Categories
Lifestyle

Klepon Makanan Khas dari Mana? Mengenal Warisan Kuliner Nusantara yang Mendunia

bachkim24h.com, Jakarta Klepon, masakan khas Jawa, menjadi warisan kuliner yang tersebar tidak hanya di Indonesia, tapi juga di berbagai negara di Asia Tenggara. Kue tradisional yang berbentuk bulat dan berisi kelapa parut ini berhasil memikat hati banyak pecinta kuliner karena rasa manis dan keunikannya. Dengan manisnya gula merah yang meleleh dan tekstur tepung yang lengket dan renyah, klepon menjadi jajanan pasar yang tak pernah kehilangan peminatnya.

Menariknya, klepon masakan khas Jawa ini mempunyai nama yang berbeda-beda di setiap daerah. Di Malaysia dan Singapura, jajanan ini dikenal dengan nama buah Melaka, sedangkan di beberapa wilayah Indonesia, seperti Sumatera dan Sulawesi, masyarakat lebih mengenalnya dengan sebutan onde-onde. Beragamnya tata nama tersebut mencerminkan bagaimana klepon yang berasal dari Pulau Jawa diadopsi dan diadaptasi oleh berbagai budaya di kawasan Asia Tenggara.

Perjalanan makanan populer klepon dari Pulau Jawa hingga mancanegara mempunyai sejarah yang panjang dan menarik. Sebagaimana tercantum dalam buku J. M. Meulenhoff Indisch leven di Belanda, sejak tahun 1950-an, klepon telah tersedia di restoran-restoran Belanda dan Cina dan dibawa oleh para pendatang Indonesia, khususnya dari Pasuruan di Jawa Timur. Ini menunjukkan bagaimana makanan tradisional Indonesia dapat melintasi batas geografis dan budaya.

Selengkapnya bachkim24h.com rangkum sejarah dan asal usul klepon beserta filosofinya pada Selasa (31/12).

Petualangan Klepon merupakan perjalanan panjang menelusuri kekayaan kuliner nusantara. Meski belum diketahui secara pasti asal muasal jajanan ini, namun klepon diyakini berasal dari Pulau Jawa dan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya kuliner Indonesia selama berabad-abad. Klepon tersebar di berbagai wilayah nusantara dan Asia Tenggara melalui jalur perdagangan dan migrasi penduduk.

Setiap daerah mempunyai nama dan versi klepon yang unik. Masyarakat Sambas di Kalimantan Barat menyebutnya kelapon pancit, sedangkan di kalangan masyarakat Banjar disebut kalalapun atau kelelepon. Di Lombok, klepon dikenal dengan nama kelepon kecerit, “kecerit” artinya “menyentuh” ​​​​atau mematahkan mulut, dan umumnya tidak berbentuk bulat seperti klepon, tetapi bentuknya berbeda, seperti lonjong.

Perkembangan Klepon tidak berhenti di situ saja. Di era modern ini, klepon telah kehilangan berbagai inovasinya dan tidak kehilangan esensi aslinya. Pembuat kue yang kreatif menciptakan rasa baru seperti teh hijau, vanila, dan coklat, menjaga cita rasa tradisional klepon tetap menarik bagi generasi muda.

Kehadiran klepon di berbagai negara menunjukkan bagaimana makanan tradisional Indonesia mampu beradaptasi dengan selera global. Misalnya saja di Belanda, klepon menjadi masakan Indonesia yang populer dan dapat ditemukan di berbagai restoran Indonesia-Belanda sejak pertengahan abad ke-20.

Klepon bukanlah jajanan sederhana, namun mengandung filosofi mendalam yang mencerminkan kearifan lokal masyarakat Jawa. Segala unsur dan bentuk Klepon mulai dari bahan yang digunakan mempunyai makna simbolis yang mengajarkan nilai kehidupan.

Bentuk Klepon yang melingkar tidak sempurna merupakan simbol dari kehidupan manusia yang tidak ada habisnya. Pengingat akan ketidakpastian hidup dan pentingnya menjalani setiap momen dengan bijak. Permukaan yang tidak rata melambangkan bahwa kehidupan tidak selalu mulus dan penuh tantangan yang harus dihadapi.

Warna hijau alami daun pandan atau daun suji melambangkan kehidupan dan kesuburan. Ia mengajarkan pentingnya menjaga hati tetap “hidup” dan selalu beramal shaleh. Sementara itu, gula merah yang tersembunyi di dalamnya merupakan simbol kebaikan yang mungkin tidak terlihat dari luar, namun terasa manfaatnya.

Kelapa parut yang dililitkan pada klepon juga mempunyai filosofi yang dalam. Ibarat buah kelapa yang memiliki lapisan berbeda-beda sebelum mencapai daging buah yang putih dan lembut, kehidupan manusia pun harus melalui berbagai tahapan dan proses untuk mencapai kedewasaan dan kebijaksanaan.

Proses pembuatan Klepon merupakan seni kuliner yang memadukan kesederhanaan bahan dengan teknik yang memerlukan ketelitian dan kesabaran. Meski bahan yang digunakan sederhana, namun pembuatan klepon memerlukan keahlian khusus untuk menghasilkan tekstur yang pas dan cita rasa yang sempurna. Setiap tahapan penciptaan mewujudkan filosofi tentang pentingnya kesabaran dalam hidup.

Bahan dasar Klepon sangat sederhana dan mudah didapat, terdiri dari tepung ketan, pewarna alami dari daun pandan atau daun suji, gula merah untuk isian dan kelapa parut. Kesederhanaan bahan-bahan ini mencerminkan nilai-nilai tradisional masa muda yaitu kesederhanaan dan kesopanan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam perkembangannya, klepon telah mengalami berbagai inovasi untuk menyesuaikan selera modern. Pembuat kue yang kreatif telah menciptakan berbagai rasa baru seperti teh hijau, vanilla, dan coklat. Bahkan ada yang bereksperimen dengan pewarna alami seperti bit, kunyit, atau kacang kupu-kupu untuk menghasilkan warna yang menarik tanpa menggunakan pewarna sintetis.

Inovasi juga terjadi pada penyajian dan pengemasan. Jika dulu klepon hanya dijual sebagai jajanan di pasar, kini jajanan ini tersedia dalam kemasan modern di toko kue dan kafe-kafe trendi. Beberapa pembuat kue membuat clepon mini atau mencampurkan clepon dengan makanan penutup modern untuk membuat ramuan unik.

Klepon berperan penting dalam berbagai upacara adat dan tradisi di nusantara. Misalnya saja di kalangan masyarakat Bugis, klepon atau onde-onde merupakan salah satu jajanan penting dalam upacara pindah rumah, yaitu upacara syukuran yang menandai siapnya rumah baru untuk dihuni. Dari sudut pandang ini, klepon merupakan simbol persatuan dan kepuasan, sehingga bahan-bahan untuk membuat kue ini dipadukan menjadi satu kesatuan.

Di masyarakat Minangkabau, klepon termasuk dalam kategori parabuang dan merupakan sajian yang selalu hadir dalam berbagai upacara adat. Khusus pada perayaan Maulid Nabi, klepon disajikan bersama dengan berbagai kue tradisional sebagai simbol keberkahan dan persatuan.

Dalam kehidupan sehari-hari, klepon sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya minum kopi atau teh sore. Dalam bahasa Jawa, klepon sering digunakan bersamaan dengan getuk dan senil untuk menemani teh atau kopi. Gambaran ini menunjukkan betapa pentingnya makanan tradisional dalam gaya hidup modern. Nilai Ekonomi dan Pemeliharaan Klepon

Klepon tidak hanya memiliki nilai budaya tetapi juga menjadi sumber pendapatan bagi banyak pembuat kue tradisional. Mulai dari pedagang kaki lima hingga usaha makanan modern, Klepon telah memberikan kontribusi ekonomi yang penting bagi masyarakat. Di era digital ini, banyak pengusaha muda yang mengembangkan bisnis mobile dengan konsep modern dengan memadukan resep tradisional dengan strategi pemasaran modern.

Upaya melestarikan Klepon sebagai warisan kuliner nusantara terus dilakukan oleh berbagai pihak. Beberapa komunitas kuliner dan organisasi kebudayaan aktif menyelenggarakan kursus dan seminar pembuatan klepon untuk generasi muda. Hal ini penting untuk mewariskan ilmu dan keterampilan pembuatan clepon kepada generasi selanjutnya.

Di dunia internasional, Klepon menjadi duta masakan Indonesia, memperkenalkan kekayaan cita rasa nusantara hingga mancanegara. Menjadi Klepon di berbagai festival makanan internasional dan restoran Indonesia di luar negeri membantu mempromosikan budaya makanan Indonesia di kancah dunia.

Klepon merupakan salah satu warisan kuliner nusantara yang mempunyai kemampuan bertahan dan beradaptasi dengan perkembangan zaman. Dari jajanan pasar tradisional hingga hidangan penutup modern yang populer di berbagai negara, klepon memikat hati para pecinta kuliner dengan cita rasa dan filosofinya yang unik.