Categories
Kesehatan

Estimasi Beban Kasus Tuberkulosis Baru di Indonesia Meningkat Jadi 1 Juta Lebih per Tahun

bachkim24h.com, Jakarta Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) mengungkap status terkini tuberkulosis yakni tuberkulosis di Indonesia.

Berdasarkan Global TB Report 2023, perkiraan beban kasus baru TBC di Indonesia meningkat dari semula 969.000 kasus menjadi 1.060.000 kasus atau 385 kasus per 100.000 orang (10 persen). Angka kematiannya 134.000 atau 49 per 100.000.

Hal ini merupakan salah satu dampak dari penurunan jumlah kasus TBC pada tahun 2020 dan 2021 akibat penyebaran COVID-19 yang menyebabkan penyebaran TBC pada orang-orang di sekitar penderita TBC yang tidak diobati, demikian bunyi laporan tersebut. Pernyataan Kepala Departemen Komunikasi dan Pelayanan Publik (Kemenkes) Aji Muhavarman dikutip Rabu (6/11/2024).

Pernyataan Aji juga menjelaskan bahwa keberhasilan notifikasi TBC dapat meningkat pada tahun 2021, 2022, dan 2023.

Berdasarkan informasi Sistem Informasi Melawan Tuberkulosis (SITB), pada tahun 2021 terdapat 443.235 kasus tuberkulosis, 724.309 kasus pada tahun 2022, dan 821.200 kasus pada tahun 2023.

Hingga 29 Oktober 2024, keberhasilan skrining TBC secara nasional mencapai 692.420 (63 persen dari target 90 persen).

Diagnosis TB rentan (SO) berjumlah 681.185 (98 persen) dan TB resisten (RO) sebanyak 11.235 (2 persen).

Aji mengatakan masih ada kesenjangan antara pasien TBC SO dan RO yang dirawat. Dengan demikian, kasus TBC yang diobati sebanyak 86 persen (target 100 persen) dan kasus TBC RO yang diobati hanya 65 persen (target 90 persen).

Tingkat keberhasilan pengobatan TB SO sebesar 81 persen (target 90 persen), sedangkan TB RO hanya 56 persen (target 80 persen).

Saya berharap semua kasus TBC yang terdiagnosis dan dilaporkan dapat memulai pengobatan sesegera mungkin dan melanjutkan pengobatan hingga selesai, kata Aji dalam keterangannya.

Upaya preventif tetap digalakkan dengan memberikan pengobatan anti tuberkulosis (TPT) untuk mengendalikan TBC.

TPT adalah penggunaan obat-obatan untuk mencegah TBC pada orang yang berisiko tinggi tertular TBC, seperti kontak erat dengan penderita TBC dan pengidap HIV/AIDS.

Per Oktober 2024, tingkat keberhasilan penyampaian Ikatan Keluarga TPT adalah 12,4%. Capaian tersebut meningkat hampir enam kali lipat dibandingkan tahun 2023.

Strategi TBC pemerintah: vaksinasi BCG untuk bayi. Pemberian pengobatan pencegahan TBC (TPT). Penerapan Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Pengembangan vaksin melawan tuberkulosis.  Diagnosis tuberkulosis. Pengendalian tuberkulosis untuk pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyebaran data tentang tuberkulosis. Data TBC yang akurat sangat penting untuk perencanaan, pemantauan, dan evaluasi program pengendalian TBC. Meningkatkan kapasitas pusat pelayanan medis terhadap tuberkulosis. Pemerintah Indonesia terus meningkatkan kapasitas pusat layanan kesehatan TBC dalam hal peralatan pengujian, logistik OAT/non-OAT, sumber daya manusia, sistem informasi dan pencatatan pelaporan. Penyelenggaraan upaya penemuan kasus diagnostik baik di puskesmas maupun puskesmas non pemerintah (rumah sakit swasta, klinik, TPMD). Akses proaktif ke wilayah berisiko TBC, seperti Lapas/Lapas, Pondok Pesantren, shelter, perusahaan buruh, dan lain-lain. Mendorong keberhasilan tes kontak terhadap seluruh pasien TBC yang melakukan kontak erat dengan dinas kesehatan, fasilitas kesehatan, dan masyarakat, serta seluruh kontak keluarga. Memperkuat komitmen Pemerintah Pusat dan Negara di provinsi, kabupaten/kota, dan desa dengan mengadakan pertemuan rutin dengan Kementerian Dalam Negeri dan para bupati seluruh provinsi dan kabupaten/kota dalam rangka memantau kemajuan pengendalian TBC di setiap daerah. . Mendorong tindakan dan pengobatan sampai sembuh (TOSS TBC). Upaya ini melibatkan berbagai pihak, antara lain tenaga kesehatan, tenaga kesehatan, masyarakat, PMO, dan keluarga pasien TBC. Meningkatkan peran berbagai sektor, termasuk pemerintah, dunia usaha, organisasi masyarakat dan badan amal, dalam memberikan perawatan dan dukungan keuangan kepada pasien TBC. Menyebarkan komunikasi dan pendidikan yang relevan dan mudah diakses tentang TBC sambil bekerja sama dengan mitra dan masyarakat untuk mengakhiri stigma TBC di masyarakat. Peningkatan kapasitas staf/PMO yang menangani pasien TBC. Dukungan psikososial komunitas terhadap pasien TBC oleh komunitas dan organisasi penyintas TBC.

Categories
Kesehatan

Temuan Kasus Tuberkulosis atau TBC Tinggi, Capai 809 Ribu pada 2023

bachkim24h.com, Jakarta Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) mencatat angka kejadian tuberkulosis atau tuberkulosis akan meningkat pada tahun 2023. Pada tahun 2022 kasus TBC meningkat menjadi 724.000 dan kemudian menjadi 809.000. kasus. Pada tahun 2023.

Menurut Kepala Departemen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan RI, angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan hasil kasus sebelum pandemi COVID-19 yang rata-rata mencapai 600.000 kasus tuberkulosis per tahun. , Imran Pambudi. .

“Sebelum pandemi, deteksi kasus TBC hanya mencapai 40-45 persen dari perkiraan kasus TBC, sehingga masih banyak kasus yang tidak terdeteksi atau tidak dilaporkan,” kata Imran di Jakarta, Senin (29/1). /2024).

Peningkatan temuan kasus disebabkan oleh perbaikan sistem deteksi dan pelaporan serta pelaporan real-time.

Selain itu, laboratorium/fasilitas kesehatan dapat melaporkan langsung dari situsnya, sehingga menghasilkan data dan studi kasus yang lebih baik.

Hasilnya, 60% kasus yang sebelumnya tidak terdiagnosis kini tidak terdiagnosis, dan hanya 32% yang saat ini tidak terdiagnosis. Oleh karena itu, laporan atau pemberitahuan kasus lebih baik dari perkiraan WHO. kata Imran dalam keterangan tertulis yang diterima bachkim24h.com.

Perbaikan telah dilakukan

Imran mengatakan, saat ini sedang dilakukan perbaikan pada sistem pelaporan. Dengan kata lain, menciptakan sistem pelaporan TBC khusus, seperti Sistem Informasi TBC (SITB), yang dapat diakses oleh seluruh tenaga kesehatan di lembaga pelayanan kesehatan (fasyankes).

Perbaikan juga dilakukan melalui penerapan program Public Private Sector Blend (PPM) untuk meningkatkan partisipasi institusi kesehatan swasta dan pemerintah dalam pengendalian TBC.

Imran mengatakan, dengan melakukan tindakan tersebut, fasilitas kesehatan dapat segera melaporkan kasus dugaan TBC yang terdeteksi oleh SITB. Kemudahan pelaporan menyebabkan peningkatan deteksi kasus TBC.

Ketika hasil penyakit membaik, semakin banyak penderita TBC yang dapat diobati. Dengan demikian, angka kejadian Mycobacterium tuberkulosis akan menurun pada tahun-tahun berikutnya.

“Jika kita terus mendeteksi kasus TBC dan mengobati saudara kita yang mengidap TBC, kita berharap angka kejadian TBC di Indonesia akan menurun di tahun-tahun mendatang,” kata Imran. 

Selain deteksi, banyak upaya yang harus dilakukan untuk mencegah tuberkulosis. Imran mengatakan, di antaranya menjaga pola hidup bersih dan sehat, menghindari kontak langsung dengan penderita TBC, dan menjaga imunitas melalui pola makan seimbang dan olahraga. Jika risikonya tinggi, masyarakat mungkin ingin mendapatkan vaksin BCG dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur.

 

Selain Indonesia, banyak negara yang masih menghadapi tantangan TBC. India merupakan negara dengan kasus TBC tertinggi di dunia, disusul oleh india dan Tiongkok.

“TBC masih menjadi tantangan kesehatan global. Dengan meningkatkan kesadaran, akses terhadap layanan, dan pencegahan, kita dapat bersama-sama memerangi epidemi ini dan melindungi kesehatan masyarakat,” ujarnya.

Categories
Kesehatan

Temuan Kasus Tuberkulosis Tertinggi pada 2023, Kemenkes: Ada Perbaikan Sistem Deteksi dan Pelaporan

bachkim24h.com, Jakarta Indonesia mendapat laporan TBC tertinggi pada tahun 2022 dan 2023. Sebagian besar kasus terjadi sejak sistem deteksi dan pelaporan ditingkatkan.

Pada tahun 2022, lebih dari 724.000 kasus baru TBC terdiagnosis dan pada tahun 2023 jumlahnya meningkat menjadi 809.000.

Jumlah ini jauh lebih tinggi dibandingkan sebelum pandemi COVID-19 yang rata-rata jumlah kasusnya kurang dari 600.000 per tahun.

Mendeteksi TBC mirip dengan mendeteksi COVID-19, yang berarti bahwa jika penyakit ini tidak dites, diidentifikasi dan dilaporkan, maka angkanya mungkin akan terlihat lebih rendah, sehingga mengakibatkan tidak adanya pelaporan. Akibatnya, pasien TBC tidak diobati dan menyebarkan infeksinya.

“Deteksi TBC sebelum pandemi mencapai 40-45% dari perkiraan kasus TBC. “Sehingga masih banyak kasus yang tidak terdiagnosis atau tidak dilaporkan,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Dr. Imran Pambodi di Jakarta, 20 Januari 2024.

Jika diketahui lebih banyak, maka kemampuan penyembuhan orang yang terluka akan meningkat dan penyakit menular dapat dikurangi.

Sebagai bagian dari upaya perbaikan, Kementerian Kesehatan menyempurnakan sistem identifikasi dan pelaporan agar datanya real-time. Selain itu, laboratorium/fasilitas kesehatan dapat melaporkan secara langsung sehingga meningkatkan data dan deteksi kasus.

Akibatnya, 60% penderita TBC yang sebelumnya tidak terdiagnosis, kini hanya 32% kasus yang tidak terdiagnosis. Oleh karena itu, kasus atau laporannya lebih baik karena lebih banyak dari perkiraan angka yang diberikan WHO, kata Imran, Kamis. 1) berkata. /2/2024) Kutipan Sehat Negeriku.

Lebih lanjut Imran mengatakan, Kemenkes telah banyak melangkah sehingga mencatat banyak keberhasilan.

Pertama, Kementerian Kesehatan berhasil mendeteksi 90% kasus baru. 100% kasus baru telah pulih. Termasuk 90% pasien sembuh total.

Kedua, 58% masyarakat mendapatkan pengobatan pencegahan TBC (TPT).

Imran menjelaskan, sistem pelaporan sudah diperbaiki melalui sistem pelaporan khusus tuberkulosis, Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB).

Sistem ini dapat diakses oleh seluruh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan (fasin).

Perbaikan juga dilakukan melalui penerapan program Campuran Pemerintah-Swasta (PPM) untuk meningkatkan keterlibatan fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta dalam penanggulangan tuberkulosis.

Dengan langkah intervensi tersebut, lanjut Imran, fasilitas kesehatan dapat segera melaporkan kasus TBC melalui SITB. Kemudahan pelaporan menyebabkan peningkatan data penemuan kasus TBC.

Peningkatan jumlah kasus berarti semakin banyak penderita TBC yang dapat didiagnosis dan diobati.

Imran mengatakan pada tahun 2020 dan 2021 angka kejadian tuberkulosis di Indonesia meningkat sebesar 14,9% per tahun dan pada tahun 2021 dan 2022 jumlah kasus mencapai 42,3% per tahun.

Angka kejadian tuberkulosis meningkat pada tahun 2023 namun akan menurun pada tahun 2024.

“Jika kita terus menemukan kasus TBC pada saudara kita yang mengidap TBC, kita berharap jumlah kasus TBC di Indonesia akan menurun di tahun-tahun mendatang.”

Sebagai upaya pencegahan TBC, Imran menghimbau masyarakat untuk hidup bersih dan sehat.

Masyarakat harus menghindari kontak dengan penderita TBC dan menjaga kekebalan tubuh dengan pola makan seimbang dan olahraga.

Jika risikonya tinggi, masyarakat disarankan untuk mendapatkan vaksinasi BCG dan pemeriksaan kesehatan secara rutin.

“Tuberkulosis adalah masalah kesehatan global. “Melalui kesadaran yang lebih besar, akses terhadap perawatan dan tindakan pencegahan, bersama-sama kita dapat mengendalikan penyebaran penyakit ini dan melindungi kesehatan masyarakat,” tutupnya.