Categories
Bisnis

Ridwan Kamil soal Rekrutmen KAI: IPK Saya 2,77, tapi Buktinya…

bachkim24h.com, Jakarta Rekrutmen KAI belakangan ini menjadi sorotan publik. KAI saat ini mempunyai banyak lowongan untuk beberapa posisi Management Trainee pada Rekrutmen KAI 2024.

Namun, dia menilai persyaratan yang ditetapkan KAI dalam lowongan tersebut cukup tinggi. Alhasil, informasi tersebut menjadi perbincangan di masyarakat.

Sebagaimana diketahui, beberapa “syarat Tuhan” dalam program ini antara lain memiliki gelar S1 dengan jurusan yang ditentukan dan IPK 3,5 (tiga koma lima) serta sertifikasi fakultas/kurikulum pada saat kelulusan minimal “sangat baik” (a )” dengan kemampuan BAN-PT atau Bahasa Inggris pada institusi tersebut kemudian dibuktikan dengan skor TOEFL minimal 500.

Kemarahan atas perekrutan KAI juga menarik perhatian mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Kan Emil mempublikasikan komentar ini di halamannya di jejaring sosial.

Semua bermula dari pertanyaan seorang warganet di salah satu komentar postingan Instagram @ridwankamil.

“Pak benarkah IPK tidak mempengaruhi profesi kita @dika.a***** tanya akun?”

Ridwan Kamil pun langsung bereaksi menanggapi komentar tersebut. “IPK saya 2,77 setelah ITB. Saya pasti tidak bisa bekerja di KAI. Tapi buktinya…” jawabnya.

Hingga tulisan ini dibuat, postingan Kang Emil yang mengomentari perekrutan KAI telah disukai 140.973 orang. siap menjadi pemimpin

PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI menetapkan persyaratan atau kriteria yang tinggi dalam merekrut KAI untuk program magang manajemen tahun ini. Ada alasan mengapa perusahaan menetapkan kriteria yang dirasa cukup sulit.

Sekretaris Perusahaan KAI Raden Agus Davinto Bodiaji mengatakan alasannya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM).

Tapi ini kebutuhan kita, kita ingin membentuk manajemen masa depan, profesional masa depan yang bekerja di bidang perkeretaapian, khususnya operator kereta api, kata Agus saat ditemui di Jakarta, Senin (22/04/2024).

“Mengapa? Kita masih kekurangan tenaga ahli profesional di bidang operator kereta api, dibandingkan negara lain,” imbuhnya.

 

Ia mencontohkan pengembangan sumber daya manusia perkeretaapian di Tiongkok. Dimana terdapat personel yang lebih berkualitas. Melalui program Management Trainee (MT) ini, Agos berharap kualitas sumber daya manusia di KAI kedepannya semakin meningkat.

Apalagi dilihat dari proses bisnis yang dilakukan KAI semakin berkembang dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, diperlukan tenaga ahli baru yang profesional.

“Dalam situasi saat ini, kebutuhan akan keahlian semakin berkurang. Mengapa kurang? Dulu kita berpikir bahwa operator hanyalah soal pengoperasian dan pemeliharaan. Sekarang ini perkembangan yang luar biasa, ada lingkungannya, kita tidak punya lingkungan (ahli) yang biasa bicara soal kereta api,” jelasnya.

Kemudian dari segi teknologi kereta api juga berkembang pesat. Hal ini menandai lahirnya LRT dan kereta berkecepatan tinggi di Indonesia.

“Kami berharap percepatan ini (melalui Management Trainee) akan mempersiapkan orang-orang yang mampu mengadopsi manajemen modern lebih cepat sesuai standar internasional yang kita gunakan,” jelasnya.