bachkim24h.com, Jakarta – Keuntungan untuk berinvestasi atau capital gain merupakan suatu keharusan bagi investor. Salah satu keuntungan berinvestasi di pasar saham adalah dividen yang dibagikan kepada emiten.
Untuk memudahkan dalam memilih saham-saham yang memiliki potensi dividen tinggi, investor dapat fokus pada IDX High Dividend 20 yang saat ini memiliki imbal hasil dividen yang menarik, menurut Ike Vidiyavati, Head of Retail Research Sinarmas Securitas. penghasil emisi di industri batubara.
Karena harga saham didiskon besar-besaran, perusahaan menawarkan hasil dividen yang tidak terlalu besar.
“Saat saya menghitung laba bersih per saham tahunan tahun 2023 dan menghitung rasio pembayaran dividen, dengan asumsi mereka membagikannya rata-rata setiap tahun, kami mendapat hasil dari IDX High Dividend 20 saham, saham batubara. , hasilnya relatif tinggi,” kata Ike Sinarmas. Dalam pandangan pasar Securitas, Jumat (19/1/2024).
Ike menambahkan, potensi imbal hasil dividen perusahaan seperti Bukit Asam Tbk (PTBA), Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), United Tractors Tbk (UNTR), dan Indo Tambangraya Mega Tbk (ITMG) masih menarik. Namun, investor diimbau berhati-hati dalam menyikapi risiko jebakan dividen ex-dividen.
Strateginya, kita bisa membeli saham-saham tersebut dengan dividen. Tapi kita juga harus menunggu jebakan dividen. Pastikan keluar dari saham tersebut sebelum hari sebelumnya. Manfaatkan momentum dividen tersebut, gunakan jangka pendek. strategi beli modal ambil untung saja,” kata Ike.
Dalam kedua perhitungan tersebut, imbal hasil dividen PTBA sebesar 15,73 persen dengan rasio pembayaran dividen (DPR) sebesar 95 persen. Kemudian pada KDP ADRO sebesar 40 persen, ekspektasi imbal hasil dividen mencapai 11,89 persen. ONTR mengklaim imbal hasil dividen sebesar 40 persen dan proyeksi imbal hasil dividen sebesar 9,06 persen. Sedangkan ITMG menguasai 60 persen KDR dengan estimasi imbal hasil dividen sebesar 16,4 persen.
Sebelumnya diberitakan, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) melampaui target produksi batu bara tahun 2023. Total produksi batu bara PTBA pada Januari-Desember 2023 mencapai 41,9 juta ton, meningkat 13 persen dibandingkan tahun 2022 yakni 37,1 juta ton.
Keberhasilan produksi batu bara ini melampaui target yang ditetapkan pada awal tahun 2023 sebesar 41 juta ton. Kontraktor jasa pertambangan Pam Pamapersada Nusantara (PAMA) menyumbang 56 persen produksi atau 23,6 juta ton. Kemudian PT Satria Bahana Sarana (SBS), kontraktor jasa pertambangan yang juga anak usaha PTBA, menyumbang produksi sebesar 7,5 juta ton atau 18 persen.
Kontraktor lainnya PT Putra Perkasa Abadi (PPA) menyumbang 5,6 juta ton atau 13 persen. Sedangkan sisanya sebesar 4,2 juta ton atau 10 persen merupakan hasil swakelola PT Bukit Asam Tbk. Kemudian sebanyak 1,03 juta ton diimpor oleh anak usaha PTBA, PT Internasional Prima Coal (IPC).
Peningkatan produksi tersebut seiring dengan peningkatan volume penjualan batu bara menjadi 37,0 juta ton. Perseroan mencatatkan penjualan ekspor sebesar 15,6 juta ton atau meningkat 25 persen pada 2022. Sedangkan penjualan dalam negeri tercatat sebesar 21,4 juta ton atau meningkat 12 persen secara tahunan (year-on-year).
“Perusahaan terus berupaya mengoptimalkan kinerja operasional. Kami akan memaksimalkan potensi pasar domestik, serta meningkatkan peluang ekspor ke negara-negara yang memiliki prospek pertumbuhan baik, ke pasar eksisting dan pasar baru,” kata Sekretaris Perusahaan PT Bukit Asam Tbk Niko . kata Chandra dalam keterangannya, Selasa (16/1/2024).
Pasar ekspor PTBA pada tahun 2023 mungkin bervariasi. Banyak pasar baru yang berhasil dioptimalkan, antara lain Vietnam, Filipina, Brunei Darussalam, dan Bangladesh. Proyek-proyek strategis dilaksanakan untuk mendukung kegiatan perusahaan.
Diantaranya, PLTU Mulut Tambang Sumsel-8 (2×621,72 MW) yang akan beroperasi komersial mulai 7 Oktober 2023, dan pengembangan angkutan batubara ruas Tanjung Enim-Keramasan akan ditingkatkan menjadi 20 juta ton. TAHUN
Sebelumnya diberitakan, pada tahun 2024, sektor stok batu bara tidak memiliki katalis signifikan yang mempengaruhi harganya. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperkirakan produksi batu bara pada tahun 2024 masih berkisar 700 juta ton.
“Saat ini, belum ada katalis besar yang dapat mendongkrak industri batubara pada tahun 2024. Dari sisi pasokan, terjadi lonjakan harga pada akhir tahun lalu akibat guncangan pasokan dan ketidakpastian peraturan pemerintah, namun katalis tersebut hilang. dan harga turun lagi,” kata analis. NH Corindo Securitas Indonesia Axel Ebenhaezer kepada bachkim24h.com pada Kamis (4/1/2024).
Sementara dari sisi permintaan, Axel mengatakan pemulihan ekonomi China tahun ini patut diwaspadai. Sementara itu, Axel menilai harga batu bara mungkin masih stagnan. Untuk sektor ini, Axell mengunggulkan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO).
“Saya kira harga batu bara tahun ini masih stagnan karena pasokan lebih besar dari permintaan. Bagi penghasil batu bara, kami menawarkan target ADRO 3.000,” tambah Axel.
Analis MNC Sekuritas Alif Ihsanario mengatakan faktor utama yang mempengaruhi industri batu bara pada 2024 adalah imbal hasil yang diperoleh. Hal ini akan memperlambat penurunan keuntungan industri batubara sekaligus meningkatkan modal yang cukup untuk melakukan diversifikasi.
“Kami meyakini faktor yang sangat penting dalam laju penurunan pendapatan penambang batu bara adalah portofolio pasar ekspornya, khususnya pasar China dan India,” kata Alif dalam risetnya.
Di Indonesia, pemain batubara yang mempunyai pengaruh terbesar terhadap raksasa pasar ini adalah PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) – 29% Tiongkok dan 4% India. Kemudian 20 persen saham ADRO China, 11 persen di India), dan 9 persen saham Bukit Asam Tbk (PBA) China, 17 persen di India.
Dalam konteks ini, MNC Sekuritas menunjukkan netralitas perusahaan tambang batubara Indonesia, di tengah gelombang baru ketidakpastian khususnya terkait penerapan BLU. Sementara itu, harga batu bara diperkirakan masih stagnan setelah normalisasi.
“Kami tetap memilih ADRO sebagai top pick kami dengan saham Rp 2.700,” kata Alif.
Mengingat ADRO sebagai saham unggulan, pertama, pendapatannya relatif stabil. Kedua, prospeknya relatif stabil dalam menghadapi kebijakan MIP. Ketiga, saham energi terbarukan yang besar menawarkan potensi dividen yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan sejenis.