bachkim24h.com, Jakarta Terapi Pencegahan Tuberkulosis atau TPT merupakan upaya pengobatan yang dilakukan untuk mencegah orang yang mengidap TBC agar tidak jatuh sakit.
Menurut Erlina Burhan, Ketua Koalisi Organisasi Profesi Tuberkulosis (KOPI TB), TPT diberikan di Indonesia dengan tiga cara: isoniazid selama enam bulan atau 6 jam, kombinasi isoniazid dan rifapentine selama tiga bulan, atau kombinasi ‘ Isoniazid dan rifampisin 3HP selama tiga bulan atau 3HR
“Isoniazid dosis tinggi plus rifapentine keren banget. Cukup untuk tiga bulan. Dan itu tidak setiap hari. Seminggu sekali selama 12 minggu,” kata Erlina dalam konferensi media memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia bersama Kementerian Kesehatan Kesehatan, Jumat (22/3/2024) secara daring.
“Dan jika tidak, kita bisa menggunakan isoniazid dan rifampisin secara bersamaan selama tiga bulan. Tapi begitulah yang terjadi setiap hari,” tambahnya.
Tablet TPT umumnya dapat diminum kapan saja dan tidak terikat jam. Begitu pula saat Ramadhan, Anda bisa mengonsumsi TPT pada saat berbuka puasa atau sahur.
“Kapan selalu diberikan TPT? Gratis. Hal utama adalah bahwa hal itu mungkin dan nyaman. “Ada orang yang suka minum di pagi hari. Selamat siang. Selamat siang. Selamat malam,” balas Erlina kepada Health bachkim24h.com.
Pakar penyakit paru-paru menambahkan bahwa sama seperti orang dewasa, anak-anak yang sedang menerima pengobatan TBC dapat meminum obat tersebut kapan saja.
“Apakah waktu pemberian dosis untuk anak-anak dan orang dewasa sama? Hal yang sama setiap saat, yang penting pada waktu yang tepat. Mohon anggap ini penting setiap hari jika ini adalah rekomendasi harian.”
Contoh obat TPT yang diminum setiap hari adalah isoniazid selama enam bulan atau 6 jam dan kombinasi isoniazid dan rifampisin selama 3 bulan atau 3HR.
Sedangkan penggunaan isoniazid dan rifapentine secara bersamaan seminggu sekali selama tiga bulan atau 3HP.
“Kalau minum ramuan 3HP minggu ini di hari Senin. Minggu depan akan menjadi hari Senin lagi. “Prinsipnya, jam kerjanya akan sama. Tapi kalau berbeda, tidak akan terlalu banyak. Selisih satu atau dua jam tetap bagus.”
Lalu apa saja pedoman mengonsumsi TPT selama Ramadhan?
“Ya, di bulan Ramadhan kita bisa makan dan minum pada malam dan subuh. Oleh karena itu, lebih baik memilih dan meminum obat TBC saat perut kosong.”
Jadi ketika tiba waktunya berbuka, Pasien bisa berbuka puasa dengan air mineral. Kemudian minum obat untuk mengobati TBC.
“Mengapa lebih baik minum saat perut kosong? Agar obat dapat bekerja dengan efisiensi penuh, bagaimana setelah makan? “Ya, tapi jangan langsung melakukannya. Tunggu dua atau tiga jam kemudian.”
Meski bisa dilakukan kapan saja, Erlina menyarankan agar mereka yang menjalani terapi meminum obat tersebut saat berbuka puasa.
“Sering kali di penghujung Ramadhan saya malas makan sahur. Jadi saya tidak merekomendasikannya. Jika Anda tidak bangun pagi, Anda tidak akan minum obat. Jadi kalau malam lebih baik,” jelasnya.
Jika cakupan TPT tinggi dan pengobatan berjalan baik, lanjut Erlina, bahkan banyak orang yang tertular TBC. Mereka tidak akan sakit. Seperti dijelaskan sebelumnya Infeksi tidak berarti Anda sakit. Kemungkinan kuman TBC tersebut bersifat dorman atau dorman di dalam tubuh sehingga tidak menimbulkan keluhan apa pun.
Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Universitas Indonesia (UI) juga menjelaskan cara mengakses layanan TPT.
“TPT bisa diakses di FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat Satu), khususnya di puskesmas. Dan itu gratis. Ingat, ini gratis.”
TPT penting karena terbukti memberikan dampak positif dalam menurunkan jumlah kasus TBC. Beberapa dampak TPT terhadap pemberantasan tuberkulosis antara lain: Penelitian nasional di Inggris menemukan bahwa TPT mengurangi risiko tuberkulosis sebesar 24-86 persen di antara seluruh populasi berisiko. Ini termasuk orang yang didiagnosis menderita TBC laten. TPT telah terbukti mengurangi risiko TBC atau kematian akibat TBC pada pasien HIV yang memakai ARV secara teratur hingga 60 persen.