Categories
Hiburan

5 Kebiasaan Orang Tua dalam Mendidik Anak untuk Jadi Kuat dan Tangguh

bachkim24h.com, Jakarta Kemampuan menjadi pribadi yang kuat dan tangguh sangat penting untuk keberhasilan adaptasi di masyarakat. Seseorang dengan mental yang kuat mampu mengatasi berbagai rintangan dalam hidup.

Banyak orang tua yang ingin anaknya tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan tangguh. Anak tidak selalu bisa berada di bawah kendali orang tuanya, sehingga penting untuk membekali mereka dengan kekuatan mental yang cukup.

Ingin tahu kebiasaan apa saja yang harus dilakukan orang tua untuk membesarkan anak dengan mental yang kuat dan tangguh? Berikut penjelasan lengkapnya dari berbagai sumber hingga Rabu (5/6). 

Orang tua yang rajin dalam bekerja, jarang mengeluh, dan selalu menjalani tugas sehari-hari dengan semangat akan mencontohkan perilaku yang sama pada anaknya.

Anak-anak selalu meniru. Daripada sekedar memberi instruksi, lebih efektif memberikan contoh nyata.

Hack Spirit percaya bahwa aktivitas sehari-hari anak mencerminkan kebiasaan orang tuanya. Apakah Anda ingin anak Anda menjadi pribadi yang kuat? Mulailah dari diri Anda sendiri.

Kesulitan dalam hidup tidak pernah ada. Anak-anak juga mengalami kesulitan dengan hal ini. Dukungan orang tua sangat mempengaruhi kemampuan anak dalam menghadapi tantangan hidup.

Misalnya, jika seorang anak mendapat nilai buruk di sekolah, dukungan orang tua dapat mendorongnya untuk merasa percaya diri bahwa ia mampu bersaing dengan teman-temannya.

Sebaliknya, jika orang tua bereaksi dengan kemarahan atau kecaman, anak akan tumbuh menjadi pemalu dan tidak mampu melakukan banyak aktivitas. 

Mereka bilang pengalaman adalah guru terbaik. Proses belajar dari kesalahan memperkuat karakter anak.

Daripada marah-marah, mintalah anak berbicara dengan Anda untuk mencari solusi atas kesalahan yang terjadi. Dengan demikian, anak akan mempunyai kesempatan untuk mengambil keputusan dan berani menghadapi berbagai tantangan dalam hidupnya.

Keberanian, tanggung jawab, dan sikap positif adalah ciri-ciri orang kuat. Anak yang mempunyai kebiasaan mengambil keputusan sendiri belajar menentukan jalan hidupnya sendiri.

Langkah pertama adalah memberikan kebebasan pada anak untuk menyimpan mainannya, memilih makanannya, dan memutuskan apa yang akan dikenakannya setiap hari.

Dengan cara ini, anak belajar mengenal dirinya sendiri dengan memahami keinginan dan kebutuhannya.

Meskipun anak-anak harus didorong untuk tidak menyimpang dari norma, mereka harus didorong untuk memecahkan masalah. Salah satunya adalah mengajarkan teknik pemecahan masalah dan menganalisis makna setiap peristiwa. Kebiasaan orang tua berbicara dengan anak meningkatkan rasa percaya diri mereka.

Peran orang tua sangat penting dalam membuat anak bersemangat belajar. Dengan memberikan dukungan berupa pujian, dorongan dan perhatian positif, mereka membantu anak mengembangkan rasa percaya diri dan motivasi untuk sukses di sekolah. Selain itu, orang tua bertanggung jawab untuk mengembangkan kepribadian dan kebiasaan yang baik pada anak-anaknya.

Orang tua perlu berkomunikasi secara efektif dengan anak-anaknya. Mereka hendaknya bersedia menjadi pendengar yang baik, mendengarkan keluh kesah anak, kegembiraan dan cerita sehari-hari. Mengontrol interaksi anak sehari-hari juga merupakan bagian penting dalam mengasuh anak.

 

Keluarga, khususnya orang tua, mempunyai peran dalam membantu anak tumbuh dalam lingkungan yang sehat dan aman. Mereka juga harus menyediakan kondisi dan kesempatan yang memungkinkan anak-anak mengembangkan keterampilan sosial, sekaligus mempersiapkan mereka untuk hidup di masyarakat. Apalagi keluarga berperan sebagai wadah penanaman nilai-nilai sosial dan budaya pada anak sejak dini.

Di era digital, sangat penting bagi orang tua untuk mendidik anak tentang keamanan digital. Misalnya, orang tua harus mengajari anak-anak tentang pentingnya melindungi informasi pribadi mereka dan mengenali ancaman online.

Categories
Lifestyle

7 Langkah Praktis untuk Mengajarkan Manajemen Waktu ke Anak, Antara Hobi dan Belajar

bachkim24h.com, Jakarta Manajemen waktu yang baik merupakan keterampilan penting yang harus diajarkan kepada anak sejak dini. Di antara berbagai tuntutan sekolah, kegiatan ekstrakurikuler, dan hobi, anak seringkali tertekan untuk menemukan keseimbangan antara belajar dan bersenang-senang.

Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan guru untuk memberikan strategi yang efektif agar anak dapat mengatur waktunya dengan bijak. Jadi anak tidak hanya berhasil dalam belajar tetapi juga senang melakukan aktivitas pilihannya.

Lalu tips apa saja yang bisa digunakan orang tua untuk mengajari anaknya tentang manajemen waktu? Berikut beberapa tips yang dihimpun bachkim24h.com dari berbagai sumber dan dipublikasikan pada Senin (8/5/2024):

Anak-anak yang mengetahui waktu tidak tahu bagaimana mengukurnya. Orang tua dapat membantu anak-anak mereka dengan mengatur pengatur waktu untuk waktu tertentu ketika mereka harus menyelesaikan tugas. Letakkan jam di dekat Anda dan beri mereka hitungan mundur secara lisan ketika waktunya habis sehingga mereka dapat mulai menginternalisasikan segmen waktu tersebut.

Tujuannya adalah membuat anak memahami seperti apa satu jam, 15, atau bahkan lima menit. Cara ini memungkinkan mereka mengetahui berapa banyak waktu yang mereka habiskan untuk hobinya. Jika Anda lebih merasakannya, anak Anda akan belajar secara sadar. 

Membuat kalender bersama merupakan bentuk komitmen pengelolaan waktu yang lebih baik bagi seluruh keluarga. Buat kalender bersama dan pribadi.  Spanduk kertas sangat bagus untuk kalender keluarga karena dapat digambar, diwarnai, atau dilukis.

Jadikan itu sebagai kegiatan seni keluarga agar semua orang tahu apa tanggung jawabnya pada hari apa. Dorong anak Anda untuk menuliskan aktivitas sehari-harinya di kalender. Bantu dia membagi waktunya secara merata antara belajar, hobi, dan olahraga. 

Memprioritaskan tugas adalah komponen kunci manajemen waktu. Ada banyak situasi di mana banyak hal yang harus dilakukan dalam waktu terbatas, sehingga anak-anak perlu belajar bagaimana meningkatkan efisiensi dengan mengidentifikasi tugas-tugas penting dan menyelesaikannya terlebih dahulu. 

Orang tua berperan penting dalam membantu anak mengatur waktunya dengan baik. Tunjukkan pada mereka cara menyeimbangkan pekerjaan dan hobi dengan cara yang sehat dan terorganisir.

Dorong mereka secara positif untuk menemukan cara yang cocok untuk membagi waktu antara belajar dan menekuni hobi. Ketika orang tua memberikan contoh yang baik dalam manajemen waktu, anak akan meniru dan belajar dari perilaku ibu dan ayah.

Seiring bertambahnya usia anak, orang tua harus melepaskan roda pelatihan dan membiarkan mereka mempelajari konsekuensi dari manajemen waktu yang buruk. Biarkan anak-anak mengeksplorasi dan belajar dari pengalaman mereka sendiri sambil berbagi waktu. Beri mereka kesempatan untuk mencoba dan bertukar pikiran bersama bagaimana mereka dapat meningkatkan manajemen waktu mereka.

Pastikan anak mendapat waktu luang yang cukup dalam jadwal hariannya, serta pastikan keseimbangan yang tepat antara belajar dan beraktivitas. Hal ini penting untuk membantu mengembangkan keterampilan manajemen waktu yang baik sejak dini. Berikan mereka waktu luang yang cukup dalam rutinitas sehari-hari agar mereka dapat bersantai, bermain dan menikmati waktu luangnya.

Setelah beberapa saat, ajaklah anak-anak untuk mengevaluasi jadwal mereka dan bagaimana mereka mengatur waktu mereka. Diskusikan apa yang berhasil dan apa yang perlu ditingkatkan. Ini membantu anak untuk terus belajar dan mengatur waktu belajar dan hobinya.

Dengan menerapkan strategi tersebut, anak dapat belajar mengatur waktunya dengan lebih baik, sehingga dapat menjalani kehidupan yang seimbang antara belajar dan menikmati hobinya.  Saya harap ini bermanfaat.

Categories
Lifestyle

Optimalkan Kecerdasan, 7 Tips Efektif untuk Memperkuat Daya Ingat Anak

bachkim24h.com, Jakarta Keterampilan memori kerja merupakan keterampilan penting yang memungkinkan anak menyimpan dan memanipulasi informasi dalam waktu singkat. Kemampuan ini berperan penting dalam proses pembelajaran, karena memori kerja yang kuat memungkinkan anak mengingat informasi yang baru dipelajari dan menggunakannya dalam konteks yang relevan.

Dengan memori kerja yang baik, anak-anak dapat memahami dan menerapkan konsep-konsep baru dengan lebih mudah, yang pada akhirnya membantu mereka berprestasi lebih baik secara akademis. Orang tua mempunyai peran penting dalam mendukung dan mengembangkan kemampuan memori kerja anak.

Melalui berbagai kegiatan dan strategi, orang tua dapat membantu memperkuat daya ingat anak agar lebih efisien dalam menyerap dan mengolah informasi. Pada artikel kali ini kita akan membahas tujuh tips efektif yang bisa diterapkan orang tua untuk mengoptimalkan kecerdasan anak dengan meningkatkan daya ingatnya, yang dilansir bachkim24h.com dari berbagai sumber, Rabu (10/02/2024).

Membaca merupakan salah satu kegiatan yang menawarkan banyak manfaat positif. Berperan penting dalam meningkatkan daya ingat dan konsentrasi pada anak. Dengan membaca, anak akan memperoleh wawasan yang lebih luas, menambah kosa kata baru dan memperkuat konsentrasinya. Orang tua bisa mendampingi dan meminta anak bercerita sebagai salah satu cara melatih daya ingatnya.

Kegiatan ini tentu sangat menggiurkan bukan? Bermain sepak bola, berburu atau sekedar mengamati lingkungan membuat anak tetap aktif dan dapat memperkuat daya ingatnya. Ajak anak mengamati alam sekitar sambil berjalan, misalnya dengan melihat dedaunan, bunga, atau batu. Sesampainya di rumah, tanyakan aktivitas yang mereka lakukan. Metode ini dapat meningkatkan kemampuan daya ingat dan melatih kemampuan observasinya.

Teka-teki adalah permainan menyenangkan yang menantang daya ingat anak. Dengan permainan ini, mereka harus berpikir kritis dan mengingat informasi dengan cepat. Aktivitas ini melibatkan keterampilan kognitif dan memperkuat daya ingat. Cobalah untuk menemukan berbagai teka-teki di Internet.

Selain puzzle, orang tua juga bisa mencoba permainan klasik. Sifat permainan yang berulang-ulang membantu memperkuat kemampuan anak dalam mengingat dan mengingat kembali suatu informasi.  

Orang tua dapat mencoba permainan memori visual. Letakkan beberapa benda di hadapan anak dan biarkan ia mengamati benda tersebut beberapa saat. Selanjutnya, tutupi benda tersebut dan mintalah anak mengingat apa yang dilihatnya. Ini akan membantu memperkuat keterampilan memori visual dan meningkatkan konsentrasi dan perhatian terhadap detail.

Permainan seperti Scrabble, Hangman atau pencarian kata, serta teka-teki seperti tic tac toe, berperan dalam memperkaya kosa kata dan meningkatkan memori verbal karena pemain harus mengingat kata dan menyusun huruf untuk membentuk kata yang tepat. 

Sebaliknya, bermain catur atau strategi lainnya membutuhkan pemikiran dan ingatan jangka panjang terhadap gerakan lawan, sehingga membantu mempertajam kemampuan memori strategis. Dalam permainan ini anak harus memperhatikan dan mengingat langkah-langkah sebelumnya serta merencanakan rangkaian langkah kedepannya untuk mencapai tujuan tertentu.

Libatkan anak dalam peran guru dengan meminta mereka menjelaskan informasi baru yang dipelajari kepada orang tua, saudara, atau teman. Tantangannya adalah melihat seberapa baik mereka dapat mengingat dan menjelaskan informasi tersebut. Selanjutnya, beri mereka waktu untuk meninjau kembali bagian-bagian yang mungkin masih membuat mereka ragu. Selain menguji daya ingat, peran guru ini akan memantapkan anak dan memantapkan pemahamannya terhadap materi.

Membiasakan anak bertanya tentang topik, produk, atau aktivitas lain yang mereka minati merupakan cara yang efektif untuk merangsang rasa ingin tahu dan memperkuat daya ingatnya. Saat ingin mengajar anak, mulailah dengan mengajukan pertanyaan untuk menilai pengetahuannya.

Hal ini tidak hanya menarik minat mereka, tetapi juga meningkatkan kemungkinan mereka akan bertanya lagi kepada orang tuanya. Pertanyaan yang diajukan akan membantu mereka memproses informasi lebih dalam dan meningkatkan kemampuan mengingat.

Categories
Lifestyle

Awal Menuju Keluarga Bahagia, 5 Keterampilan Parenting yang Wajib Dikuasai Sebelum Menikah

bachkim24h.com, Jakarta Menjelang panggung Pernikahan, tentunya banyak langkah yang perlu dipersiapkan. Salah satunya adalah pengetahuan tentang pola asuh orang tua. Pertimbangkan aspek ini sebelum menikah? Sekalipun belum mempunyai anak, sangat penting bagi pasangan untuk memperkaya pemikirannya tentang cara membesarkan anak sejak awal.

Mengapa demikian Karena menjadi orang tua bukan sekedar memiliki anak, tetapi juga menciptakan keturunan yang sehat jasmani dan rohani. Mempersiapkan diri dengan ilmu parenting sebelum menikah merupakan langkah awal menuju keluarga bahagia.

Dengan memahami dan menguasai keterampilan mengasuh anak, pasangan dapat menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang anak secara optimal. Senin (14/10/2024) Dihimpun bachkim24h.com dari berbagai sumber, yuk kita pelajari bersama lima skill parenting yang wajib dikuasai sebelum menikah.

Komunikasi yang efektif merupakan landasan penting dalam hubungan orang tua-anak. Penting sekali mengetahui cara berkomunikasi dengan anak sejak dini. Cobalah untuk memberikan instruksi yang jelas namun lembut.

Hindari gaya komunikasi yang memerintah dan kejam, karena perilaku ini dapat membuat anak merasa terisolasi. Penting juga untuk memahami psikologi anak agar Anda dapat memahami bagaimana reaksi anak dalam berbagai situasi.

Sebelum memutuskan menikah, perlu dipahami bahwa peran orang tua dalam membesarkan anak juga tak kalah pentingnya. Masing-masing pasangan hendaknya bersedia bekerja sama dalam aspek pengasuhan anak. Ayah tidak semata-mata bertanggung jawab mencari nafkah dan ibu tidak bertanggung jawab atas pekerjaan rumah tangga. Keduanya hendaknya terlibat aktif dalam pengasuhan, karena partisipasi penuh orang tua sangat mempengaruhi perkembangan psikologis anak.

 Mengajarkan kedisiplinan pada anak memang penting, namun bukan berarti harus dianggap serius! Disiplin yang baik dapat dimulai dengan menetapkan batasan yang jelas dan memberikan konsekuensi yang sesuai bila anak berperilaku buruk. Sebelum menikah, belajarlah menjadi orang tua yang mampu membesarkan anak dengan penuh kasih sayang tanpa rasa takut. Pendekatan ini dikenal sebagai “pengasuhan positif”.

Menjadi orang tua memiliki tantangan tersendiri, dan aspek terpentingnya adalah kemampuan mengelola emosi. Anda dan pasangan perlu belajar bagaimana menenangkan diri saat merasa sedih, lelah, atau marah.

Memahami pengelolaan emosi sebelum menikah dapat mempersiapkan Anda menghadapi situasi sulit dengan anak di kemudian hari. Anak sering kali meniru perilaku orang tuanya, sehingga penting untuk memberikan contoh yang baik dalam hal ini.

Aspek penting dalam pola asuh yang harus dikuasai sebelum menikah adalah memahami tahapan tumbuh kembang anak. Setiap anak akan melalui tahapan kehidupan yang berbeda-beda mulai dari balita hingga remaja.

Dengan memahami kebutuhan anak Anda pada setiap tahap ini, Anda akan lebih siap untuk mendukung mereka dengan tepat. Misalnya, anak-anak membutuhkan kasih sayang dan rasa aman yang lebih, sedangkan remaja membutuhkan bimbingan dalam menemukan jati dirinya.

Inilah lima keterampilan mengasuh anak yang harus Anda pelajari sebelum menikah. Dengan pengetahuan ini, Anda akan lebih siap menjadi orang tua yang penuh kasih sayang dan bijaksana di masa depan. Jangan lupa belajar dan berdiskusi dengan teman-temanmu!

Categories
Lifestyle

8 Gejala Baby Blues yang Harus Diketahui, Utamanya Bagi Ibu Baru

bachkim24h.com, Jakarta Usai melahirkan, kegembiraan menyambut kedatangan buah hati bisa bercampur dengan ketidakpastian. Fenomena ini dikenal dengan baby blues yang umum dialami banyak ibu baru.

Meski umum terjadi, penyakit mata biru penting untuk dikenali sejak dini agar bisa ditangani dengan baik. Memahami tanda-tanda biru juga dapat membantu ibu baru dan orang-orang terdekatnya untuk memberikan dukungan yang diperlukan.

Berikut tanda-tanda baby blues yang patut diwaspadai. Simak penjelasan lengkapnya seperti ditulis bachkim24h.com dari berbagai sumber, Senin (7/10/2024).

Seringkali ibu yang baru melahirkan merasa sedih tanpa sebab, padahal keadaan disekitarnya normal-normal saja. Perubahan hormonal setelah melahirkan berperan penting dalam menimbulkan perasaan tersebut. Jika tidak ditangani dengan baik, hal ini dapat mempengaruhi hubungan emosional dengan anak.

Banyak ibu yang merasa sangat sedih dan mudah menangis, bahkan karena hal kecil setelah melahirkan. Ini adalah reaksi alami terhadap perubahan fisik dan mental. Namun, jika perasaan ini terus berlanjut selama lebih dari dua minggu, penting untuk mencari bantuan sesegera mungkin.

Mengurus anak memang membutuhkan tenaga yang besar, namun bila ibu sangat lelah baik jasmani maupun rohani, hal ini bisa jadi menandakan anak sedang bermasalah. Kelelahan ini seringkali disertai dengan sulit tidur, bahkan ketika ada waktu istirahat.

Ibu baru mungkin sulit berkonsentrasi dan sering kebingungan. Tugas-tugas kecil bisa terasa membebani, dan pengambilan keputusan menjadi lambat. Gejala umum baby blues ini sering kali diabaikan.

Kecemasan merupakan hal yang wajar, namun bagi wanita yang memiliki bayi, kecemasan ini bisa sangat membebani. Khawatir akan kemampuan mengurus anak atau keselamatan anak bisa menjadi kekhawatiran yang terus-menerus bagi seorang ibu.

Salah satu hal yang paling membingungkan adalah perasaan belum terhubung dengan seorang anak. Meskipun seorang ibu menantikan kelahiran anaknya, kegembiraan anak dapat membuat ikatan emosional menjadi sulit. Hal ini bisa membuat wanita merasa bersalah, padahal perasaan ini wajar saja.

Ibu yang baru melahirkan dan mengalami blues seringkali sensitif dan cepat marah. Hal-hal kecil yang sebelumnya tidak mengganggu Anda, kini bisa membuat Anda marah.

 

Beberapa wanita baru hanya ingin berhenti bersosialisasi atau menghindari hal-hal yang dulu mereka sukai. Mereka mungkin merasa tidak nyaman berbicara dengan teman atau keluarga karena rasa tidak aman atau ketidakpastian terhadap pekerjaan baru mereka.

Pada kebanyakan kasus, depresi pada anak hilang dalam beberapa minggu setelah lahir, namun jika gejalanya terus berlanjut atau memburuk, penting untuk segera mencari pertolongan dokter. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui bahwa baby blues adalah hal yang normal dan bukan hanya Anda saja yang mengalaminya.

Membicarakan perasaan Anda kepada teman atau seseorang yang dekat dengan Anda bisa sangat membantu. Dukungan yang baik dari orang-orang di sekitar Anda adalah kunci untuk membantu Anda melewati masa-masa ini dengan mudah.

Categories
Lifestyle

5 Dampak Fatherless Terhadap Perkembangan Anak, Penting Dipahami

bachkim24h.com, Jakarta Fatherlessness yang berarti anak tumbuh tanpa kehadiran atau peran seorang ayah menjadi salah satu akar permasalahan sosial saat ini. Penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak yang tumbuh bersama ayah dalam kehidupan mereka cenderung memiliki kinerja yang lebih baik di hampir semua bidang kehidupan.

Literatur menunjukkan bahwa tumbuh tanpa ayah dapat dikaitkan dengan kesejahteraan negatif anak-anak dan berbagai kesulitan hidup. Keadaan tidak memiliki ayah dapat berdampak pada kehidupan anak, seperti risiko depresi, aktivitas seksual yang tidak sehat, dan perilaku kriminal. Faktanya, keadaan tidak memiliki ayah juga dirasakan oleh para ibu saat mereka menjalani kehamilan, persalinan, dan membesarkan anak sendirian.

Ketiadaan ayah menempatkan anak-anak dan masyarakat pada risiko yang lebih besar terhadap berbagai masalah yang dihadapi lembaga penegak hukum setiap hari. Seperti dilansir bachkim24h.com dari urbanlight.org, berikut dampak yatim piatu terhadap tumbuh kembang anak, Selasa (30/7/2024).

Keterlibatan ayah yang berkualitas tinggi ditemukan sangat terkait dengan rendahnya tingkat masalah perilaku anak. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dengan figur ayah yang kuat cenderung memiliki kemampuan kognitif dan sosial-emosional yang lebih baik. Oleh karena itu, seorang anak yang tumbuh tanpa ayah dapat mengalami peningkatan risiko depresi dan bunuh diri.

Tidak adanya sosok ayah sangat terkait dengan meningkatnya aktivitas kriminal di kalangan remaja putra dan merupakan indikator tingginya tingkat penyerangan terhadap mereka. Selain itu, hubungan yang kurang stabil juga berkontribusi terhadap terjadinya kenakalan remaja.

Telah terbukti bahwa ketidakhadiran seorang ayah dalam jangka waktu yang lama merupakan faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan seorang anak. Remaja yang tumbuh tanpa ayah cenderung memiliki prestasi akademis paling rendah dan menghadapi risiko kegagalan tertinggi dalam pendidikannya.

Keterlibatan ayah yang berkualitas berhubungan langsung dengan risiko anak terhadap penyalahgunaan narkoba sejak usia dini, apapun jenis kelaminnya. Tidak adanya sosok ayah, memiliki ayah yang kasar, atau ayah yang terlibat penyalahgunaan narkoba meningkatkan risiko pada anak.

Penelitian menunjukkan bahwa ketidakhadiran ayah dalam keluarga bisa erat kaitannya dengan perilaku seksual dini dan berisiko. Remaja yang tumbuh tanpa ayah di rumah memiliki kemungkinan 3,5 kali lebih besar untuk hamil dibandingkan remaja yang tinggal bersama ayahnya.1. Bicaralah dengan pasangan Anda dengan nada positif

Sangat penting untuk memiliki pemahaman yang baik dengan pasangan atau ibu dari anak Anda tentang harapan dan tugas Anda sebagai seorang ayah. Hal ini sangat penting terutama dalam situasi di mana suatu hubungan rusak karena perceraian atau perpisahan. 2. Ciptakan Visi Berhubungan dengan Bapa

Apakah menurut Anda anak Anda akan melihat Anda? Dan apa yang tidak Anda sukai dari pandangan mereka? Menjawab pertanyaan-pertanyaan ini akan membantu memperjelas tujuan Anda sebagai seorang ayah dan membimbing Anda dalam membuat keputusan penting bersama anak-anak Anda. 3. Tetapkan waktu yang teratur untuk anak

Salah satu cara untuk rutin menghabiskan waktu berkualitas bersama anak adalah dengan membuat ritual waktu ayah. Bertemu sebagai ayah dan ibu minimal sebulan sekali, minimal 1-2 jam dan punya anak bersama.

Categories
Kesehatan

7 dari 10 Ibu Alami Mom Shaming, Mayoritas Pelaku adalah Keluarga Inti

bachkim24h.com, Jakarta – Health Support Center (HCC) menemukan 7 dari 10 ibu di Indonesia mengalami kekerasan terhadap ibu, komentar negatif, kritik dan pendekatan dalam mengasuh anak serta cara merawat anaknya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 7 dari 10 (72 persen) ibu di Indonesia yang diwakili oleh peserta penelitian ini mengalami stigma ibu yang berdampak signifikan pada kesehatan mental dan emosional mereka, kata Ketua. Peneliti sekaligus Presiden HCC Ray Wagiu Basarowi Jakarta, Senin 1 Juli 2024.

Berdasarkan hasil penelitian, ibu pelaku kekerasan berasal dari keluarga, kerabat, dan lingkungan tempat tinggalnya.

“Ini jelas merupakan temuan yang memerlukan studi lebih sistematis karena keluarga dianggap sebagai sistem pendukung utama yang melindungi ibu dari stigma keibuan,” kata Dr.

Ia mengatakan tingginya angka kekerasan terhadap ibu di Indonesia menunjukkan perlunya kesadaran dan inisiatif masyarakat untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Selain itu, Ray yang merupakan peneliti HCC Yoli Faradika M. Apid, yang ikut menulis penelitian ini, mengatakan bahwa sebagian besar ibu yang mengalami rasa malu juga terkena dampaknya. Akibatnya, lebih dari 50% ibu terpaksa mengubah gaya pengasuhan mereka sebagai respons terhadap kritik yang mempermalukan ibu yang melakukan kekerasan.

Hanya 23 persen ibu yang disurvei mengaku memiliki keberanian untuk menghindari rasa malu terhadap ibu.

Menurut Ray, situasi tersebut terjadi karena tidak tepatnya peran sistem dukungan keluarga yang seharusnya melindungi mereka.

Akibatnya, ibu yang mempermalukan ibu tidak hanya berjuang dan menghindarinya, tapi juga mengalah pada kritik dan pengorbanan yang tidak membantu yang bisa menjadi gaya pengasuhan yang baik.

Penelitian ini juga menemukan bahwa peran media sosial terhadap stigma ibu tidak signifikan.

Hanya sebagian kecil ibu yang menanggapi survei ini pernah mengalami perundungan di media sosial, yaitu hanya 6 persen. Artinya, hipotesis yang ada saat ini bahwa media sosial berkontribusi terhadap stigmatisasi terhadap ibu tidak sepenuhnya benar. “Karena penelitian ini menemukan bahwa keluarga merupakan faktor utama yang memberikan stigma terhadap ibu,” kata pakar kedokteran komunitas FKUI itu.

Ray juga mengutip beberapa temuan penting dari penelitiannya, seperti: Dari segi tren, sekitar 72 persen ibu yang disurvei mengaku pernah mengalami langsung stigmatisasi terhadap ibu oleh keluarga, kerabat, dan lingkungan tempat tinggalnya. Ibu yang menganiaya ibunya dua kali lebih mungkin melanggar gaya pengasuhan anaknya. Media sosial sebenarnya hanya 6 persen yang menjadi sumber stigma ibu. Ibu rumah tangga 6 kali lebih mungkin merasa dipermalukan oleh ibunya. Hanya 11 persen ibu di Indonesia yang terwakili dalam penelitian ini menerima bantuan dari konselor atau psikolog. 65% ibu yang melakukan mom shaming merasa malu dan menarik diri dari interaksi sosial.

Penelitian ini merupakan serangkaian tinjauan pustaka dan studi percontohan instrumen dengan lebih dari 800 responden menggunakan kuesioner Rumah Sakit Anak Universitas Michigan Mott, dengan reliabilitas internal 95%. Sebelum dilakukan penelitian, penelitian ini menjalani tinjauan sistematis mendalam mulai Maret 2024.

HCC menyimpulkan bahwa tingginya prevalensi kekerasan terhadap ibu menunjukkan bahwa tingkat perlindungan ibu kurang optimal. Sebaliknya keluarga menjadi pelaku mother-shaming sehingga harus diminimalisir. Salah satunya adalah kecenderungan untuk menjadikan pendidikan lebih rasional dan mendukung narasi pengasuhan yang kritis.

Ia mengingatkan pemerintah untuk meningkatkan cakupan konselor pendidikan anak dan psikolog di Puskesmas.

Jika memungkinkan, tingkatkan peran staf Posandu dan tim dukungan keluarga dalam kapasitas mereka memberikan nasihat kepada orang tua.

Categories
Lifestyle

Bayi Cegukan, Kenali Penyebab dan Cara Mengatasinya yang Tepat

bachkim24h.com, Jakarta Sianosis bayi merupakan masalah umum pada bayi baru lahir. Cegukan adalah kontraksi tiba-tiba otot diafragma pada saluran pernapasan, yang menghasilkan bunyi “cegukan” yang khas. Cegukan bayi terjadi ketika otot diafragma mengalami peradangan atau peradangan. Meskipun muntah pada bayi umumnya tidak berbahaya, namun dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dan mengganggu pada bayi.

Banyak faktor yang bisa menyebabkan bayi menyusu, seperti makan dan minum terlalu cepat, udara masuk ke perut, dan proses pencernaan tidak berkembang. Cupang pada anak disebabkan oleh kelelahan, stres, dan perubahan suhu yang tiba-tiba. Bagi para orang tua, melihat bayi menangis bisa jadi membingungkan dan mengkhawatirkan. Namun sebagian besar penyakit pada bayi dapat sembuh dengan sendirinya tanpa intervensi.

Terkadang, tindakan sederhana seperti memberi bayi air putih dan mengubah posisi dapat mencegah bayi bersendawa. Menyusui atau memberi susu botol dengan lebih tenang dan lebih lama juga dapat membantu. Jika demam berlangsung cukup lama hingga membuat bayi tidak nyaman, konsultasikan dengan dokter atau dokter anak untuk mendapatkan saran lebih detail. Penting untuk tetap tenang dan tidak panik saat bayi Anda mendapat suntikan, karena baby blues umumnya normal dan tidak perlu dikhawatirkan.

Berikut bachkim24h.com rangkum bayi penderita sianosis Selasa (16/4/2024) dari berbagai sumber.

Kolik bayi adalah kejadian umum pada balita Anda dan biasanya tidak perlu dikhawatirkan. Namun, sebagai orang tua, Anda mungkin tertarik untuk mengetahui alasannya. Berikut ini beberapa faktor yang dapat menyebabkan baby blues.

1. Mengisap terlalu banyak atau makan terlalu cepat: Saat bayi menyusu atau makan terlalu cepat, udara masuk ke perut sehingga menyebabkan kolik.

2. Makan dan minum terlalu banyak: Jika anak makan dan minum terlalu banyak dalam satu waktu, perutnya menjadi terlalu kenyang dan memicu refleks hiku.

3. Stres atau kelelahan: Anak yang lelah atau stres lebih besar kemungkinannya mengalami kesulitan. Oleh karena itu, anak Anda sebaiknya istirahat yang cukup dan tenang.

4. Refluks Asam: Bayi dengan refluks asam, atau GERD (gastroesophageal reflux disease), lebih mungkin mengalami kembung. Refluks asam terjadi ketika isi lambung kembali naik ke kerongkongan sehingga dapat memicu refleks cegukan.

5. Kontraksi otot: Refleks otot anak belum sepenuhnya matang, dan terkadang sianosis terjadi akibat kontraksi otot yang tidak terkoordinasi.

Penting untuk tidak panik jika anak mengalami masalah yang akan terjadi dengan sendirinya. Biasanya, cegukan akan hilang dengan sendirinya dalam beberapa menit. Jika cegukan terjadi terus-menerus atau sering terjadi, sebaiknya konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan saran lebih lanjut.

Cegukan sering terjadi pada bayi. Meski biasanya tidak berbahaya, namun bisa menimbulkan ketidaknyamanan pada anak. Berikut beberapa cara mengatasi baby blues.

1. Anjurkan bayi untuk menyusui: Saat bayi menyusu atau minum dari botol, sebaiknya Anda memberinya kesempatan untuk menyusui. Ini akan membantu mencegah udara masuk ke perut dan mengurangi muntah.

2. Memijat perut bayi Memijat perut bayi dengan lembut dapat membantu meredakan ketegangan dan merangsang buang air besar, serta membantu mengatasi komplikasi.

3. Mengubah posisi bayi: Mengubah posisi bayi dari tidur telentang menjadi tengkurap atau miring sangat membantu dalam pemberian ASI.

4. Berikan air minum: Jika anak mulai makan makanan padat, pemberian air dengan sendok akan mencegah muntah.

5. Mengendus cuka: Bau cuka merangsang saraf kranial bayi, mempengaruhi diafragma, sehingga memperlambat cegukan.

Memar pada anak merupakan hal yang umum dan biasanya bukan merupakan masalah yang serius. Namun, jika anak terus melakukan pelekatan atau menunjukkan gejala yang mengkhawatirkan seperti penurunan berat badan atau kesulitan bernapas, segera hubungi dokter.

Cegukan merupakan gerakan refleks normal pada bayi baru lahir. Namun, jika anak terus-menerus retak, ini mungkin merupakan tanda adanya kelainan yang memerlukan perhatian. Sejumlah situasi harus dipertimbangkan ketika seorang anak terus-menerus membiru.

Pertama, jika anak mengalami memar dalam waktu lama atau setiap kali makan, ini mungkin pertanda adanya gangguan pencernaan. Seorang anak mungkin mengalami refluks asam lambung, yang dapat menyebabkan rasa tidak nyaman dan kerusakan pada kerongkongan.

Kedua, jika anak menendang dengan suara yang kasar atau serak, bisa jadi itu pertanda adanya gangguan pernafasan. Bisa disebabkan oleh batuk, pilek, atau bahkan kelainan seperti penyumbatan atau penyempitan saluran napas.

Ketiga, jika anak kesulitan bernapas atau wajah membiru saat batuk, segera temui dokter. Hal ini bisa menjadi tanda adanya gangguan sistem pernafasan pada bayi baru lahir dan harus segera ditangani.

Selain itu, bayi yang sulit rileks dan tertidur mungkin akan mengalami rasa tidak nyaman dan gangguan pada sistem saraf pusatnya. Ini adalah sesuatu yang harus diwaspadai dan Anda harus menemui dokter.

Dalam situasi seperti ini, sangat penting bagi orang tua untuk memperhatikan kondisi anak dan berkonsultasi ke dokter bila diperlukan. Memahami kondisi yang harus diwaspadai pada bayi yang mengalami mata biru terus-menerus dapat membantu mencegah dan mengatasi masalah yang mungkin timbul pada bayi.

Yang harus dihindari saat menyiapkan makanan dan minuman saat bayi masih mengetuk. Sebaiknya menunggu sampai payudara berhenti secara spontan sebelum memberikan makanan atau minuman. Jika anak terus melakukan pelekatan, mungkin ada masalah yang memerlukan perhatian medis lebih lanjut.

Selain itu, penting untuk menghindari menggendong anak saat ia kesakitan. Mengguncang dan menggerakkan anak secara tiba-tiba dapat menyebabkan kesulitan dan cedera pada anak. Untuk menstabilkan pernapasan anak, sebaiknya tetap tenang dan tepuk-tepuk punggung anak dengan lembut.

Posisi tidur anak juga perlu diperhatikan. Pastikan bayi tidur telentang dengan posisi tidak terlalu miring atau dalam keadaan berbaring. Tidur dengan posisi terlalu miring atau terlentang dapat menyebabkan kolik pada bayi.

Untuk menghindari hal-hal yang dapat memperburuk kondisi anak, maka perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan anak secara rutin di bawah pengawasan dokter. Dokter dapat memberikan saran dan pengobatan yang diperlukan untuk mengatasi baby blues.