Penggilingan – Tren puting beliung pasir muncul di kawasan Gunung Bromo. Pasir angin muncul di laut, namun hanya di beberapa sisi, tidak seluruh area lautan pasir. Kejadian itu terekam kamera turis dan diunggah di media sosial.
Peristiwa itu diselidiki pada Selasa (16/7/2024). Angin yang berhembus menyerupai badai pasir di akun jejaring sosial TikTok @ladubromo. Dalam video berdurasi 1 menit 5 detik tersebut, terlihat debu beterbangan dari dalam tanah sehingga membatasi jarak pandang di area tersebut.
Peramal Stasiun Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Linda Fitrotul Muzayanah mengungkapkan, angin kencang yang menyerupai puting beliung disebut dengan setan debu. Namun bedanya dengan angin puting beliung yang disebabkan oleh awan cumulonimbus, angin disebabkan oleh partikel udara yang sangat panas di atas permukaan tanah.
“Kemarin cuacanya kering, tidak ada awan cumulonimbus, jadi secara ilmiah itu adalah setan debu.” Setan debu adalah gelembung udara berukuran kecil namun kuat yang terbentuk di udara yang sangat panas dan kering, sehingga udara di permukaan tanah tidak stabil dan sebagainya. Menjadi tidak stabil karena suhu meningkat dengan cepat,” kata Linda Fitrout al-Maziana, Rabu (17/7/2024).
Tren angin kencang ini biasanya diikuti cuaca kering dan tren El Niño. Saat angin bertiup dari arah timur, terjadi masa kering udara pada musim kemarau sehingga menyebabkan angin semakin kencang.
“Pada musim kemarau, angin bertiup dari arah timur, kemudian membawa udara kering dari wilayah timur, sehingga semakin kuat pada musim kemarau,” ujarnya.
Berdasarkan data stasiun meteorologi BMKG Malang, peristiwa serupa juga terjadi di Kota Batu pada tahun 2019. Bahkan, pada Oktober 2023 lalu terjadi badai pasir di kawasan Gunung Bromo. Sebab, udaranya kering, tekanan permukaan bumi tidak stabil.
Makanya udara di Indonesia menjadi kering, seperti yang terjadi di Batu, kebun apel tumbang karena angin kencang, ujarnya.