Categories
Sains

Ternyata Ini yang Terjadi pada Pupil Mata saat Bernapas

LONDON – Pernahkah Anda memperhatikan kelopak mata Anda berubah saat bernapas? Sebuah studi baru menunjukkan bahwa hal ini memang benar adanya. Para ilmuwan telah menemukan bahwa pupil kita berkontraksi saat kita menarik napas dan membesar saat kita mengeluarkan napas.

Meski fenomena ini telah diamati selama lebih dari 100 tahun, namun penyebabnya masih belum jelas. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pupil membesar saat kita bernapas, sementara penelitian lain belum menemukan bukti yang mendukung hal tersebut.

Sebuah penelitian terbaru yang dilakukan oleh para ilmuwan di Swedia dan Belanda mengatasi keterbatasan penelitian sebelumnya dengan menggunakan kamera khusus untuk mengukur ukuran pupil dengan lebih akurat.

Seperti dilansir Science, mereka menemukan bahwa perubahan pupil terjadi secara konsisten dan terjadi pada semua peserta penelitian.

Para peneliti tidak mengetahui mengapa pupil kita berubah saat bernapas. Salah satu kemungkinannya terkait dengan perubahan tekanan darah yang terjadi saat bernapas. Saat kita menarik napas, tekanan darah turun, yang bisa menyebabkan pupil menyempit. Saat kita menarik napas, tekanan darah kita meningkat, yang menyebabkan pori-pori membesar.

Kemungkinan lainnya adalah perubahan pupil tersebut berkaitan dengan cara otak mengontrol pernapasan. Area otak yang mengontrol pernapasan juga mengontrol membaca. Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan perubahan pernapasan kita dapat menyebabkan perubahan ukuran pegas.

Meski alasan perubahan pupil ini masih belum diketahui, penelitian ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana mata dan tubuh bekerja sama. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami implikasi temuan ini dan potensi peran variabilitas pupil dalam kesehatan dan penyakit.

Penelitian ini masih baru dan masih banyak yang harus dipelajari tentang perubahan siswa. Namun penemuan ini memberikan wawasan baru tentang cara kerja mata dan tubuh kita.

Categories
Sains

Inilah Otak Purba Berusia 12.00 Tahun Terakhir yang Ditemukan

LONDON – Otak manusia kita sama rapuhnya dengan tahu. Meskipun fakta ini menjijikkan, namun penemuan sampel otak berusia ribuan tahun yang diawetkan secara alami menjadi semakin menarik.

Sempat dianggap sangat langka, penelitian baru menantang anggapan bahwa otak tidak bisa dilestarikan dengan baik.

Hal ini menunjukkan bahwa kita telah menemukan sejumlah besar otak manusia yang terawetkan, terkadang organ berpikir kaku ini menjadi satu-satunya jaringan lunak yang tersisa di rongga tengkorak, sedangkan bagian tubuh lainnya telah menjadi kerangka.

Sebuah tim yang dipimpin oleh kandidat PhD NERC Alexandra Morton-Hayward dari Merton College, Departemen Ilmu Bumi, Universitas Oxford, telah berhasil mengumpulkan lebih dari 4.000 otak manusia yang diawetkan ke dalam arsip global.

Otak-otak ini berasal dari enam benua, yang sebagian besar berusia sekitar 12.000 tahun. Mereka datang dari berbagai kalangan, mulai dari penjelajah Arktik, biksu Eropa, hingga anggota keluarga kerajaan di Mesir dan Korea.

Yang paling menarik adalah bagian dari lebih dari 1.300 otak yang membentuk satu-satunya jaringan lunak yang tersisa di antara sisa-sisa kerangka. Benda-benda aneh ini dapat ditemukan di kuburan air, bangkai kapal, dan kolam air hangat.

Menurut Morton-Hayward, penemuan jaringan lunak apa pun di area ini sungguh mengejutkan. Namun, di sinilah letak otak kuno ini.

Otak kuno ini juga merupakan yang tertua dalam arsip, beberapa berasal dari zaman es terakhir. Penjelasan mengenai pelestariannya mungkin karena faktor lingkungan atau keunikan biokimia otak itu sendiri. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memperjelas hal ini.

Untuk saat ini, penemuan ini mungkin menjadi pengingat bahwa inilah saatnya untuk mulai mempelajari tubuh manusia, dan sisa-sisa pembusukan kita, dengan cara yang tidak terlalu biner.

“Sebelum mempelajari antropologi forensik, saya bekerja sebagai wirausaha selama bertahun-tahun. Dan satu hal yang saya pelajari adalah bahwa sama seperti kita semua berbeda dalam hidup, kita juga terpecah secara berbeda dalam kematian,” kata Morton-Hayward kepada IFLScience.

“Ada pola-pola mapan yang dapat kita amati (misalnya, jaringan yang mengalami biomineralisasi seperti tulang dan gigi hampir pasti akan bertahan lebih lama), namun pembusukan dapat mengejutkan kita.”

Penemuan ini membuka kemungkinan baru untuk mempelajari evolusi otak manusia, penyakit neurodegeneratif, dan bahkan ritual penguburan di masa lalu.

Categories
Sains

Ilmuwan Berhasil Ubah Sel Lemak Jadi Pembakar Kalori

LONDON – Penemuan para ilmuwan tentang cara mengubah sel lemak menjadi pembakar kalori merupakan kemajuan besar dalam penelitian kesehatan dan obesitas.

Seperti dilansir Science Alert, para ilmuwan telah mengidentifikasi perubahan genetik yang mengontrol retensi lemak dalam tubuh.

Dengan mematikan tombol ini pada tikus, mereka mampu mengubah sel lemak putih (penyimpanan) menjadi sel lemak coklat (pembakar kalori).

Lemak coklat membakar kalori untuk menghasilkan panas, yang dapat membantu penurunan berat badan dan meningkatkan metabolisme.

Ini juga dapat membantu mencegah penyakit terkait obesitas seperti diabetes dan penyakit jantung.

Meskipun penelitian ini dilakukan pada tikus, para ilmuwan berharap temuan ini dapat mengarah pada pengembangan pengobatan baru untuk obesitas dan penyakit terkait pada manusia. Perawatan potensial ini dapat mencakup obat-obatan atau terapi gen yang menargetkan pertukaran genetik yang sama.

Penting untuk dicatat bahwa penelitian ini masih dalam tahap awal dan masih banyak yang harus dipelajari sebelum terapi apa pun dapat dikembangkan untuk manusia.

Namun temuan ini memberikan harapan baru bagi jutaan orang yang berjuang melawan obesitas dan penyakit terkait.