengguna berusia di atas 36 tahun. Persentase pengguna pada kelompok usia ini akan meningkat dari 27,8% pada tahun 2022 menjadi 29,6% pada tahun 2023. Jumlah transaksi pada kelompok usia ini juga akan meningkat dari 31% menjadi 31,9%.
Beragam kelompok pengguna menunjukkan bahwa Paylater diterima dengan baik di pedagang offline berdasarkan kelompok umur yang umumnya lebih lambat dalam mengadopsi belanja online dan lebih nyaman dengan belanja offline, kata Nailul Khoda, direktur ekonomi digital di Celios.
Berikut beberapa temuan menarik mengenai penggunaan Paylater di Indonesia: 1. Peningkatan frekuensi belanja offline: 55,8% responden melaporkan peningkatan frekuensi belanja di merchant offline dan 56,1% melaporkan bahwa pengeluaran mereka untuk belanja offline juga meningkat.
2. Jumlah pengguna Paylater untuk transaksi offline meningkat pesat hingga mencapai 30,9% dari total jumlah pengguna atau meningkat 103% dibandingkan tahun sebelumnya.
3. Popularitas Paylater untuk belanja online Paylater merupakan salah satu dari tiga metode pembayaran terpopuler untuk belanja online, penggunaannya akan mencapai 70,5% pada tahun 2024. Sebaliknya, penggunaan kartu kredit mengalami penurunan dari 15% pada tahun 2023 menjadi 9,5%. pada tahun 2024.
4. Preferensi jangka panjang Preferensi penggunaan Paylater dengan jangka panjang masih tinggi. Pada tahun 2024, 60,1% peserta memilih jangka waktu pembayaran lebih dari 6 bulan, sedangkan 58,1% pada tahun 2023.