Categories
Kesehatan

Sengaja Dekatkan Anak pada Pasien Campak agar Tertular, Dokter: Lebih Baik Imunisasi Ketimbang Kena Infeksi

bachkim24h.com, Jakarta Dulu, orang tua kerap membawa anaknya yang sehat ke dekat pasien campak dengan harapan anaknya juga tertular campak.

Tindakan ini didasari oleh pengetahuan bahwa kekebalan tubuh dicapai melalui dua cara. Yang pertama adalah pemberian vaksinasi atau vaksinasi, yang kedua karena penyakit menular.

Para orang tua juga sebelumnya percaya bahwa anak yang terkena campak akan memiliki kekebalan dan tidak akan terserang campak lagi di kemudian hari. Namun pemikiran seperti ini dianggap keliru oleh para dokter anak. Pasalnya, menulari anak dengan sengaja bisa berbahaya, terutama bagi anak yang kekurangan gizi.

“Dulu, anak-anak penderita campak sengaja dipertemukan untuk terkena campak agar keduanya tertular penyakit dan sembuh bersama.” Anak-anak yang mengalami malnutrisi dan gizi buruk memiliki daya tahan tubuh yang lebih lemah dan virus campak jauh lebih kuat,” kata Profesor Hartono Gunardi dalam kesempatan Hari Imunisasi Sedunia. Diselenggarakan bersama Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Senin 18 Maret 2024.

Virus campak disebut mematikan karena dapat melumpuhkan sistem kekebalan tubuh anak yang terinfeksi. Ketika pertahanan tubuh anak lumpuh, berbagai komplikasi bisa terjadi.

“Jadi hati-hati (jangan) mengumpulkan anak-anak dan pastikan semuanya tertular,” saran Hartono menjawab pertanyaan Health bachkim24h.com.

Orang tua harus melindungi anak-anak mereka dengan memberikan mereka vaksinasi campak, bukan dengan sengaja membuat mereka terkena virus campak.

Hartono mengatakan, anak-anak dapat menerima vaksinasi campak hingga tiga hari setelah diduga terpapar oleh penderita campak.

“Misalnya kita tahu dia (anaknya) pernah kontak dengan Pak A, maka kita tahu Pak A terkena campak. Oleh karena itu, jika waktu pemaparan kurang dari 3 hari, yaitu 3 kali dalam 24 jam. , maka kami tahu Pak A terkena campak. Kalau iya, kami akan tetap buru-buru divaksin.”

“Vaksinasi akan melindungi Anda dari penyakit campak parah, yang dapat diderita oleh anak-anak. “Jadi meskipun Anda sudah terpapar, belum tentu Anda sakit. Nah, dalam tiga hari terakhir ini, masih ada waktu untuk melakukan vaksinasi guna melindungi diri. dari penyakit campak,” jelas Hartono dalam acara yang diselenggarakan Direktorat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit. P2P) Kementerian Kesehatan.

Dalam kesempatan yang sama, dokter spesialis anak Hinky Hindra Irawan Sattari, subspesialis kesehatan anak, penyakit menular dan tropis, juga memberikan reaksi serupa.

Ia mengakui, upaya ibu-ibu yang memaparkan anaknya terkena campak banyak terjadi di masyarakat. Menurutnya, tindakan tersebut merupakan pelanggaran hak anak.

“Ini wajar, tapi anak-anak tetap bersama jadi ibu tidak perlu khawatir. Itu melanggar hak anak dan ada hukumnya. Kamu tidak boleh membiarkan anakmu sakit.” berhak memveto keinginan orang tua,” kata Hinkie.

“Daripada dikurung bersama hingga membuatnya menderita, dia perlu dikarantina lalu divaksinasi,” tambahnya.

Hinkie menekankan bahwa meskipun anak-anak tidak kebal terhadap penyakit menular atau menular, mereka berhak dilindungi melalui vaksinasi sebelum tertular.

“Anak-anak harus dilindungi dan tidak dirugikan atau menyebabkan penderitaan.”

Sedangkan vaksinasi tidak dianjurkan untuk anak penderita campak, kata Hinkie.  

“Anda tidak bisa mendapatkan vaksinasi jika Anda sakit,” jelas Hinkie. Setelah sembuh, kebanyakan orang yang terkena campak memiliki kekebalan seumur hidup.”

Namun, begitu anak terkena campak dan sembuh, mereka mempunyai kekebalan terhadap infeksi serupa, namun belum kebal terhadap rubella.

Artinya, anak yang sembuh dari penyakit campak tidak memerlukan vaksin campak karena mereka telah mengembangkan kekebalan terhadap penyakit tersebut, namun mereka tetap membutuhkan vaksin campak.

Sedangkan vaksin yang saat ini tersedia di Indonesia adalah vaksin MR (campak dan rubella). Vaksin ini melindungi terhadap dua penyakit: campak dan rubella.

Hinkie mengatakan meski Anda tidak lagi membutuhkan vaksin M atau campak, Anda tetap bisa mendapatkan vaksin MR.

“Vaksin MR sudah tersedia di Indonesia, tapi bagaimana cara mendapatkan izin mendapatkan vaksin MR? Vaksin ini merupakan virus yang dilemahkan, dan virus yang dilemahkan yang terkandung dalam vaksin tersebut diaktifkan oleh antibodi yang sudah dimiliki anak tersebut. Jika orang tersebut belum terkena campak, maka orang tersebut nantinya akan memiliki kekebalan terhadap campak,” jelas Hinkie.

Mendengar penjelasan Hartono dan Hinkie, Kepala Bidang Penyelenggaraan Vaksinasi Kementerian Kesehatan Prima Josephine mengamini pendapat kedua dokter anak tersebut.

“Orang tuanya perlu kita luruskan,” kata Prima dalam jumpa pers yang sama. Kasihan sekali anak ini, bukannya diasuh malah sakit-sakitan.”

Ia juga mengimbau masyarakat memastikan vaksinasi menyeluruh sebagai upaya mewujudkan hak-hak anak.

“Hak anak adalah menjadi sehat, salah satunya terhindar dari penyakit menular dan berbahaya, yang sebenarnya bisa dicegah dengan vaksinasi,” tutupnya.

Categories
Kesehatan

Imunisasi Dewasa Penting Bagi Lansia, Ini 3 Vaksin yang Dianjurkan

bachkim24h.com, Jakarta – Samsuridjal Djauzi SpPD KAI, Penasihat Satgas Imunisasi Dewasa PAPDI menjelaskan, ada tiga vaksin yang sangat penting bagi lansia (lansia).

Berbicara pada acara Indonesia Vaccine Forum 2024 di Jakarta, Rabu, 15 Mei 2024, Samsuridjal mengatakan, “Ada beberapa vaksinasi yang perlu dilanjutkan (di usia dewasa), yaitu influenza, pneumonia, dan khusus lansia, cacar ular atau cacar air vaksinasi herpes zoster.

Vaksinasi ini penting karena risiko penyakit meningkat seiring bertambahnya usia. Namun, vaksin flu dan pneumonia sebaiknya diberikan pada usia dini dan diulang pada waktu yang berbeda sepanjang masa dewasa, bergantung pada jenis vaksin yang digunakan.

Vaksin herpes zoster merupakan vaksin jenis baru dalam program pemerintah. Vaksin ini dapat diberikan mulai usia 18 tahun jika daya tahan tubuh seseorang melemah, namun umumnya direkomendasikan untuk orang lanjut usia.

Menurut Kementerian Kesehatan RI, pneumonia merupakan infeksi yang menyerang alveoli salah satu atau kedua paru-paru. Kantung udara ini dapat terisi cairan atau nanah dan menyebabkan keluarnya dahak atau nanah, demam, menggigil, dan kesulitan bernapas.

Penyakit ini disebabkan oleh berbagai organisme, termasuk bakteri, virus, dan jamur, dan dapat menyebabkan pneumonia.

Pneumonia biasanya sering terjadi pada bayi atau anak kecil. Namun kenyataannya, orang lanjut usia dikatakan memiliki lebih banyak kematian akibat pneumonia: “Pneumonia sangat umum terjadi pada anak-anak, namun angka kematian akibat pneumonia lebih tinggi pada orang lanjut usia dibandingkan anak-anak.”

Pentingnya vaksinasi pneumonia yang berkelanjutan bagi orang dewasa bahkan lansia tidak hanya terbatas pada anak-anak saja.

Samsuridjal menjelaskan, penyakit herpes zoster atau yang biasa disebut dengan herpes zoster atau herpes zoster merupakan penyakit infeksi varicella atau varicella yang bersifat dorman namun aktif kembali karena satu atau dua sebab. 

Penyakit ini menimbulkan rasa sakit yang cukup tak tertahankan. Bahkan, tidak jarang pasien masih merasakan sisa nyeri bahkan setelah sembuh. Hal ini berdampak pada kualitas hidup lansia.

“Di negara kita, lebih mudah tertular herpes zoster dibandingkan di negara maju, yang sebagian besar penduduknya berusia 60an. Kita sudah punya kasus herpes zoster pada orang di bawah 50 tahun,” kata Samsuridjal.

Oleh karena itu, vaksinasi penyakit ini dapat dilakukan pada usia dewasa muda bagi masyarakat di bawah 50 tahun dan daya tahan tubuh lemah. 

Samsuridjal juga mencatat bahwa orang dengan penyakit kronis lebih mungkin terkena herpes zoster. 

Categories
Kesehatan

Jaga Anak dari Kanker Serviks, Kemenkes RI Berikan Imunisasi HPV Cuma-Cuma

bachkim24h.com, Jakarta – Kanker serviks bisa dicegah dengan vaksinasi HPV. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), lebih dari 103 juta perempuan di Indonesia yang berusia di atas 15 tahun berisiko terkena kanker serviks.

Sekitar 36.000 wanita menderita kanker serviks setiap tahunnya, 70% di antaranya berada pada stadium lanjut. Angka kematian akibat kanker serviks mencapai sekitar 21.000 pada tahun 2020.

Berdasarkan data Globokan tahun 2021, jumlah penderita kanker serviks di Indonesia sebanyak 36.633 jiwa dan angka kematian semakin meningkat. Untuk melindungi kesehatan masa depan anak perempuan Indonesia, diperlukan vaksinasi HPV secara luas.

“Vaksin HPV ini gratis dan sangat penting untuk melindungi anak perempuan dari kanker serviks. Angka kematian akibat kanker ini mencapai 50% karena keterlambatan diagnosis,” kata Direktur Pengendalian Pencegahan (P2P) Kementerian Kesehatan RI. .Maxi Rein Rondonuwu D.H.S.M MARS, Sehat Negerik dikutip Jumat 9 Februari 2024.

Menurut Maxi, vaksinasi merupakan salah satu cara pencegahan yang ekonomis. Biaya pengobatan kanker serviks sangatlah mahal. “Tolong beritahu masyarakat Anda, terutama mereka yang memiliki anak perempuan berusia 11 dan 12 tahun, untuk memanfaatkan program pemerintah ini,” tambahnya. Kementerian Kesehatan Indonesia menambah tiga vaksin baru

Kementerian Kesehatan Indonesia terus meningkatkan layanan medis di tingkat akar rumput untuk melindungi masyarakat dari penyakit. Salah satu langkah utama dalam upaya ini adalah dengan menambah jumlah jenis vaksin dalam program imunisasi anak dari 11 menjadi 14. Perluasan ini menambahkan tiga jenis vaksin baru: Vaksin human papillomavirus (HPV) untuk pencegahan kanker Vaksin konjugasi (PCV) untuk mencegah pneumonia pneumokokus dan vaksin rotavirus (RV) untuk mencegah diare.

Selain itu, Kementerian Kesehatan RI juga memberikan vaksin polio dosis kedua dalam bentuk suntikan atau IPV2 untuk memperkuat perlindungan terhadap polio, lanjut Maxi.

Dengan tambahan itu, imunisasi rutin anak kini mencakup 14 vaksin, antara lain BCG untuk tuberkulosis (TB), difteri, tetanus, pertusis, hepatitis B, dan DPT-Hib untuk Haemophilus influenzae tipe b.

Selain mencegah kanker serviks, vaksinasi HPV juga melindungi terhadap jenis kanker lainnya. Sementara itu, vaksinasi PCV dan RV bertujuan untuk memerangi pneumonia dan diare, yang merupakan dua dari lima penyebab utama kematian anak balita di Indonesia, yang dapat dicegah melalui vaksinasi.

Penggunaan IPV2 juga telah meningkatkan perlindungan terhadap polio, sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan vaksinasi polio rutin menjadi enam dosis. Jadwal vaksinasi polio lengkap meliputi imunisasi intravena (OPV) pada usia 1, 2, 3, dan 4 bulan, serta imunisasi polio (IPV) pada usia 4 dan 9 bulan.

Semua upaya ini bertujuan untuk meningkatkan layanan kesehatan bagi anak-anak Indonesia dan mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) kembali melakukan kerja sama dalam Perjanjian Bantuan Hibah dan Program Kerja Bersama WHO biennium 2024-2025. Perjanjian kerja sama tersebut ditandatangani di ruang konferensi guru besar oleh Dr. N. Paraniesaran, Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan RI, Kunta Wibawa Dasa Nugraha, dan World Health Organization (WHO) Indonesia. bangunan. Rabu, 7 Februari 2024, Sujudi Lantai 3.

Sebelumnya, pada tahun 2022, Kementerian Kesehatan RI dan WHO Indonesia mengumumkan bahwa Kementerian Kesehatan dan WHO Indonesia akan mendukung upaya kesehatan melalui perjanjian bantuan hibah selama dua tahun dan rencana kerja bersama WHO untuk tahun 2023-2024, bersamaan dengan itu. dengan Pertemuan Menteri Kesehatan ASEAN atau AHMM-a ke-15. Mereka sepakat untuk bekerja sama di bidang tersebut. , di Bali.

Penandatanganan Perjanjian Hibah dan Rencana Kerja Bersama Organisasi Kesehatan Dunia untuk dua tahunan 2024-2025. Hal ini bertujuan untuk mendukung implementasi Program Kerja Umum Organisasi Kesehatan Dunia ke-13, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, dan Pilar Transformasi Kementerian Kesehatan RI.

Dikutip dari Sehat Negerik pada Kamis 8 Februari 2024, melalui Program Kerja Bersama RI-WHO Indonesia (Kementerian Kesehatan), kegiatan di atas akan dilaksanakan untuk mendukung anggaran program WHO tahun 2024-2025 .

Kolaborasi kami dengan WHO berfokus pada kegiatan strategis untuk melaksanakan pilar transformasi di bidang kesehatan dengan akuntabilitas yang tepat. Salah satu kegiatan strategisnya adalah dengan melakukan kajian implementasi sebagaimana arahan Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin.

Kajian implementasi ini akan dikoordinasikan oleh Badan Kebijakan Kesehatan dan Pembangunan (HDPK) dan kami menantikan koordinasi intensif antara WHO dan BKPK dalam melaksanakan kajian implementasi sebagai bagian dari rencana kerja bersama tahun 2024-2025.

Categories
Kesehatan

Anak Epilepsi Tetap Harus Imunisasi Meski Khawatir Timbul Kekejangan

bachkim24h.com, DEPOK – Anak penderita epilepsi tetap harus mendapatkan vaksinasi. Meski ada kekhawatiran mengenai kelenturan, Dr. Bandu Cesaria Lestari, ahli saraf anak di Rumah Sakit Anak Harapan, mengatakan manfaat imunisasi jauh lebih besar.

“Pasien epilepsi juga harus mendapat vaksinasi rutin!” Disampaikan Kementerian Kesehatan di Jakarta, Kamis (30/5/2024), Pandu mengatakan banyak anak penderita epilepsi yang menghindari vaksinasi rutin karena takut kasusnya terlambat. Ia mengutip sebuah penelitian yang tidak menemukan perbedaan tingkat keparahan kejang pada anak epilepsi yang diimunisasi dan tidak diimunisasi.

Jika anak penderita epilepsi menderita penyakit yang dapat dicegah dengan kekebalan tubuh, maka penyakit campak dapat berlangsung lama, misalnya demam yang berlangsung selama 6-7 hari. Karena demam berkepanjangan, ada kemungkinan tertunda, ujarnya.

Penderita epilepsi banyak pemicunya, seperti kelelahan, cahaya berlebihan, dan demam, ujarnya. Menurut Pandu, jika pengobatan dilakukan secara rutin, biasanya ruamnya tidak terkendali dan tidak kambuh lagi hingga pengobatan selesai.

Jadi imunisasinya sendiri tidak menyebabkan penundaan. Jadi pasti ada ketakutannya, tapi kalau dikontrol dengan baik, kemungkinan tertularnya sangat kecil, ujarnya.

Oleh karena itu, vaksinasi tetap harus diberikan kepada anak penderita epilepsi, karena merupakan hak mereka untuk tumbuh kembang secara optimal, jarang sakit dan terbebas dari penyakit menular. Namun, ia menyarankan untuk berkonsultasi ke dokter agar kejangnya bisa dikendalikan.

Ia menyebutkan lima hal yang perlu dilaporkan saat mengalami kejang, selama pengobatan, tanggal kejang terakhir, jenis kejang, dan pemicunya. “Kami juga menawarkan pilihan imunisasi seperti imunisasi DPT. Kami menawarkan DPT yang tipe aselular kepada orang yang punya riwayat epilepsi atau kejang demam. Jadi sudah divaksin, jadi risikonya lebih tinggi terkena flu dibandingkan orang normal. mengetik,” katanya. Ia juga memerintahkan vaksinasi terhadap anak-anak yang lebih besar yang menderita epilepsi.

Categories
Kesehatan

Jelang Ramadhan, Anak yang Sedang Puasa Apa Boleh Imunisasi?

bachkim24h.com, Jakarta – Imunisasi sangat penting untuk melindungi anak dari penyakit seperti pneumonia dan diare.

Mendekati bulan Ramadhan, muncul pertanyaan apakah anak yang berpuasa bisa mendapatkan vaksinasi hari ini?

Hal itu mendapat tanggapan dari Ketua Persatuan Anak Indonesia, Pipram Basra Yanwarso. Menurutnya, puasa tidak bisa menghalangi vaksinasi atau proses vaksinasi.

“Tidak ada masalah (vaksinasi). “Saya kira kita puasa dan tidak ada kendala untuk vaksinasi,” jawab Piprim kepada Health bachkim24h.com pada Lokakarya Juara Imunisasi Nasional, Jumat (8/3/2024).

Selain itu, teruslah minum jika anak sedang sakit. Menurutnya, puasa tidak dianjurkan bagi anak yang sakit dan tidak dianjurkan vaksinasi.

Dalam kesempatan tersebut, Menteri Kesehatan Provinsi Budi Ganadi Sadiqin juga mendorong pelaksanaan vaksinasi pada anak. Baginya, vaksinasi dapat menjaga kesehatan anak dan menjadi salah satu cara agar terhindar dari penyakit.

“Mencegah lebih baik dari pada mencegah, lebih baik menyelesaikan masalah di hulu dan hilir, lebih baik sekarang daripada nanti?” Nah, kalau saya lihat program pencegahan pada anak, keluarga harusnya diberi edukasi, kata Badi.

Selain vaksinasi, Buddy mengimbau masyarakat untuk rajin melakukan tes untuk mengetahui apakah mereka mengidap penyakit tersebut.

 

 

Bodi menambahkan, terdapat 14 jenis vaksinasi anak di Indonesia yang masing-masing memiliki fungsinya masing-masing.

“Vaksinasi di Indonesia 11 antigen. Pas saya masuk, atas rekomendasi teman ahli, antigennya ditambah jadi 14, kita tambah tiga.

“Pertama PCV untuk pneumonia, rotavirus untuk diare, dan HPV untuk kanker serviks. Nah, kami berikan dua dari tiga virus tersebut, PCV dan rotavirus, karena menurut kami virus ini paling banyak membunuh anak-anak kami? Kita mempunyai angka kematian bayi yang sangat tinggi, kita ingin menurunkannya.

Infeksi merupakan penyebab utama kematian pada anak-anak. Salah satu infeksi yang paling umum adalah pneumonia dan diare. Padahal, keduanya adalah vaksinasi.

“Jadi sekali lagi, agar anak-anak kita menjadi sehat, intervensi perlu dihentikan. Salah satu upaya pencegahannya adalah vaksinasi. Nah, untuk melindungi anak-anak kita, kita harus mendapat imunisasi lengkap agar imunitasnya siap, kata Budi.

 

Lebih lanjut Paprim mengatakan, partisipasi berbagai kalangan termasuk ulama dalam kampanye vaksinasi anak sangatlah penting.

“Saya kira peran serta ulama dalam vaksinasi sangat penting. Keyakinan perlunya vaksinasi ada dalam Fatwa Majelis Ulama,” kata Piprim.

Lebih lanjut Paprim mengatakan, workshop tersebut membahas tentang halal dan haram vaksin.

“Ini adalah masalah yang berkelanjutan, tidak akan hilang. “Kita akan membahas persoalan bagaimana menjelaskan kepada masyarakat apa pandangan sebenarnya dari sudut pandang agama, bukan hanya dari sudut pandang Islam tetapi dari sudut agama lain, bagaimana vaksinasi ini”.

“Dan bukan agama yang melarang vaksinasi,” jelasnya.

 

Selain ulama, kelompok guru dan komunitas lain juga berperan penting dalam kampanye vaksinasi. Dengan kata lain, edukasi mengenai vaksinasi tidak hanya dapat disebarkan oleh dokter atau tenaga kesehatan, namun juga ke berbagai lapisan masyarakat.

Sebab, vaksinasi tidak hanya dimiliki oleh dokter saja, tapi juga membantu menyebarkan kesadaran melalui kelompok masyarakat. Saya kira akan lebih efektif jika kita menyebarkan vaksinasi (edukasi) dalam bahasa mereka.

Paprim yakin jika guru ikut serta dalam kampanye vaksinasi di sekolah, maka hasilnya akan lebih efektif.

“Juga (vaksinasi HPV) ini pada usia sekolah, akan lebih efektif dibandingkan hanya dokter (yang berkampanye). Jadi dokter, guru, orang tua, asosiasi orang tua, saya kira semua harus ikut.”

Dengan peran serta semua pihak di berbagai sektor, maka seluruh masyarakat bisa menerima vaksinasi tanpa ada keraguan.

Categories
Kesehatan

Menkes Budi: Bila Mau Anak-Anak Sehat, Harus Ada Upaya Preventif Termasuk Imunisasi

bachkim24h.com Jakarta Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mendorong anak-anak untuk mendapatkan vaksinasi lengkap. Vaksin menjaga kesehatan anak dan mencegah penyakit serius.

“Mencegah lebih baik daripada mengobati, lebih baik menyelesaikan permasalahan di Selatan dan Selatan. Lebih baik sekarang daripada terlambat kan? Pada Jumat (3/8/2024), Menteri Kesehatan Budi mengatakan, “Iya, kalau saya lihat rencananya. untuk mencegah anak, keluarga harus dididik.”

Di Indonesia, pemerintah menyediakan 14 jenis vaksin anak. Vaksinasi jenis lainnya gratis, kata Budi, berdasarkan saran ahli.

“Imunisasi di Indonesia itu 11 antigen, dan ketika saya ikut, ditingkatkan menjadi 14 antigen, dan ditambah tiga lagi, sesuai rekomendasi teman ahli.”

“Satu untuk pneumonia PCV, lalu diare rotavirus, lalu kanker serviks HPV. Nah, dua dari tiga, PCV dan rotavirus, virus mana yang paling banyak menyebabkan kematian pada anak-anak kita? Anak-anak kita lebih muda. angka kematian, dan saya ingin menguranginya, jadi jangan malu-malu.”

Selain melakukan vaksinasi, Budi mengajak masyarakat melakukan segala cara untuk mengetahui apakah mereka mengidap penyakit tersebut atau tidak.

Pneumonia dan diare

Infeksi adalah salah satu penyebab utama kematian pada anak kecil. Salah satu penyakit menular yang paling banyak menyerang di Indonesia adalah pneumonia dan diare. Faktanya, vaksin untuk kedua penyakit ini sudah ada.

“Juga agar anak kita sehat, harus dicegah adanya intervensi. Salah satunya dengan imunisasi. Ya, anak-anak kita harus kita imunisasi secara permanen untuk melindungi mereka agar tubuhnya terlindungi dengan baik,” kata Budi.

Pada hari yang sama, Direktur IDAI Piprim Basarah Yanuarso antara lain menjelaskan tentang pelatihan imunisasi.

Menurutnya, workshop tersebut mengundang 30 departemen anak di Indonesia. Selain dokter anak, IDAI mengundang pemangku kepentingan lain seperti guru, ulama, dan lembaga lainnya.

“Bukan hanya dokter, tapi vaksinasi dilakukan oleh keluarga melalui dakwah dan distribusi. Saya kira akan lebih efektif jika vaksin (edukasi) disebarluaskan dalam bahasa mereka,” kata Bibrim.

Biprim yakin jika guru dilibatkan dalam proses pencegahan di sekolah, maka hasilnya akan lebih baik.

“Juga, HVP ini akan ada di sekolah, dan ya, ini akan lebih penting (iklan) daripada dokter. Saya pikir dokter, guru, orang tua, asosiasi orang tua, semua orang harus terlibat.”

Partisipasi semua pihak dalam berbagai bidang akan mengarah pada penerimaan keamanan secara universal tanpa ragu-ragu.

Dalam lokakarya imunisasi ini, Piprim mengajarkan peserta bagaimana berkomunikasi ketika menghadapi masyarakat yang takut terhadap vaksinasi.

“Bagaimana kita menyusun rencana di daerah mereka untuk memperjuangkan keamanan. Jadi sekarang belum selesai, makanya rencana dua tahunan, karena kita tidak mau tabrak lari. Hasil penting bisa kita lihat di akhir.”

Selain itu, Biprim mengatakan keselamatan penting di Indonesia karena situasi tanah air rawan terjadinya kejadian cuaca ekstrem (KLB).

“Kemarin kita kena polio, masih kena difteri, masih kena campak, masih kena rubella. “Hal ini sebagian besar disebabkan oleh rendahnya cakupan (perlindungan) di masyarakat.”

Oversecurity bisa disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah misinformasi yang sampai ke masyarakat sehingga menimbulkan rasa curiga.

Categories
Kesehatan

Cakupan Imunisasi Polio Tambahan di Jateng, Jatim, dan DIY Capai 44,7 Persen

bachkim24h.com, Jakarta – Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) telah memulai Pekan Imunisasi Polio Nasional (PIN) putaran kedua pada 19-25 Februari 2024. Ini merupakan kelanjutan dari putaran pertama. yang dilaksanakan pada tanggal 15 hingga 21 Januari 2024.

Data di lapangan, cakupan Sub PIN Polio di Jawa Tengah (Jateng), Jawa Timur (Jatim) dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) telah mencapai 44,7 persen dari total sasaran 3.832.692 anak dalam dua hari putaran kedua.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI dr Maxi Rein Rondonuwu menjelaskan, imunisasi tambahan tersebut dilakukan sebagai respons terhadap Kejadian Luar Biasa (KLB) polio pasca adanya kasus di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sub PIN ini sudah diterapkan di tiga wilayah tersebut seperti Kabupaten Sleman DIY.

Cakupan imunisasi tiap daerah sebesar 39,9 persen di Jawa Tengah, 48,8 persen di Jawa Timur, dan 37,6 persen di Kabupaten Sleman, DIY. Maxi menyatakan, meski di Sleman tidak ada kasus, namun karena berbatasan dengan Klaten, Jawa Tengah, maka imunisasi tambahan juga dilakukan.

Ia juga menjelaskan Sub PIN polio putaran pertama dan kedua telah dilakukan sebulan sebelumnya dengan target cakupan minimal 95 persen. Setiap putaran Sub PIN berlangsung selama satu minggu dan penambahan sampah selama satu minggu berikutnya, dengan jarak antar putaran minimal satu bulan, sebagaimana disampaikan Sehat Negeriku pada Sabtu, 24 Februari 2024.

Sasaran imunisasi tambahan adalah anak usia 0 sampai 7 tahun dengan target cakupan 95 persen, dilakukan di banyak tempat seperti puskesmas, posyandu, sekolah dan tempat imunisasi lainnya.

Pemerintah juga terus melacak kasus kelumpuhan akut dan polio lingkungan. Masyarakat khususnya orang tua diimbau untuk memastikan anaknya mendapatkan imunisasi polio sesuai jadwal yang ditentukan dan menerapkan perilaku hidup bersih, termasuk kasus kelumpuhan kepada petugas kesehatan jika terjadi pada anak di bawah 15 tahun.

“Jangan disentuh, harus sesuai jamban. Lalu cuci tangan pakai sabun. Segera informasikan juga ke petugas kesehatan jika menemukan kasus kelumpuhan pada anak di bawah 15 tahun,” kata Maxi.

Categories
Kesehatan

Peneliti FKUI: Janji Day Care, Makan Siang Gratis, 1 Desa 1 Faskes Merupakan Hak Rakyat

bachkim24h.com, Jakarta – Ketua Health Collaborating Center (HCC) Ray Wagiu Basrowi mengatakan komitmen politik di bidang kesehatan yang dilakukan tiga pasangan calon presiden dan wakil presiden pada pemilu 2024 merupakan hak asasi manusia yang harus dipenuhi negara.

Ray mengatakan penyediaan tempat penitipan anak, susu dan makan siang gratis, serta pendirian fasilitas pelayanan kesehatan (faskes) di setiap desa di Indonesia adalah hak yang harus dinikmati seluruh rakyat Indonesia berdasarkan konstitusi negara. Ia menjelaskan bahwa janji-janji tersebut harus dilihat sebagai janji untuk memulihkan hak-hak atas kesehatan yang selama ini belum terpenuhi, bukan sekedar janji kampanye.

Pria yang juga dosen kedokteran okupasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) ini menegaskan, proyek seperti Faskes 1 Desa 1 dan Nakes 03, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD termasuk di antara calon pasangan calon. potensi besar untuk perbaikan yang signifikan. Keadaan kesehatan nasional.

Ray mengatakan rencana tersebut merupakan model pendekatan pengobatan komunitas yang telah terbukti efektif berdasarkan berbagai bukti epidemiologi yang valid. Ia mencontohkan, pada tingkat masyarakat terkecil, pemanfaatan fasilitas sanitasi dan tenaga kesehatan yang memadai dapat menciptakan negara yang lebih sehat, sejahtera, dan menurunkan angka kematian ibu dan bayi (yang masih tinggi di Indonesia).

“Di negara maju, fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan yang menjangkau masyarakat terkecil dapat mewujudkan negara sehat, sejahtera, menurunkan angka kematian atau kesakitan seperti angka kematian ibu dan bayi yang masih tinggi di Indonesia, serta meningkatkan imunitas. rencana.” Ia mengutip laporan resmi yang diperoleh Health bachkim24h.com pada Minggu 2024. 11 Februari

Selain itu, program susu gratis dan makan siang pasangan calon 02 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka juga relevan dan responsif. Lei menekankan bahwa intervensi gizi di sekolah dapat mencegah tingginya angka malnutrisi.

“Kecuali intervensi skala besar diterapkan, jumlah anak sekolah dasar dengan memori kerja buruk dan kinerja akademik terganggu akan meningkat,” ujarnya.

Sementara itu, pasangan calon menggalakkan penitipan anak gratis. 01, Anies Baswedan dan Cak Imin, dapat meningkatkan tingkat keberhasilan pemberian ASI eksklusif khususnya bagi perempuan profesional dan pekerja.

Sponsor dari Dewan Pemilihan Komunitas Perawatan Kesehatan Mental mengatakan ketiga rencana tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap warga di setiap komunitas dan harus dilaksanakan secara bersamaan tanpa memandang siapa yang terpilih, tergantung pada ketersediaan dan kapasitas anggaran negara. sistem kesehatan nasional.

“Ini merupakan dorongan yang baik untuk menjamin terwujudnya hak masyarakat Indonesia atas kesehatan,” tutupnya.