Categories
Edukasi

6 Contoh Sikap yang Mencerminkan Keterkaitan Sila ke-1 dan ke-5 Pancasila

JAKARTA – Contoh hubungan prinsip 1 dan 5 ini patut dipahami oleh setiap lapisan masyarakat Indonesia. Ketaatan pada nilai-nilai tersebut merupakan wujud mewujudkan cita-cita bangsa yang berbasis Panaxilla.

Sila pertama dalam Panxila akan mengarahkan setiap orang untuk menjadi manusia yang beragama, sedangkan sila kelima merupakan pedoman bagi setiap orang untuk berperilaku adil terhadap setiap orang dalam kehidupan bermasyarakat.

6 contoh sikap tentang hubungan sila ke-1 dan ke-5 Pancasila1. Tertib beribadah dan menghormati hak orang lain Prinsip pertama mengajarkan manusia untuk bekerja dengan sungguh-sungguh dan taat sesuai keyakinannya. Saat berdoa, masyarakat juga harus menghormati hak orang lain, seperti tidak mengganggu ketentraman lingkungan sekitar dan menggunakan fasilitas ibadah secara bijak sesuai sila kelima.

Misalnya, tidak memonopoli tempat ibadah bagi kelompok tertentu dan tidak memberikan kesempatan bagi orang lain untuk beribadah dengan nyaman.

2. Menjalankan usaha yang adil dan beretika Pengusaha atau pedagang menjalankan usahanya dengan integritas berdasarkan prinsip-prinsip agama yang dianutnya seperti kejujuran, keadilan dan tidak curang.

Seorang pengusaha juga memastikan bahwa harga barang yang dijualnya adil, memberikan upah yang adil kepada karyawannya dan memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat, misalnya dengan melakukan kegiatan sosial atau berkontribusi pada kepentingan publik.

3. Berperan aktif dalam kegiatan sosial yang bermotif keagamaan.

Orang tersebut berpartisipasi dalam kegiatan sosial, seperti memberikan bantuan kepada yang membutuhkan, membangun fasilitas umum atau mendukung program kesejahteraan sosial yang bertujuan untuk menciptakan keadilan sosial bagi seluruh masyarakat.

4. Menghargai perbedaan dan memajukan kesejahteraan bersama Menghargai dan menghargai perbedaan agama dan kepercayaan orang lain sebagai wujud penerapan keyakinan bahwa seluruh umat manusia adalah ciptaan Tuhan dan hendaknya diperlakukan dengan baik.

Dengan menghormati keberagaman, kami juga berupaya menciptakan lingkungan yang adil di mana setiap orang, apa pun latar belakang agamanya, memiliki akses yang sama terhadap peluang, layanan publik, dan keadilan.

5. Menciptakan lingkungan kerja yang beretika dan adil apabila di tempat kerja, manajer atau pemimpin menerapkan nilai-nilai agama sebagai prioritas, seperti mengedepankan kejujuran, tanggung jawab, dan kasih sayang.

Sebagai bagian dari implementasinya, manajer juga memastikan bahwa seluruh karyawan akan diperlakukan secara adil, tanpa diskriminasi, dan mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkembang dan menerima gaji yang adil sesuai dengan kontribusinya.

6. Penerapan kebijakan yang berkeadilan berdasarkan nilai-nilai agama Contoh terakhir keterkaitan prinsip 1 dan 5 ini berlaku bagi pejabat pengambil kebijakan atau DPR. Seorang pejabat publik mengambil kebijakan dengan memegang teguh prinsip-prinsip moral yang diajarkan agamanya.

Kebijakan ini harus mendukung kesejahteraan seluruh masyarakat, menjamin distribusi sumber daya yang adil dan memberikan perlindungan bagi kelompok yang kurang beruntung.

Ini adalah contoh pendekatan mengenai hubungan antara prinsip 1 dan 5, dimana pendekatan ini memastikan bahwa setiap masyarakat mendasarkan tindakannya tidak hanya pada keyakinan spiritual, tetapi juga bahwa tindakan tersebut berkontribusi pada keadilan sosial dan kesejahteraan bersama.

Categories
Edukasi

Mengenal Profil Pelajar Pancasila, Pengertian dan Manfaat 6 Elemen

Jakarta – Profil pelajar Pancasila, makna dan manfaat 6 unsur tersebut akan dijelaskan dalam artikel ini. Informasi tersebut wajib diketahui oleh pelajar Indonesia guna mencapai visi dan misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Baca selengkapnya: Menjaga Kerukunan Selamanya Dengan Pancasila

Profil pelajar Pancasila tertuang dalam Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-2024.

Baca Juga: Apakah Pancasila Masih Menjadi Rujukan Kebijakan Publik?

Pada hakikatnya pelajar Pancasila adalah wujud pelajar Indonesia yang mampu menampilkan bakat-bakat kelas dunia dengan berperilaku dan berpegang teguh pada nilai-nilai Pancasila.

Baca Juga: Impor Perdana Menteri Dianggap Anti Pancasila.

Pelajar Pancasila mempunyai enam ciri atau unsur utama: takut akan Tuhan; keragaman kelas dunia gotong royong kemerdekaan kreativitas dan kritik Berikut penjelasan keenam fitur tersebut.

6 unsur sejarah pelajar Panchasila 1. Yakin dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Pelajar Pancasila harus memahami ajaran agama dan keyakinan serta menerapkan pemahaman tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menjadi dasar untuk mengembangkan sikap luhur baik terhadap Tuhan maupun terhadap sesama.

Baca Juga: Cara Bersih SDN 09 Jelambar Baru Jakarta Angkat Profil Siswa Pancasila.

2. Keberagaman global

Elemen dan kunci keragaman global mencakup kesadaran dan apresiasi budaya. Keterampilan komunikasi antar budaya dalam berhubungan dengan orang lain. dan merefleksikan dan mengambil tanggung jawab atas praktik keberagaman.

3. Gotong royong

Diharapkan mahasiswa Indonesia dapat secara sukarela ikut serta dalam kegiatan sehingga kegiatan yang dilaksanakan dapat terlaksana dengan lancar, lancar dan mudah. ​​Unsur kerjasama diantara keduanya adalah gotong royong, peduli, berbagi.

4. Kebebasan

Siswa akan mandiri dan bertanggung jawab terhadap proses dan hasil yang diperoleh. Unsur utama kemandirian meliputi kesadaran terhadap diri sendiri dan keadaan saat ini, serta pengendalian diri.

5. Penting

Hal utama di sini adalah kemampuan memproses informasi kualitatif dan kuantitatif secara objektif. Buat hubungan antara data yang berbeda. Analisis data Evaluasi dan rangkum

6. Kreativitas

Unsur utama kreativitas adalah penciptaan ide orisinal dan menghasilkan karya serta tindakan orisinal.

Untuk dapat mengetahui sejarah pancasila siswa mulai dari tingkat dasar. Oleh karena itu Komite Sekolah Dasar mencanangkan Gerakan dan Buku Tunas Pancasila.

Categories
Edukasi

PSBPS UMS Mulai Roadshow Pelatihan Nasional Pancasila sebagai Laku dari Jakarta sampai Papua

JAKARTA – Pancasila sebagai dasar negara dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan nasional menghadapi permasalahan serius akibat kurang seriusnya upaya penyebaran, penyerapan, dan penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan negara. masyarakat.

Meskipun Pancasila diakui sebagai falsafah dan dasar negara Indonesia, namun penerapannya belum menjadi kebiasaan yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Sikap dan perilaku masyarakat, serta kebijakan kelembagaan yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, belum terintegrasi secara sistematis ke dalam struktur politik, hukum, dan ekonomi pemerintahan, serta secara budaya ke dalam lembaga pendidikan dan lembaga keagamaan.

Keadaan ini juga terjadi pada generasi muda yang sering disebut dengan generasi milenial, termasuk para pelajar. Akibatnya, sebagian mahasiswa mencari arah atau pandangan alternatif di luar kerangka Pancasila karena diyakini dapat mengembalikan keutuhan dan kedaulatan penyelenggara negara yang tidak dapat menjamin kesejahteraan dan kebahagiaan seluruh rakyat Indonesia.

Hal ini memungkinkan kelompok ekstrim dan intoleran, serta ideologi Takfiri, dengan mudah mempengaruhi dunia pendidikan dengan menyebarkan doktrin ideologi alternatif yang dianggap dapat menjadi solusi berbagai permasalahan yang dihadapi bangsa dan negara.

Menyaksikan kisruh permasalahan tersebut, Pusat Kajian Budaya dan Perubahan Sosial Universitas Surakarta (PSBPS UMS) berupaya memperkuat ideologi Pancasila dalam kesadaran berbangsa dan bernegara melalui jalur kultural dan pedagogik. Hal ini dilakukan dengan melakukan pendalaman konsep Pancasila dalam tiga dimensi yaitu pengetahuan, rasa percaya diri dan penghayatan, serta pengalaman hidup bagi dosen dan mahasiswa yang mengambil mata kuliah wajib Pancasila dan Kewarganegaraan pada tingkat yang lebih tinggi. PSBPS UMS menyebut ketiga dimensi tersebut dalam program bertajuk ‘Revitalisasi, Pelembagaan dan Standardisasi Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi Indonesia (RISP3TI)’.

Program ini telah dilaksanakan sejak tahun 2019 atas dukungan HARMONI-USAid. PSBPS UMS bekerjasama dengan Lembaga Bahasa dan Ilmu Pengetahuan Umum (LBIPU) UMS yang bertanggung jawab mengelola mata kuliah Pancasila di UMS. Pada saat program ini dilaksanakan, LBIPU terlibat baik secara substantif maupun teknis dalam pelaksanaan program (pengembangan modul dan LMS, promosi kebijakan dan pelatihan).

PSBPS UMS juga bekerjasama dengan Badan Penelitian, Penelitian dan Pengembangan Perguruan Tinggi (Diktilitbang) PP Muhammadiyah dan BELMAWA Kemendikbudristek DIKTI untuk mengkaji modul pengajaran ‘Pansasila sebagai Praktek’, perancangan Sistem Manajemen Pembelajaran, advokasi kebijakan, pelatihan bagi guru dan aktivis mahasiswa. , serta pengalaman belajar mengajar di kelas.

Tahun ini PSBPS memperluas cakupan geografis Diklat RISP3TI UMS dari target awal 24 perguruan tinggi swasta dan negeri mitra di Pulau Jawa menjadi 50 perguruan tinggi dari berbagai pelosok Indonesia pada tahun 2023. Pelatihan ini dilaksanakan di 6 pusat wilayah: DKI Jakarta dan sekitarnya, Kalimantan, Sumatera, Jawa Timur dan Indonesia Timur, Jawa Tengah dan Papua. Pelatihan pertama dilaksanakan pada tanggal 23-25 ​​April 2024 di UMJ wilayah Jawa Barat dan Jakarta Pusat.

Yayah Khisbiyah, Direktur Eksekutif PSBPS UMS, dalam sambutannya pada pelatihan pertama menyatakan memilih kebangkitan dan pelembagaan pendidikan Pancasila di lingkungan universitas sebagai strategi transformasi sosial yang berjangka panjang dan berkelanjutan. PSBPS UMS dan mitra kerja sama berupaya memastikan bahwa materi pengajaran Pendidikan Pancasila yang disajikan dalam program ini relevan dengan peristiwa sosial politik terkini, serta memiliki pendekatan inklusif dan inovatif.

Di tengah kemerosotan demokrasi, kemerosotan kepemimpinan nasional yang patut diteladani, dan berbagai pelanggaran asas Pancasila, program ini diharapkan mampu mengembangkan pola pikir kritis-konstruktif mahasiswa dalam memahami, meyakini, dan mengamalkan nilai-nilai. Pancasila didukung oleh Muhammadiyah sebagai darul ahdi wal syahadat.