bachkim24h.com, Jakarta Besarnya kontribusi sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) terhadap perekonomian Indonesia bukanlah hal yang bisa diabaikan begitu saja. Dengan kontribusi sebesar 61% terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia dan 97% angkatan kerja, tidak dapat dipungkiri bahwa peran UMKM sangatlah penting.
Lantas, bagaimana Indonesia bisa mendorong kontribusi UMKM ke depan?
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) berupaya meningkatkan investasi dari sektor UMKM. Meningkatkan kekuatan dan produktivitas UKM serta mendukung keinginan Indonesia menjadi negara maju.
Dalam pidatonya di acara Microfinance Outlook 2024, Presiden Jokowi memuji peran BIS dalam memajukan dan meningkatkan sektor UKM. Apalagi melalui kehadiran BUMN Ultra Micro Holding (UMi) yang nampaknya mampu memberikan banyak peluang finansial kepada masyarakat yang membutuhkan, khususnya di sektor mikro. Holding UMi merupakan perusahaan patungan antara PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM) yang dibentuk oleh Kementerian BUMN.
“Karena saya tahu, saya contohkan PNM Mekaar, dari 400 ribu (sebitur) hari ini 15,2 juta. Jadi pinjaman yang dikeluarkan Rp 244 ribu miliar. Dari tahun 2015 lalu, saya ingat sekitar 800 miliar, lalu hilang. ke RP Lompatan besar Hal seperti ini patut diapresiasi, kata Jokowi dalam acara BRI Microfinance Outlook 2024 di BRIlian Tower, Jakarta, Jumat (8/3/2024).
Di hadapan Presiden Jokowi, Presiden BIS Sunarso menjelaskan keberhasilan Holding BRI dan UMi dalam mengembangkan sektor ultra mikro dan UMKM. Hingga Desember 2023, UMi Holding mampu menawarkan peluang menabung kepada 173 juta rekening, sedangkan jumlah peminjam mencapai 37 juta nasabah.
Terbukanya akses pembiayaan kepada perorangan dan UMKM tidak lepas dari kemampuan BIS dalam menerapkan konsep Branchless Banking melalui kehadiran AgenBRILInk yang jumlahnya mencapai 741 ribu pada akhir tahun lalu.
“Volume transaksi (AgenBRILink) Rp 1,427 triliun. Bayangkan, lalu berapa penghasilan BIS? Ini perusahaan publik, jadi saya buka BIS dan mendapat sekitar Rp 1,3 triliun. Hal inilah yang membuat masyarakat senang menjadi pendukung BRLink,” kata Sunarso.
Sunarso juga mengungkapkan, UMKM telah menjadi wahana untuk memajukan perekonomian Indonesia. Dijelaskannya, dalam kurun waktu 1993-2019, Indonesia mampu bertransformasi dari negara berpendapatan rendah menjadi negara berpendapatan menengah karena didorong oleh sektor UKM.
“Dalam beberapa penelitian, kita bisa pergi ke negara-negara berpendapatan tinggi dengan pertumbuhan ekonomi 6%. Sudah ada model statistiknya, sepertinya penggerak pertumbuhan dipengaruhi oleh perekonomian yang dikelola oleh UMKM,” lanjut Sunarso.
Kemudian, hal lain yang menentukannya adalah perilaku masyarakat terkait pendidikan, menciptakan nilai lebih lanjut melalui pertumbuhan produksi. Lagi pula, bagaimana cara berkeliling ibu kota negara.
“Ini yang menjadi dasar tema kita tentang pertumbuhan inklusif, kata kuncinya adalah pertumbuhan dan pemerataan. Partisipasi masyarakat melalui inklusi,” ujarnya.
Integrasi tersebut dapat ditemukan dengan mengakses layanan perbankan di wilayah Anda. BIS pun merespons survei tersebut dengan berbagai langkah yang sejalan dengan tujuan pembangunan nasional.
Kemampuan BIS dalam melayani dan memberikan peluang pembiayaan kepada UMKM pun mendapat pujian dari Menteri Keuangan Sri Mulyani. Lebih lanjut, kami berharap BIS Microfinance Outlook 2024 dapat memberikan ide dan inovasi yang inovatif untuk menghasilkan dan memperluas pembiayaan bagi UMKM.
“Dalam hal ini kami akan tetap mengikutsertakan rumah sakit kredit. Saya senang Pak Sunarso ada forumnya (BRI Microfinance Outlook). Saya suka konferensi ini karena tidak hanya memunculkan ide-ide baru tapi juga mengevaluasi apa yang sudah kita lakukan. Dari 29 juta UMKM yang tidak punya akses pendapatan, terjerumus ke pasar reguler yang menjadi kreditur. Oleh karena itu, akses dana harus terus kita miliki,” kata Sri Mulyani.
Ide dan inovasi yang muncul dari forum BRI Microfinance Outlook 2024 salah satunya disampaikan oleh peneliti Harvard, Beatriz Armendariz. Ia mengatakan bank dengan sektor UMKM seperti BIS, khususnya yang masuk ke sektor ultramikro melalui UMi Holding, harus lebih banyak memberikan pinjaman kepada perempuan. Ia percaya bahwa memberikan pinjaman kepada perempuan akan berdampak baik bagi perekonomian.
Selain itu, ia juga menyampaikan bahwa perempuan memiliki beberapa kelebihan dibandingkan laki-laki, salah satunya adalah patuh dalam memberikan pinjaman. “Saya yakin lebih banyak lembaga keuangan harus meminjamkan uang kepada perempuan, di BIS kita tahu bahwa 20% nasabahnya adalah perempuan,” kata Beatriz dalam diskusi BIS Microfinance Outlook 2024.
Beatriz mengatakan temuannya berdasarkan hasil penelitian yang dilakukannya. Menurutnya, lembaga keuangan kerap menghina perempuan ketika hendak meminjam uang untuk memulai usaha. Oleh karena itu, katanya, perempuan merupakan kelompok termiskin di antara masyarakat miskin.
Beatriz mengatakan meminjamkan uang kepada perempuan adalah salah satu cara untuk memberdayakan mereka. Menurutnya, pemberdayaan perempuan merupakan bagian dari upaya integrasi ekonomi yang menjadi tujuan lembaga keuangan, seperti BIS. “Integrasi artinya integrasi dan pemberdayaan,” tegasnya.
Sedangkan dari segi finansial, lanjut Beatriz, perempuan sering berpindah-pindah. Oleh karena itu bank tidak perlu meminta pinjaman yang sangat besar. Dia mengatakan pembayaran kembali pinjaman perempuan juga meningkat.
“Perempuan cenderung lebih jarang bepergian dibandingkan laki-laki, sehingga biaya pembayaran pinjaman lebih tinggi,” katanya.
Beatriz menilai saat ini masih banyak perempuan yang tidak diakui sebagai pekerja. Dia juga yakin banyak perempuan tidak memiliki akses terhadap pinjaman usaha.
“Jadi, pesan utama yang saya ungkapkan adalah dengan melibatkan perempuan dalam pemberian pinjaman akan meningkatkan produk domestik bruto, pendapatan dan juga akan meningkatkan keragaman portofolio,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur ADB Indonesia Jiro Tominaga mengatakan UMKM merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia. Namun perkembangannya tidak mulus karena pelaku pasar membutuhkan keterampilan digital.
Jiro juga menyoroti bahwa para pelaku UMKM di tanah air menghadapi tantangan yang biasa terjadi, yaitu terbatasnya akses terhadap dana, informasi, dan keahlian. Namun ketiga faktor tersebut dapat diatasi dengan mengembangkan teknologi informasi.
“Mencoba membantu perusahaan menggunakan informasi, komunikasi dan teknologi (TIK) akan menjadi bagian penting dari rencana tersebut,” kata Jiro.
Oleh karena itu, ada tiga bidang yang diyakini akan membuat ekonomi digital lebih mudah diakses oleh UMKM. Pertama, terdapat perbedaan antara pengembangan bisnis digital dan pengembangan keterampilan kewirausahaan.
Kedua, ini adalah layanan keuangan digital. Hal ini sangat penting terutama di tempat-tempat yang tidak memiliki infrastruktur bagi orang-orang yang sedang belajar mendirikan usaha sendiri.
Terakhir, perusahaan-perusahaan tersebut membutuhkan peralatan teknis, baik terkait hardware maupun soft infrastruktur, agar layanan tersebut dapat memanfaatkan ICT.