Categories
Teknologi

Wamenkominfo Dorong Media Manfaatkan AI Tanpa Melanggar Etika

bachkim24h.com, Jakarta. Wakil Menteri Informasi dan Komunikasi (Wamenkominfo) Nezar Patria mengatakan kecerdasan buatan (AI) digunakan sebagai agen untuk menyebarkan berita dari ruang redaksi kepada audiens yang tepat karena dapat mempersonalisasi konten sesuai dengan pengguna media sosial. ‘ keuntungan.

Penelitian ini masih berjalan, kata Nezar saat diskusi panel bertajuk “Jurnalisme, Demokrasi Digital, dan Kecerdasan Buatan yang Etis” di Jakarta, seperti dilansir Antara, Selasa (20/10). berita yang sekarang sedang terjadi.” Februari 2023).

Oleh karena itu, ia mengajak perusahaan-perusahaan media di Indonesia untuk turut serta menjajaki kemungkinan penggunaan kecerdasan buatan dalam operasional bisnis tanpa melanggar etika.

“Media telah menggunakan teknologi ini, salah satunya adalah Wall Street Journal,” kata Nezar.

Dalam hal ini, pengelola media menggunakan kecerdasan buatan untuk menghitung distribusi konten pada target audiens tertentu guna mendorong pembaca berlangganan konten premium.

Dalam kesempatan tersebut, Nezar juga menjelaskan berbagai cara pemanfaatan kecerdasan buatan dalam industri media.

Antara lain dapat digunakan untuk membuat konten berita dan menyesuaikan distribusi konten dengan kebutuhan masyarakat.

“Yang pertama pengumpulan berita, jadi tugasnya mengumpulkan informasi tidak lagi dilakukan oleh pelapor, tapi dia (AI) mengumpulkan informasi dari sumber online karena sekarang semuanya sudah terhubung dengan baik,” kata Nezar.

Menurutnya, kecerdasan buatan bisa digunakan dalam pengumpulan informasi, karena tingkat akurasinya mencapai 80%.

Berkat kemampuan pembelajaran bahasanya yang luas, yang disebut Large Language Models (LLM), Nezar Patria yakin kecerdasan buatan dapat digunakan untuk menghasilkan berita.

“Mungkin semua orang mengenalnya dengan nama ChatGPT. Kita bisa melihat sendiri bahwa kecerdasannya semakin lama semakin baik. Kemampuannya hampir seperti kemampuan orang dalam membuat cerita, esai, cerita, bahkan berita,” tutupnya.

Menteri Informasi dan Komunikasi (Menkominfo) Budi Arieh Setiadi memberikan empat tips atau rekomendasi agar perusahaan media tetap bertahan menghadapi tren kecerdasan buatan (AI) yang semakin berkembang.

Berbicara pada perayaan Hari Pers Nasional 2024 di Jakarta Utara, Senin (19/2), Budi mengatakan: “Pertama, kita harus terus berinovasi agar tetap kompetitif. Media harus menggunakan cara-cara baru untuk meningkatkan platform dan menarik lebih banyak pelanggan dengan akses premium. .” 2024).

Pada acara bertajuk “Konferensi Nasional Media: Jurnalisme Membawa Demokrasi ke Era Digital” ini, ia menyampaikan bahwa media kini sedang mengalami terobosan digital tahap ketiga, khususnya berkat perkembangan teknologi kecerdasan buatan.

Budi Aryeh, seperti dikutip Antara, melanjutkan: “Kedua, perusahaan media dituntut untuk merangkul teknologi baru, termasuk kecerdasan buatan, sehingga dapat dijadikan peluang untuk mengembangkan operasional dan operasional bisnis secara lebih optimal.

Ketiga, lanjut Budi Arieh, perusahaan media dapat meningkatkan karyawannya agar memiliki keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dan peluang yang muncul dari perkembangan teknologi.

Tips terakhir, perusahaan media dapat memperkenalkan konten baru seiring dengan perkembangan digital, seperti pembuatan podcast atau podcast.

Menurut Menkominfo, tips ini dapat membantu masyarakat untuk mengakses karya jurnalistik dengan informasi yang akurat.

Ia optimis jika perusahaan media konsisten menerapkan keempat hal tersebut, maka kehadiran kecerdasan buatan sebagai bagian dari disrupsi digital tidak akan menjadi hambatan, melainkan peluang bagi media untuk berkembang.

Budi kemudian menjelaskan, data yang dirilis World News and Press Association (WAN-IFRA) menyebutkan pendapatan industri surat kabar global pada tahun 2021-2022 sebesar $112,4 miliar, meningkat 13,55% menjadi $130,02 miliar dolar pada laporan tahun 2022. tahun 2023.

Peningkatan ini menunjukkan bahwa media terus berkembang di tengah disrupsi digital yang sedang berlangsung. Budi menilai hal ini harus menunjang optimisme terhadap keberlangsungan eksistensi media nasional.