New York – Dampak banyaknya kematian kelelawar di Amerika akibat Sindrom Hidung Putih tampaknya lebih besar dari perkiraan sebelumnya.
Baca Juga – Buah Kelelawar, Kunci Sembuhkan Diabetes
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa hilangnya kelelawar, yang merupakan penyakit umum, telah menyebabkan kematian lebih dari 1.000 bayi.
Ketika populasi kelelawar menurun, penggunaan pestisida meningkat, sehingga berdampak pada kesehatan manusia.
Eyal Frank, peneliti dan ekonom lingkungan di Universitas Chicago, menjelaskan bahwa meskipun kelelawar sering dianggap negatif, mereka sebenarnya berperan penting dalam ekosistem dengan mengendalikan jumlah serangga.
,
“Kelelawar mendapat reputasi buruk sebagai sesuatu yang perlu ditakuti,” kata Eyal Frank, ekonom di Universitas Chicago dan penulis penelitian, di Scientist Alert, “terutama jika ada laporan tentang kemungkinan kaitannya dengan timbulnya COVID-19.” Setelah.” ,
Penurunan jumlah tersebut tidak hanya merugikan lingkungan tetapi juga dapat membahayakan keselamatan masyarakat.
Studi ini menyoroti pentingnya konservasi kelelawar dan memahami peran mereka dalam menjaga keseimbangan ekologi.
Studi ini mengungkapkan hubungan yang mengejutkan antara kematian kelelawar dan kematian bayi pada manusia. Hal ini menunjukkan betapa kompleks dan saling berhubungannya ekosistem dan bagaimana perubahan di satu wilayah dapat berdampak besar.
Tato yang sering disebut penyakit atau penyakit, mempunyai peranan penting dalam menjaga keseimbangan alam
Sebagai predator alami serangga, kelelawar membantu mengendalikan populasi serangga yang dapat merusak tanaman dan menyebarkan penyakit.
Meningkatnya penggunaan pestisida akibat menurunnya populasi kelelawar berdampak serius bagi kesehatan manusia, khususnya bayi
Iklan telah dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan, termasuk cacat perkembangan, cacat lahir, dan peningkatan risiko kanker.