bachkim24h.com, Jakarta – Seorang pria asal Jerman memutuskan untuk memamerkan lukisan karyanya di setiap museum ternama. Terkesan sepele, namun nyatanya tindakan tersebut justru berakhir dengan masalah besar bagi dirinya sendiri.
Seorang pria berusia 51 tahun bekerja sebagai teknisi pameran. Mengaku sebagai “seniman lepas”, ia memutuskan untuk menyelundupkan lukisannya ke museum seni Pinakothek der Moderne yang terkenal di Munich pada 26 Februari 2024. Ia kemudian menggantungkannya sendiri di salah satu dinding galeri. kepada tabloid Jerman Suddeutsche Zeitung dan polisi Munich.
Keamanan museum menemukan tambahan tak terduga pada lukisan itu. Dia langsung diturunkan pangkatnya dan pria itu langsung dipecat. Pria tersebut diperintahkan untuk memasuki museum seni sebagai bagian dari perjanjian pesangon, Süddeutsche Zeitung melaporkan.
Menurut juru bicara museum, pria tersebut pergi ke museum di luar jam buka normal karena dia sedang bekerja di sana. Tidak ada yang memperhatikan bahwa dia memposting gambar itu sampai akhirnya dihapus.
Belum diketahui berapa panjang lukisan berukuran 60 cm x 1,2 m yang digantung di dinding museum tersebut, namun pihak museum yakin tidak akan lama lagi.
“Para inspektur segera memahami hal seperti ini,” kata Tine Nehler kepada Süddeutsche Zeitung, Kamis (11 April 2024), seperti dikutip CNN. Ia mengaku tidak mengetahui apa yang digambarkan dalam lukisan tersebut.
Kejadian itu pun menarik perhatian polisi. Polisi mengatakan kepada CNN bahwa pria tersebut sedang diselidiki karena vandalisme, dan dapat dikenakan denda hingga dua tahun penjara jika terbukti bersalah.
“Tentu saja kami mengajukan tuntutan pidana. Ini berarti kantor kejaksaan sekarang akan memutuskan apa yang terjadi,” kata kepala polisi Munich, inspektur Christian Drexler, kepada CNN. – Tetapi penyelesaian setiap kasus bergantung pada pengadilan.
Tuntutan pidana mungkin timbul karena lukisan itu ditempelkan pada dinding galeri dengan dua sekrup. “Departemen Investigasi Kriminal Munich saat ini sedang menyelidiki kerusakan properti yang disebabkan oleh lubang bor tersebut,” tambah Drexler.
Dia mengatakan total kerugiannya sekitar 100 euro atau 1,7 juta rubel. Lukisan yang dimaksud kini telah disita. Sementara itu, kasus tersebut cepat terungkap karena pria tersebut mengirimkan email ke pihak museum untuk mengakui perbuatannya. Menurut Drexler, pria tersebut menulis bahwa “sebagai seniman lepas, dia sekarang menggantung fotonya sendiri [di dinding].”
Kejadian serupa terjadi beberapa pekan lalu di gedung Bundeskunsthalle di Bonn, Jerman. Seorang siswa menggantungkan salah satu fotonya di dinding peserta pameran dengan selotip dua sisi, Süddeutsche Zeitung melaporkan. Staf memperhatikan lukisan itu hanya ketika membongkar pameran dan karya seni tambahan.
Namun pihak museum bereaksi lebih tenang. Mereka terus menulis
Pada kesempatan lain, polisi menyelidiki vandalisme lukisan politisi terkait berdirinya Israel. Pada hari Minggu 10 Maret 2024, BBC melaporkan bahwa Palestine Action mengatakan salah satu aktivisnya telah “merusak” lukisan Lord Balfour tahun 1914 di Trinity College, Universitas Cambridge di Inggris.
Menurut pernyataan di situs kelompok pro-Palestina, lukisan itu “dipotong” dan disemprot dengan cat merah. “Sore ini kami menerima laporan online mengenai kerusakan kriminal pada sebuah lukisan di Trinity College, Cambridge,” kata juru bicara Kepolisian Cambridgeshire.
“Deputi mendatangi lokasi kejadian untuk mengumpulkan bukti dan melanjutkan penyelidikan. Saat ini belum ada penangkapan yang dilakukan,” lanjutnya.
Sementara itu, juru bicara Trinity College mengatakan. “Trinity College menyesalkan potret Arthur James Balfour telah dirusak selama jam-jam umum. Polisi telah diberitahu. Dukungan tersedia untuk semua anggota komunitas College yang terkena dampaknya.”
Di sisi lain, menurut pernyataan Aksi Palestina, “Aksi Palestina telah merusak lukisan tahun 1914 karya Philip Alexius de László di Trinity College, Universitas Cambridge Lord Arthur James Balfour – administrator kolonial dan penandatangan Deklarasi Balfour”.
Mereka menambahkan bahwa “seorang aktivis memotong penghormatan dan menyemprot karya seni tersebut dengan cat merah.” Lord Balfour menjadi Menteri Luar Negeri pada tahun 1917 ketika deklarasi dukungan Inggris terhadap “pembentukan rumah nasional bagi orang Yahudi di Palestina” dibuat, dan telah dilihat oleh beberapa sejarawan sebagai titik awal konflik Arab-Israel.
Sebelumnya, aktivis Palestina juga pernah melakukan aksi dengan menyita Museum of Modern Art (MoMA) yang terkenal di dunia di New York, AS. Demonstran yang ingin menarik perhatian atas dugaan kejahatan perang yang dilakukan oleh tentara Israel di daerah kantong Palestina melakukan demonstrasi menentang direktur MoMA. Para pengunjuk rasa mengibarkan spanduk besar bertuliskan “Bebaskan Palestina” di lobi museum.