Categories
Kesehatan

Sering Ngerasa Sedih Picu Penurunan Kognitif Lansia

bachkim24h.com, JAKARTA – Seiring bertambahnya usia, tidak jarang kita mengalami rasa lupa atau sedih. Namun, bagi para lansia atau sangat lanjut usia, masalah yang tampaknya kecil ini bisa menjadi lingkaran setan depresi dan penurunan kognitif.

Penelitian baru yang dipublikasikan di JAMA Network Open menunjukkan hubungan yang mengejutkan antara depresi dan kehilangan ingatan, menunjukkan bahwa kedua kondisi tersebut mungkin saling mempengaruhi seiring berjalannya waktu. Temuan ini menunjukkan bahwa deteksi dini dan pengobatan depresi mungkin menjadi kunci untuk melindungi kesehatan otak dan menjaga daya ingat di tahun-tahun berikutnya.

“Studi kami menunjukkan bahwa hubungan antara depresi dan daya ingat yang buruk berjalan dua arah,” kata Dr. Dorina Kadar dari University College London, menurut penelitian Finds, Kamis (13/6/2024) dan kehilangan ingatan dikaitkan dengan depresi di kemudian hari.

Untuk mengeksplorasi hubungan kompleks antara emosi dan ingatan, para peneliti dari University College London dan Brighton and Sussex Medical School menganalisis data lebih dari 8.000 peserta berusia di atas 50 tahun dari British Longitudinal Study of the Elderly. Peserta secara teratur dinilai ingatannya, kefasihan verbal dan gejala depresinya selama 16 tahun.

Dengan menggunakan teknik pemodelan statistik yang canggih, para peneliti memeriksa bagaimana gejala depresi dan fungsi kognitif berinteraksi dari waktu ke waktu. Mereka mengamati korelasi langsung dan korelasi jangka panjang sambil mengontrol faktor demografi, kesehatan, dan gaya hidup.

Hasilnya memberikan gambaran yang mencolok tentang hubungan antara depresi dan ingatan. Pada setiap tahap, orang dengan depresi yang lebih parah menjalani tes memori dan kefasihan verbal. Namun hubungan ini tidak berhenti sampai di situ.

Selama penelitian, mereka yang mengalami depresi lebih parah pada awal mengalami kehilangan memori lebih cepat dibandingkan mereka yang memiliki gejala lebih sedikit. Sebaliknya, kinerja memori dasar yang buruk memperkirakan peningkatan gejala depresi seiring berjalannya waktu. Hal ini menunjukkan adanya “lingkaran setan” di mana depresi mempercepat penurunan daya ingat dan kemudian memperburuk gejala emosional.

Menariknya, hubungan timbal balik dengan ingatan paling kuat, sedangkan hubungan dengan kefasihan verbal kurang jelas. Para peneliti percaya bahwa hal ini disebabkan oleh perbedaan wilayah otak dan proses kognitif yang terlibat dalam kedua kemampuan tersebut, serta fakta bahwa kefasihan verbal menurun seiring bertambahnya usia.

Categories
Kesehatan

Ereksi Teratur, Kunci Kehidupan Seks Tetap Baik di Usia Senja

bachkim24h.com, Jakarta – Ereksi teratur bisa menjadi kunci kehidupan seks yang baik di hari tua. Hal ini terungkap dalam sebuah penelitian baru.

Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan minggu ini di jurnal Science, sel jaringan ikat yang disebut fibroblas di penis berperan penting dalam fungsi ereksi.

“Fibroblas adalah sel yang paling melimpah di alat kelamin tikus dan manusia, namun mereka telah diabaikan dalam penelitian,” lapor New York Post.

“Sekarang, dengan menggunakan teknik tepat yang disebut optogenetika, kami menunjukkan bahwa mereka memainkan peran penting dalam mengatur aliran darah di penis, yang menghasilkan ereksi penis,” tambahnya.

Para peneliti di Institut Karolinska Swedia dan Universitas Uppsala menstimulasi tikus di wilayah otak yang bertanggung jawab atas gairah dan kemudian menganalisis fibroblas.

Penelitian menunjukkan bahwa fibroblas melebarkan pembuluh darah penis, membuat ereksi bertahan lebih lama.

Efektivitas proses ini bergantung pada jumlah fibroblas. Artinya semakin tua seseorang, semakin banyak fibroblas yang dimilikinya, terutama seiring bertambahnya usia, yang membantu menjaga koneksi.

Mereka juga menemukan bahwa semakin banyak kontraksi alat kelamin menyebabkan fibroblas dan sebaliknya. 

Menurut peneliti, fungsi ereksi pada pria cenderung menurun seiring bertambahnya usia, yang mungkin disebabkan oleh penurunan fibroblas penis.

 

Oleh karena itu, pada usia muda yang sering terjadi gerhana, akan lebih mudah untuk menjaganya pada usia tua.

“Sebenarnya tidak begitu menyenangkan, kalau berusaha lebih keras, tubuh akan terbiasa. Kalau rutin berlari, lebih mudah bernapas saat berlari,” jelas pemimpin penelitian, Christian Goritz.

Secara umum, mekanisme dasar ereksi sama pada semua mamalia, namun karena laki-laki tidak memiliki tulang penis, pengendalian aliran darah yang efektif mungkin diperlukan pada manusia.

 

Para ahli percaya bahwa informasi baru tentang fibroblas ini akan mengarah pada pengobatan baru untuk disfungsi ereksi, dan setidaknya salah satunya bisa sangat menarik.

Disfungsi ereksi, yang menyerang sekitar 70 persen pria berusia 70-an, sering kali diobati dengan obat-obatan oral seperti Viagra dan Cialis dan, dalam kasus yang parah, implan penis atau alat ereksi vakum.

Namun, banyak ahli yang menentang perawatan intensif tersebut dan menyarankan agar pria tetap menggunakan metode tradisional.