Categories
Sains

Mengapa Bulan Juli Cuaca Sangat Panas? Ini Penjelasan Ilmiahnya

JAKARTA – Cuaca panas yang terjadi akhir-akhir ini berdampak pada banyak orang di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Tidak hanya panas yang menyesakkan, tetapi juga banyak korban jiwa. Mengapa cuaca di bulan Juli sangat panas?

Ya, sekarang sedang musim panas di banyak belahan dunia. Namun, panasnya sungguh istimewa. Belakangan diumumkan bahwa bumi telah mencetak rekor baru. Hari terpanas di bumi tercatat dalam sejarah. Pada 22 Juli 2024 saja, para ilmuwan iklim menentukan suhu tertinggi. Rekor sebelumnya terjadi sehari sebelumnya, yakni 21 Juli 2024. Artinya, Bumi pernah mengalami dua hari terpanas yang pernah tercatat.

Berdasarkan laporan hasil penelitian, pada 22 Juli 2024 rata-rata suhu bumi harian global naik menjadi 17,16 °C. Data dari Copernicus Climate Change Service (C3S) mencetak rekor baru karena melampaui rekor suhu global sebelumnya sebesar 17,09°C.

Rekor gelombang panas melanda AS, Meksiko, Eropa, Timur Tengah, dan Asia Selatan. Panas ekstrem telah menewaskan lebih dari seribu orang, menyebabkan masalah kesehatan yang luas, dan penutupan sekolah.

Juli secara historis merupakan bulan terpanas sepanjang tahun, dengan suhu yang sering melebihi 40°C di beberapa bagian belahan bumi utara. Menurut Organisasi Meteorologi Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (WMO), Juli 2023 adalah bulan terpanas yang pernah tercatat, terpanas setidaknya dalam 120.000 tahun, dan Juli tahun ini akan menjadi salah satu bulan terpanas.

Jadi mengapa cuaca begitu panas di bulan Juli?

Seperti diberitakan Aljazeera, ada banyak alasan mengapa cuaca begitu panas di bulan Juli, yang merupakan bulan terpanas sepanjang tahun. Hal ini disebabkan oleh perubahan iklim dan faktor alam.

1. Deklinasi aksial dan titik balik matahari musim panas

Saat Bumi berputar mengelilingi Matahari, ia miring 23,5 derajat dari porosnya. Akibatnya, jumlah sinar matahari berubah pada waktu yang berbeda sepanjang tahun, yang menyebabkan perubahan musim.

Musim panas astronomi dimulai pada titik balik matahari musim panas, yang terjadi sekitar tanggal 20 atau 21 Juni di belahan bumi utara dan sekitar tanggal 21 atau 22 Desember di belahan bumi selatan. Ini adalah hari dimana matahari mencapai titik tertinggi di langit pada siang hari, sehingga menciptakan siang terpanjang dan malam terpendek dalam setahun.

Bagian negara yang paling banyak menerima sinar matahari disebut Laut Utara, 23,5 derajat di atas garis khatulistiwa. Jalur ini antara lain melintasi Meksiko, Bahama, Mesir, Arab Saudi, dan India, dan menyebabkan musim panas yang sangat terik.

2. Musim panas di belahan bumi utara

Meskipun separuh daratan bumi mengalami musim panas pada bulan Juni hingga September, sekitar 90 persen populasi dunia tinggal di belahan bumi utara, bulan-bulan yang memiliki lebih banyak sinar matahari dan jam siang hari yang lebih panjang.

Di kota-kota paling utara di sekitar Lingkaran Arktik, matahari tidak terbenam antara akhir Mei dan akhir Juli, sebuah fenomena yang dikenal sebagai Matahari Tengah Malam. Sebaliknya, lokasi tersebut mengalami malam kutub pada bulan-bulan musim dingin, saat matahari berada di bawah cakrawala pada akhir November dan akhir Januari.

Mengapa siang hari lebih panas dibandingkan siang hari?

Pada bulan-bulan musim panas, lebih banyak energi matahari diserap oleh bumi, yang menghangatkan udara di sekitarnya dan menghasilkan pemanasan. Penundaan waktu antara pemanasan dan drainase ini dikenal sebagai penundaan musiman.

Categories
Bisnis

Mumpung Masih Ada Pasokan Air, BRIN Sarankan Petani Percepat Masa Tanam Padi

bachkim24h.com, JAKARTA – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyarankan petani melakukan panen padi untuk mempercepat waktu tanam. Hal ini diperlukan untuk meningkatkan pasokan air saat Indonesia memasuki musim kemarau.

 

“Daerah pertanian perlu menghemat cadangan air untuk menghindari kekurangan air pada puncak musim kemarau antara Juli hingga September,” kata Dhistira Nugraha, Kepala Pusat Penelitian Tanaman Pangan Brin, saat dihubungi di Jakarta, Jumat. /5/). 2024).

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika India (BMKG), El Nino saat ini sedang berlangsung dan diperkirakan memasuki fase netral di Indonesia antara Mei hingga Juli 2024. Banyaknya kumpulan awan yang menutupi daratan menimbulkan sinar matahari dan faktor monsun yang masih terjadi namun tidak terasa di Indonesia.

 

Namun menurut perkiraan, ada indikasi terbentuknya La Nina pada akhir tahun 2024 dan hal ini dapat meningkatkan indeks tanam padi, ujarnya.