Categories
Edukasi

SINDOnews Goes To Campus: Dosen UPN Veteran Jakarta Berbagi Cara Antisipasi Disinformasi

JAKARTA – Veteran program pelatihan FISIP UPN Jakarta Azwar, Koordinator Ilmu Komunikasi, berbagi cara mengantisipasi dampak negatif misinformasi, misinformasi, dan misinformasi. Komunitas Azwar menjelaskan hal ini dalam beberapa cara.

“Kita melihat dunia sedang berubah, dan salah satu perubahannya adalah cara kita menggunakan media dan cara kerja media,” kata Azwar, salah satu alumni Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Jakarta, dalam acara bincang-bincang SINDOnews Goes To Campus, Rabu. /2024).

Menurutnya, perubahan ini disebabkan oleh perubahan kebiasaan media masyarakat. Namun perubahan tersebut tidak selalu dimanfaatkan secara positif oleh masyarakat, dan juga dimanfaatkan untuk hal-hal negatif.

“Perubahan ini hendaknya dimanfaatkan untuk hal-hal positif, misalnya akses informasi bagi kita, terutama di daerah-daerah yang mungkin sebelumnya sulit. “Sekarang tidak begitu, sekarang (berita atau informasi) keluar 1 menit, lalu sampai ke pelosok nusantara, harusnya diolah dengan baik,” ujarnya.

Dia menjelaskan, misinformasi, misinformasi, dan misrepresentasi disebabkan oleh penyalahgunaan. Ketiga hal tersebut memberikan dampak buruk bagi masyarakat, khususnya terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Bagi saya, informasi yang salah, informasi yang tidak benar berdampak buruk bagi kita, kehidupan berbangsa dan bernegara. Saya katakan itu mengancam keutuhan bangsa,” jelasnya.

Ia mencatat bahwa disinformasi adalah berita palsu, tetapi hal itu terjadi karena masyarakat tidak mengetahui bahwa itu palsu. Disinformasi adalah konten yang diyakini palsu dan kemudian terlibat dalam penyebaran atau bahkan produksinya, dan sangat berbahaya.

“Informasi yang salah berbahaya bagi kita secara pribadi, bagi anak-anak kita di masa depan, dan bagi bangsa secara keseluruhan. Jadi bagaimana kita bisa memitigasinya? “Pertama, harus ada literasi digital sebelum terjadi misinformasi,” ujarnya.

Azwar mengingatkan, ada juga media palsu yang berpura-pura menjadi media. Ini bukan media palsu yang memberitakan keluaran jurnalistik.

Oleh karena itu, menurutnya, perlu adanya peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap media massa. Misalnya media massa yang terdaftar di Dewan Pers. Lalu menjadi jelas siapa bosnya di sini, termasuk kantor media. Dewan mengimbau untuk tidak menghubungi media massa yang tidak diketahui lokasi dan pimpinannya.

“Juga kita bisa meningkatkan peran lembaga negara, salah satunya Dewan Pers dan lain-lain, Kementerian Komunikasi dan Informatika dan lain-lain. Dengan meningkatkan partisipasi kita sebagai warga negara, kita mempunyai cukup waktu untuk melakukan sosialisasi ketika ada informasi yang kita yakini tidak benar, dan kita tidak bisa membiarkan informasi palsu tersebar di antara kita masing-masing,” tutupnya.