bachkim24h.com, Jakarta Kebisingan akibat pergerakan kendaraan di jalan raya merupakan salah satu sumber polusi suara yang paling umum terjadi di perkotaan.
Paparan kebisingan jalan dalam jangka panjang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan. Selain menyebabkan gangguan pendengaran, kebisingan jalan juga dapat menyebabkan depresi dan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.
Menurut makalah yang diulas oleh dokter penyakit dalam RS Hermina Yudhisthira Panj Santosa, sejumlah penelitian menunjukkan bahwa paparan kebisingan jalan meningkatkan risiko:
Paparan kebisingan dalam waktu lama dapat merusak pendengaran Anda. Kebisingan yang terus-menerus dapat merusak sel-sel rambut di telinga bagian dalam dan menyebabkan gangguan pendengaran.
Mengutip artikel review yang dimuat di website RS Hermina, Sabtu (11/5/2024), dr Yudhisthira berkata: Hal ini juga meningkatkan risiko penyakit jantung. peningkatan tekanan darah
Penelitian menunjukkan bahwa paparan kebisingan jalan raya dapat meningkatkan tekanan darah.
Kebisingan terus-menerus dapat menyebabkan tubuh melepaskan hormon stres seperti kortisol dan adrenalin, yang dapat meningkatkan tekanan darah. Tekanan darah tinggi meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke.
Tak hanya itu, kebisingan jalan raya mengganggu tidur Anda, terutama di malam hari.
Gangguan tidur akibat kebisingan meningkatkan risiko kecemasan, kelelahan, dan penyakit kronis seperti penyakit jantung. Peningkatan kadar kolesterol
Penelitian lain menunjukkan bahwa paparan kebisingan jalan menurunkan kolesterol LDL (kolesterol jahat) dan kolesterol HDL (kolesterol baik).
Kondisi ini meningkatkan risiko pembentukan plak di arteri yang dapat memicu penyakit jantung.
Yudistira menyimpulkan bahwa paparan kebisingan jalan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.
Dengan mengurangi paparan kebisingan dan mengambil langkah-langkah untuk tetap sehat, masyarakat dapat mengurangi risiko penyakit kronis ini.
“Oleh karena itu, penting untuk mewaspadai dampak negatif kebisingan jalan raya bagi kesehatan dan mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk melindungi diri Anda dan orang yang Anda cintai.”
Handjo Kun Hendrawan, dokter dari Persatuan Dokter Spesialis Kedokteran Okupasi Indonesia (PERDOKI), sependapat dengan Yudhisthira, mengatakan kebisingan memang bisa menimbulkan efek sistemik seperti darah tinggi dan stres.
Oleh karena itu, pencegahan sangatlah penting. Misalnya saja menggunakan pelindung telinga saat pemeriksaan telinga rutin.
Pada tahun 2018, Menteri Tenaga Kerja dan Transisi (Parmenaker) menambahkan bahwa Peraturan No. 5 mencantumkan kebisingan sebagai suara yang tidak diinginkan dan menimbulkan gangguan kesehatan bagi pendengarnya.
Secara garis besar kebisingan tidak serta merta berarti volume suara, melainkan ragam suara yang tidak diinginkan oleh pendengarnya.
Misalnya kita sering mendengarkan musik klasik, tapi tiba-tiba kita mendengar musik dungat. Suaranya kecil-kecil, tapi tidak enak didengar, kata dokter lulusan Universitas Atma Jaya itu dalam keterangan terpisah.
Kebisingan dapat ditimbulkan tidak hanya di jalan raya tetapi juga di berbagai tempat seperti perkantoran dan tempat kerja. Menurut Handojo, penyebab kebisingan di tempat kerja bermacam-macam.
Peralatan industri, seperti kompresor dan generator, biasanya merupakan salah satu penyebab utama. Perkakas tangan seperti gergaji mesin, bor listrik, obeng listrik, dan gerinda juga dapat menimbulkan kebisingan.
“Peralatan tangan seperti palu bisa menimbulkan kebisingan,” katanya. “Jadi pasti akan ada kebisingan di tempat kerja.”