bachkim24h.com, JAKARTA — Festival Film Internasional Madani 2024 tahunan akan digelar pada 3-6 Oktober. 57 film dari 20 negara akan diputar tahun ini.
Direktur Festival dan Anggota Dewan Festival Madani Internasional, Putut Widjanarko, mengatakan tema tahun ini adalah “Marwa”, yang merupakan transliterasi dari kata Arab Muruh. Persamaan bahasa Inggris yang paling akurat untuk kata ini adalah martabat.
Marwah adalah salah satu tujuan yang muncul dari gejolak dan perubahan opini dunia saat ini. Kelompok-kelompok di kawasan “eksternal” atau negara-negara yang dianggap “berkembang” di Asia, Afrika, dan Amerika Latin mulai menciptakan dinamisme baru di dunia kolonial dan pascakolonial. Di dunia yang penuh inspirasi ini, banyak bahasa dan seni rupa seperti film yang menjadi alat untuk menciptakan kesadaran baru bahwa kebebasan, kedaulatan, dan kejayaan adalah hak semua orang.
Putut mengatakan, ada dua negara yang dibidik Madani IFF 2024, yakni Sudan dan Palestina. Film-film dari kedua negara ini akan membuka dan menutup festival.
Pada Kamis (3/10/2024) di acara pembukaan Madani IFF di Cinepolis Cinemas Senayan Park, Jakarta, akan diputar film Goodbye Julia from Sudan. Selain film ini, ada juga film berjudul The Django Life from Sudan. Sedangkan film asal Palestina yakni The Teacher dan Walled Off akan diputar pada acara penutupan Metropole XXI.
Menurut Putut, banyak film bagus karya sineas Palestina. Namun, ada alasan memilih kedua film tersebut. “Kami memilih film yang menceritakan tentang ketahanan hidup mereka sehari-hari,” ujarnya dalam jumpa pers di Teater Taman Ismail Marjuki (TIM) Wahyu Sihombing di Jakarta, Senin (30/9/2024).
Ini pertama kalinya Madani Kakava menayangkan dua film. “Pertama kali dipakai dua negara, penutupannya dua film,” ujarnya.
Palestina adalah negara unggulan di Festival Film Internasional Madani tahun lalu. Kali ini, Madani juga memasukkan Palestina sebagai bentuk dukungan dan solidaritasnya.
“Ini adalah suara Palestina, kami menayangkan film setiap hari yang menyoroti stabilitas kehidupan di sekitar ‘penjara terbesar di dunia’ Gaza. Mereka memiliki stabilitas yang kuat,” kata Putut.
Kegagalan menghentikan genosida Israel di Palestina dan kepemimpinan di negara kita seolah mengabaikan berbagai kesalahan dan kekeliruan, ujarnya.