Categories
Kesehatan

3 Tips Cegah Meningitis pada Anak, Dokter: Lebih Dini Lebih Baik

bachkim24h.com, Jakarta – Meningitis merupakan penyakit yang serius dan dapat dicegah. Dokter spesialis anak Eka Hospital Permata Hijau, Nirmalia Husin mengatakan, setidaknya ada tiga cara untuk mencegah penyakit penyebab radang selaput otak ini.

Berikut tiga cara mencegah meningitis: Pola hidup bersih dan sehat

Pertama, menerapkan kebiasaan hidup bersih. Misalnya mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan untuk anak, mencuci tangan sebelum makan atau setelah mandi, menerapkan protokol batuk atau bersin. Hindari kontak dengan orang yang terinfeksi

Kedua, jika ada anggota keluarga yang sakit, penting untuk melindungi diri Anda dan orang lain dari infeksi dengan menghindari berbagi barang pribadi. Dan segera bawa orang tercinta Anda ke puskesmas untuk berobat.

“Selain itu, jika ada anak yang sakit, sebaiknya istirahat di rumah untuk menghindari penularan ke anak lain,” demikian siaran pers yang dikeluarkan, Senin (22/04/2024). Insersi

Ketiga, vaksinasi merupakan cara yang cukup efektif untuk mencegah meningitis pada anak. Vaksinasi campak, Hib, polio, dan pneumokokus juga dapat mencegah risiko meningitis virus dan bakteri.

Selain itu, terdapat vaksin konjugat meningokokus (MenACWY) yang dapat melindungi anak dari infeksi virus meningokokus penyebab meningitis. Anak usia 2-11 tahun dapat menerima vaksinasi dengan vaksin ini.

“Semakin dini seorang anak mendapatkan vaksinasi, semakin rendah risiko meningitis,” jelas Nirmalia.

Nirmalia menjelaskan, meningitis adalah suatu kondisi dimana selaput otak yang disebut meninges mengalami peradangan. Kondisi ini berbahaya karena dapat menyebabkan gangguan fungsi saraf, melemahkan sistem kekebalan tubuh, bahkan berujung pada kematian.

Pengenalan dini gejala meningitis dapat mengurangi risiko kematian dan mengurangi komplikasi serius jangka panjang ketika pengobatan segera diperlukan.

Meskipun meningitis dapat terjadi pada semua usia, penyakit ini paling sering terjadi pada bayi dan anak-anak. Oleh karena itu, orang tua harus mengetahui cara mencegah meningitis pada anak.

Meningitis bisa disebabkan oleh virus dan bakteri, lanjut Nirmalia. Dalam kasus yang jarang terjadi, jamur juga bisa menyebabkan meningitis.

Secara umum, virus atau bakteri penyebab meningitis tidak langsung menyerang selaput otak, melainkan bermula dari bagian tubuh lain.

Virus atau bakteri tersebut kemudian menyebar melalui pembuluh darah menuju selaput otak dan menyebabkan peradangan. Salah satu faktor yang meningkatkan risiko terkena meningitis akibat infeksi virus atau bakteri adalah anak-anak dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Virus atau bakteri penyebab meningitis dapat menyebar melalui kontak langsung dengan percikan air liur atau sekret hidung saat bersin dan batuk. Bisa juga disebabkan oleh kontak dengan benda yang terkontaminasi virus atau bakteri. Dan hal ini bisa terjadi akibat konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi.

Berikut ini adalah berbagai jenis virus dan bakteri yang dapat menyebabkan meningitis: virus polio, enterovirus, virus campak, influenza, herpes simpleks, virus West Nile.

“Virus ini biasanya menyebabkan meningitis pada anak di bawah 5 tahun dan bayi baru lahir. Bakteri Streptococcus pneumoniae Haemophilus influenzae tipe b (Hib) Neisseria meningitidis Listeria monocytogenes Escherichia coli (E.coli) Klebsiella pneumoniae.

“Seperti halnya virus, bakteri ini dapat menyebabkan meningitis pada anak di bawah 5 tahun dan bayi baru lahir,” tutup Nirmalia.

Categories
Kesehatan

Selain Meningitis dan Dehidrasi, Perdokhi Sebut Jamaah Haji Juga Perlu Waspadai ISPA

bachkim24h.com, Jakarta – Selain meningitis dan dehidrasi, Pengurus Pusat Persatuan Dokter Haji Indonesia (PP Perdokhi) mengatakan, jemaah haji juga harus mewaspadai penularan penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA).

Direktur Utama PP Perdokhi Dr Syarief Hasan Lutfie, Sp.K.F.R, MARS, AIFO-K mengatakan ISPA dan pneumonia masih sering terjadi pada jemaah haji Indonesia selama pelayanan kesehatan haji 2023 di Arab Saudi.

“Jika flu menyerang lansia dan mereka yang memiliki penyakit penyerta, mereka bisa berisiko serius. ISPA dan pneumonia masih menjadi penyakit terbanyak yang dihadapi jemaah Indonesia saat menunaikan ibadah haji di Arab Saudi pada tahun 2023.” – Kata Syarief, dilansir ANTARA.

Syarief mengatakan, selain risiko terkena meningitis atau radang selaput otak akibat penyakit meningokokus invasif (IMD), penyakit seperti pneumonia dan influenza juga harus diwaspadai karena merupakan kuman yang menginfeksi saluran pernapasan.

Dalam beberapa tahun terakhir, infeksi saluran pernafasan menjadi penyakit yang paling banyak diderita jamaah Indonesia selama menunaikan ibadah haji ke Arab Saudi. Sebuah penelitian di Arab Saudi menunjukkan sekitar 60 persen jemaah haji yang berobat ke Klinik Pratama Mina mengeluhkan infeksi saluran pernapasan atas.

Sayangnya, ISPA terjadi setelah jemaah mengabaikan gejalanya dan tidak melakukan tindakan pencegahan. Akibatnya, gejalanya menetap hingga pneumonia berkembang.

“Hampir 40 persen orang percaya dirawat di rumah sakit karena pneumonia. Sementara itu, 67 persen masyarakat yang dirawat dirawat di unit perawatan intensif karena infeksi saluran pernapasan, ujarnya.

 

Sementara itu, hasil kajian Balkha yang dilakukan terhadap 500 jemaah haji menunjukkan 56 persen jemaah yang mengalami infeksi saluran pernafasan ditemukan terjangkit virus influenza.

Oleh karena itu, Syarief menyarankan agar jamaah mendapatkan vaksinasi sebelum berangkat ibadah haji atau umrah. Ini sebagai cara bela diri jika harus bersama jamaah haji dari negara lain di Arab Saudi.

“Sangat penting bagi jamaah haji untuk membutuhkan vaksin flu untuk menjamin perlindungan diri selama perjalanan umrah,” kata Syarief.

Categories
Kesehatan

Kenali Gejala Flu Singapura, Tata Laksana, dan Pencegahannya

bachkim24h.com, JAKARTA – Flu Singapura atau lebih tepatnya istilah penyakit tangan dan kaki dan mulut (HFMD), cukup sering terjadi pada anak-anak dan bayi di Indonesia. Menurut Prof Edi Hartoyo, anggota Satgas Koordinasi Penularan Penyakit Tropis (UKK) IDAI, penyakit ini sering disebut flu Singapura karena pernah menjadi epidemi yang menyebabkan kematian di Singapura.

“Yang benar penyakit tangan-kaki-mulut. Ini disebabkan oleh virus dan menyerang anak-anak balita, sangat jarang terjadi pada orang dewasa. Jadi faktor risikonya adalah anak balita,” ujarnya. Prof Edi dalam zoom meeting pada Selasa (04/02/2024).

Penyebab penyakit ini adalah virus RNA. Kasus terjadi di Malaysia pada tahun 1997, di Singapura pada tahun 2000, dan di Taiwan menginfeksi 120 ribu orang dengan 78 kematian pada tahun 1998.

Menurut Prof Edi yang juga Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, kasus penyakit ini sebenarnya ringan. Anda hanya perlu mewaspadai komplikasi seperti radang otak (meningitis) akibat virulensi virus.

Penularannya hampir sama dengan Covid-19, yaitu melalui droplet, masuk ke saluran pernafasan, feses oral, air liur, cairan vesika, dan kontak fisik. Patogenesisnya adalah virus masuk ke saluran pernafasan, menular ke paru-paru, tenggorokan dan menyebar dalam waktu 24 jam.

Lesi flu Singapura paling sering ditemukan di telapak kaki, tangan, dan mulut, berupa sariawan. Proses penularannya tergantung pada mekanisme, reseptor dan daya tahan tubuh. 

Jika seorang anak terindikasi mengidap penyakit ini, sebaiknya ia diisolasi di rumah setidaknya selama lima hari, namun bukan berarti tidak boleh melakukan aktivitas apa pun. Dalam waktu lima hari, tingkat penularan virus menurun dan penyakit akan sembuh dengan sendirinya dengan pengobatan yang mendukung sistem imun tubuh.

Salah satu komplikasi yang perlu diwaspadai bahayanya adalah menyerang otak, meski sangat jarang dan belum dilaporkan di Indonesia. Orang tua harus waspada ketika anaknya memerlukan perawatan di rumah sakit, seperti demam di atas 39 derajat Celcius, kejang dan lain-lain.

Gejala HFMD meliputi…