Categories
Sains

Ilmuwan Peringatkan Bahaya Meredupkan Matahari, Ini Alasannya

JAKARTA – Majelis Lingkungan Hidup Perserikatan Bangsa-Bangsa pada pekan ini memperdebatkan resolusi mengenai modifikasi radiasi matahari, sebuah teknologi kontroversial yang bertujuan untuk mengurangi efek pemanasan gas rumah kaca dengan memantulkan sebagian sinar matahari kembali ke luar angkasa.

Para pendukungnya berpendapat bahwa teknologi ini dapat membatasi dampak perubahan iklim. Namun, “geoengineering” ini berisiko mengganggu stabilitas sistem iklim yang sudah rapuh. Efek penuhnya belum diketahui sampai penerapannya dilakukan.

Seperti yang dilaporkan Science Alert, rancangan pertama resolusi tersebut menyerukan pembentukan panel ahli untuk mempelajari manfaat dan risiko perubahan radiasi matahari. Proposal tersebut ditarik pada hari Kamis ketika tidak ada kesepakatan yang dicapai mengenai masalah kontroversial tersebut.

Beberapa negara di Dunia Selatan telah menyerukan “tidak menggunakan” modifikasi radiasi matahari, dan ini adalah posisi yang kami dukung. Perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia sudah merupakan eksperimen dalam skala planet – kita tidak memerlukan eksperimen lain.

Di beberapa kalangan, geoengineering tenaga surya semakin populer sebagai solusi krisis iklim. Namun penelitian menunjukkan potensi risiko yang ditimbulkan oleh teknologi ini, seperti:

Hilangnya keanekaragaman hayati, terutama jika teknologi tersebut dihentikan secara tiba-tiba.

Merusak ketahanan pangan, misalnya dengan mengurangi cahaya dan meningkatkan salinitas tanah

Pelanggaran HAM lintas generasi menyisakan risiko besar bagi generasi mendatang

Berikut beberapa contoh perubahan radiasi matahari dan potensinya:

Pada bulan April 2022, sebuah startup Amerika meluncurkan dua balon cuaca ke udara di atas Meksiko tanpa persetujuan pemerintah. Eksperimen ini menunjukkan kurangnya akuntabilitas dan transparansi dalam geoengineering.

Categories
Sains

Baju Antariksa Ini Memungkinkan Astronot Bisa Meminum Air Kencing

JAKARTA – Bayangkan para astronot menjelajahi Bulan dan Mars, tanpa harus khawatir kehabisan air minum. Berkat inovasi yang terinspirasi dari film Dune, hal ini menjadi mungkin.

Seperti dilansir IFL Science, pakaian luar angkasa canggih baru yang disebut “quiet suit” ini terinspirasi dari pakaian serupa yang dikenakan oleh karakter dalam novel dan film Dune karya Frank Herbert.

Pakaian ini dirancang untuk mendaur ulang keringat dan urin pemakainya menjadi air minum yang bersih dan aman.

Teknologi ini bekerja dengan menggunakan kateter berbasis vakum eksternal yang dihubungkan ke unit reverse osmosis. Sistem ini memungkinkan penyaringan dan daur ulang air secara efisien, memastikan pasokan air minum yang konstan bagi astronot selama misi luar angkasa.

Astronot dapat menjelajah lebih lama tanpa perlu kembali ke stasiun luar angkasa untuk mengisi ulang air.

Misi luar angkasa memerlukan logistik yang rumit dan mahal. Pakaian ini membantu mengurangi jumlah air yang perlu diangkut, sehingga menghemat biaya dan ruang penyimpanan.

Astronot tidak perlu khawatir tentang dehidrasi atau ketidaknyamanan yang berhubungan dengan penanganan air.

Mendaur ulang air langsung ke dalam pakaian tersebut meminimalkan limbah yang dihasilkan selama misi luar angkasa.

Pengembangan pakaian ini masih dalam tahap awal, namun peneliti dari Weill Cornell Medicine dan Cornell University optimis teknologi ini dapat diterapkan dalam misi luar angkasa manusia dalam waktu dekat.

Stillsuit adalah contoh bagus tentang bagaimana fiksi ilmiah dapat menginspirasi inovasi teknologi yang sesungguhnya. Teknologi ini berpotensi merevolusi eksplorasi ruang angkasa dan memungkinkan umat manusia melakukan eksplorasi lebih jauh dari sebelumnya.