Categories
Teknologi

Platform Edutech Kahoot! Hadir dalam Bahasa Indonesia

bachkim24h.com, Jakarta – Platform edutech yang paling sering digunakan untuk bertukar pikiran, Kahoot! kini tersedia dalam bahasa Indonesia.

Kehadiran Indonesia di Kahoot! hal ini merupakan wujud komitmen perusahaan untuk memberikan pengalaman pembelajaran interaktif terbaik bagi seluruh lapisan masyarakat.

Lokalisasi bahasa, termasuk bahasa Indonesia, telah menjadi bagian dari pesatnya pertumbuhan Kahoot! sebagai platform pendidikan di Indonesia.

Apa! Lebih dari 15 juta pemain non-unik telah menggunakannya dalam 12 bulan terakhir. Jumlah tersebut mencakup 1,2 juta siswa, lebih dari 115.000 guru yang telah mengajar siswanya di Kahoot!

CEO Kahoot! Eilert Hanoa mengatakan, Indonesia adalah bagian penting dari Kahoot! tidak hanya pada tingkat regional di Asia tetapi juga pada tingkat global.

“Kami percaya dengan hadirnya Kahoot! dalam bahasa Indonesia akan menjangkau lebih banyak guru, instruktur, siswa, pekerja, atau siapa saja yang menginginkan kesempatan belajar tanpa batas di mana pun mereka berada di Indonesia,” kata Eilert.

Perluasan lebih lanjut dari platform edutech Kahoot! Hal ini juga diklaim sejalan dengan tren pendidikan yang fokus pada peningkatan literasi digital dan mendorong praktik pendidikan yang inovatif.

Apa! memungkinkan pengguna merancang, membuat, dan berbagi konten pendidikan yang lebih relevan dengan budaya lokal.

Persatuan Indonesia di Kahoot! Ini merupakan yang pertama di Asia Tenggara dan yang ke-5 di Asia. Sebelumnya Kahoot! dikombinasikan dengan bahasa Jepang, Korea, Cina Sederhana dan Tradisional.

Apa! Ternyata dia juga punya aplikasi mandiri khusus untuk anak-anak, Kahoot! Anak-anak. Aplikasi ini tersedia untuk pengguna iOS dan Android.

Apa! Anak-anak dirancang untuk anak-anak berusia antara 2 dan 7 tahun. Kini aplikasi untuk anak-anak ini juga tersedia dalam bahasa Indonesia.

Dengan Kahoot! Anak-anak, perusahaan berharap dapat mendorong hubungan yang lebih kuat antara orang tua dan anak-anak melalui pembelajaran berbasis permainan.

Di masa depan, Kahoot! akan terus berinovasi untuk mendukung peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia dan mempertahankan perannya sebagai mitra terpercaya bagi guru, siswa, dan mereka yang mencari pengalaman belajar yang menarik dan bermakna.

 

Sementara itu, pengembangan infrastruktur Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), seperti internet, harus mampu merangkul literasi digital masyarakat, sehingga layanan tersebut dapat dimanfaatkan untuk tujuan produktif.

Fadilah Mathar, Direktur Badan Akses Informasi dan Komunikasi (BAKTI), mengatakan pendidikan digital sebaiknya dilakukan terlebih dahulu di wilayah yang memiliki akses langsung ke Internet.

“Kami berharap ketika infrastruktur digital dibangun, terutama di daerah first mover, dimana masyarakat merupakan orang pertama yang mendapatkan internet, maka literasi digital harus diutamakan,” kata Fadhilah.

Jumat (15/12/2023), dalam jumpa pers di Kantor BAKTI Kominfo, Jakarta, Fadilah mengatakan, di banyak daerah yang minim literasi digital, banyak terjadi hal-hal tidak produktif karena akses internet yang mereka ciptakan.

“Di banyak daerah kami menemukan bahwa ketika kami tidak memiliki pengetahuan tentang literasi digital, yang terjadi adalah akses internet yang diciptakan oleh BAKTI tidak memberikan hasil yang kami harapkan.”

Fadilah juga menekankan perlunya kerja sama dengan berbagai pihak seperti media dan akademisi untuk mendukung pendidikan digital di daerah.

Senada dengan Fadillah, Direktur ICT Institute Heru Sutadi juga menekankan pentingnya membangun sumber daya manusia serta membangun infrastruktur ICT.

Heru dalam acara yang sama mengatakan, “Jangan sampai infrastruktur digunakan untuk berbuat curang, ujaran kebencian, itu yang tidak kita duga.” Selain itu, menurutnya, media lokal juga berperan dalam bidang literasi digital di daerah.

“Tinggal persoalannya bagaimana pers ini memberikan kekuasaan kepada masyarakat, agar pembangunan ini tidak sia-sia. Pendanaan itu tidak murah, kalau tidak digunakan untuk kemaslahatan rakyat maka akan menjadi lapangan kerja. ” Malu sekali kamu,” kata Heru.

Sementara itu, menurut Wenslaus Manggut, perwakilan Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), agar internet bisa menjadi alat penggerak perekonomian, diperlukan “pendidik” literasi digital di tingkat lokal.

“Kita perlu memiliki tenaga pendidik di tingkat lokal yang senantiasa melakukan edukasi masyarakat di tingkat lokal tentang bagaimana memanfaatkan internet agar produktif,” kata Wens dalam acara tersebut.