bachkim24h.com, Jakarta – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI meluncurkan program inovatif bernama FASTEMI (Strategi Farmakologi Agresif untuk Penatalaksanaan ST-Elevation Myocardial Infarction/STEMI).
Tujuan dari program ini adalah memberikan pertolongan cepat kepada masyarakat yang berisiko tinggi terkena penyakit jantung, khususnya serangan jantung jenis STEMI.
Saat ini program FASTEMI sedang dalam tahap percontohan di Kabupaten Sukabom, Jawa Barat dan Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat. Inisiatif untuk menjangkau daerah-daerah terpencil
Kepala program percontohan proyek FASTEMI, Dr. Jenis serangan jantung Isman Firdaus, Sp.JP(K), FIHA, FESC, FSCAI, STEMI merupakan kondisi kritis akibat oklusi total arteri koroner yang berisiko menimbulkan komplikasi serius dan kematian. Hingga saat ini, STEMI hanya ditangani di rumah sakit besar yang memiliki laboratorium kateterisasi untuk membuka pembuluh darah yang tersumbat.
“Inisiatif program FASTEMI ini dimaksudkan sebagai upaya pertolongan pertama bagi pasien serangan jantung tipe STEMI di daerah terpencil, jauh dari kota besar,” jelas Dr. langit Akses terhadap pengobatan dengan obat fibrinolitik
Salah satu capaian program FASTEMI adalah penggunaan obat antikoagulan (fibrinolitik) seperti tenecteplase. Obat ini disiapkan di puskesmas atau rumah sakit setempat yang tidak mempunyai laboratorium yang sehat. Dengan sekali suntikan, obat ini dapat membantu membuka sumbatan pembuluh darah jantung, memberikan pertolongan pertama yang penting sebelum mengirim pasien ke rumah sakit besar.
Lanjut dokter, obat fibrinolitik disiapkan di puskesmas atau rumah sakit yang tidak memiliki laboratorium kateterisasi, sehingga jika pasien terkena serangan jantung STEMI bisa segera disuntik. langit
Untuk mendukung suksesnya program ini, Kementerian Kesehatan juga fokus pada pelatihan dan penyiapan sumber daya manusia (SDM) di puskesmas. Pelatihan tersebut meliputi pemberian Tencteplase serta penggunaan peralatan darurat seperti defibrillator dan peralatan EKG.
“Konsep program FASTEMI adalah yang pertama dilakukan adalah pendidikan. Seorang dokter mengatakan: Adanya pelatihan tenaga kesehatan di puskesmas karena mungkin saja ada tenaga kesehatan yang tidak terlatih dalam penatalaksanaan pasien serangan jantung di puskesmas. langit
Program FASTEMI juga didukung oleh pusat telemedis bernama KOMEN (konsultasi kesehatan online), yang memungkinkan puskesmas setempat berkoordinasi dengan rumah sakit pendukung. Fasilitas ini memungkinkan hasil EKG dikonsultasikan dengan ahli jantung untuk memastikan diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat.
Program FASTEMI saat ini sedang dilaksanakan dalam tahap uji coba karena persiapan dan pelatihan fasilitas dokter lokal di wilayah Sukaboom dan wilayah Pasaman Barat. Jika berhasil, program ini akan diperluas ke 34 provinsi di Indonesia untuk mengurangi kematian akibat serangan jantung.
Harapannya bisa menurunkan angka kematian akibat serangan jantung. Pada akhirnya dokter ini berkata: Oleh karena itu, pada pasien serangan jantung yang mengalami penyumbatan total pada pembuluh jantung, pertolongan pertama dapat dilakukan di puskesmas. langit
Program FASTEMI merupakan langkah penting dalam meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan bagi masyarakat yang tinggal di daerah terpencil dan memastikan bahwa mereka menerima perawatan yang cepat dan tepat pada saat serangan jantung darurat.