bachkim24h.com, Jakarta Menyelesaikan konflik keluarga dengan logika saja itu penting. Namun, bila semuanya hanya logika tanpa perasaan, maka hal itu bisa membuat segalanya menjadi berat dan membingungkan.
“Konflik dalam keluarga memang sulit jika diselesaikan dengan logika saja, akibatnya pasti kacau, tapi harus diselesaikan juga secara emosional,” kata Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dr. Wardoyo.
Hal itu diungkapkan Hasto setelah banyak kasus anak-anak hidup dalam keluarga yang berantakan setelah orang tuanya bercerai. Anak-anak dengan kondisi yang sama saling berbagi perasaannya tanpa ayah atau ibunya mengetahui apa yang mereka rasakan.
“Di antara keluarga yang bercerai ini, ditemukan anak-anak yang membentuk kelompok keluarga B atau keluarga terpisah yang tidak diketahui orang tuanya. Mereka berbagi perasaan satu sama lain, meskipun mereka tampak diam, (keadaan mental) mereka. ) cukup memprihatinkan,” kata Hasto.
Hasto berpendapat, mental anak yang merasa ditinggalkan orang tuanya sangat berbeda dengan anak yang tumbuh dalam keluarga harmonis. Saat itulah sebagian besar orang tua yang bercerai dimulai dengan ketidakmampuan berkomunikasi dan menyelesaikan masalah kecil.
Memang keluargalah yang akan membentuk karakter anak di masa depan. Termasuk kekuatan dan kelemahan mental anak.
“Dari keluarga ini akan lahir anak-anak yang baik dan tidak lemah, lemah bukan hanya dari segi ekonomi, tetapi juga lemah rohani, lemah iman, lemah tingkah laku. Banyak orang tua yang pernah bercerai, ketika kami analisa 70% di antaranya: “Penyebabnya adalah masalah kecil yang saya tidak mengerti,” kata Hasto.
Hasto juga mengimbau para orang tua untuk mengomunikasikan perasaan suami istri sebelum membicarakan anaknya.
“Orang tua juga perlu belajar berkomunikasi satu sama lain. Sebagai kepala keluarga, suami harus lebih dewasa, bisa mengendalikan emosi dan istri juga harus bisa pengertian,” ujarnya.
Artinya, sejalan dengan visi BKKBN untuk mewujudkan keluarga berkualitas, kuncinya ada pada orang tua.
“Visi BKKBN salah satunya adalah mewujudkan keluarga berkualitas, kuncinya adalah orang tua yang unggul,” kata Hasto Wardoyo.