Categories
Bisnis

Produsen Tempe Tahu Ketar-Ketir, Harga Kedelai Bisa Naik 20% Imbas Rupiah Anjlok

bachkim24h.com, Ip Saifuddin, Ketua Umum Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo) di Jakarta, mengatakan akibat pelemahan rupiah saat ini, harga kedelai impor akan naik sekitar 10 hingga 20 persen. sekitar 16.471 dolar AS.

“Iya, menurut saya dolar akan naik 10%, minimal 10%, mungkin lebih. Ya pertumbuhannya antara 10% sampai 20%,” kata Ip kepada bachkim24h.com, Jumat (21/6/2024).

Untuk itu, dia meminta Pemerintah meningkatkan produksi kedelai dalam negeri untuk mengatasi harga kedelai impor.

“Untuk itu saya meminta pemerintah meningkatkan produksi kedelai lokal,” ujarnya.

Namun sejauh ini produsen tahu tempe belum merasakan dampak penurunan harga. Sebab, pihaknya masih membeli kedelai impor dari AS dengan harga lama.

“Tidak, karena harga kedelai kemarin lebih murah, maka setidaknya butuh waktu 1,5-2 bulan untuk naik, karena importir kemarin membeli kedelai dengan harga lama, dan sekarang mereka ke Indonesia,” – dia dikatakan.

Menurut dia, jika harga kedelai naik maka akan berdampak pula pada harga tempe dan tahu. Namun jika harga tahu tempe naik justru merugikan masyarakat.

“Jadi harga tempenya, misalnya tempe satu potongnya 4 ribu rupiah atau 8 ribu rupiah ya. Bisa naik sampai Rp 10.000 atau Rp 12.000 itu menyedihkan sekali. Setidaknya kita naikkan menjadi Rp 9.000″.

Sebelumnya, banyak pedagang pasar yang mengeluhkan mata uang tersebut tidak kuat terhadap dolar AS. Karena mempengaruhi biaya produksi dan harga banyak barang impor.

Gabungan Pedagang Seluruh Indonesia (APPSI) Ngadiran mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah berdampak pada harga pasar berbagai bahan pangan, mulai dari tepung terigu hingga gula putih. 

Ngadiran mengatakan kepada bachkim24h.com, Jumat (21/6/2024) “Barang impor seperti peralatan mesin memang jelas bahan bakunya antara lain tepung terigu, gula putih, dan bawang putih.”

Menurut dia, kenaikan harga produk tersebut di pasaran tidak banyak. Pasalnya, pengecer online melakukan pemotongan harga karena takut tertinggal dari banyak konsumen yang beralih ke belanja online. 

“Saat ini (kenaikan harga) rendah karena pasar tenang dan tidak bisa dijual dengan harga dolar. Saat ini semakin tertekan. Di satu sisi juga terancam oleh Internet. ,” keluh Ngadiran. .

Akibatnya, pengecer kini tidak meraup sebagian besar nilai keuntungan dari penjualan produk impor.

Ngadiran tak bisa terlalu banyak mengeluh atas pelemahan rupiah akibat menguatnya perekonomian AS saat ini. Namun, ia yakin konsumen bisa beralih ke barang impor yang menurutnya lebih murah.  

Oleh karena itu, sudah saatnya para pemimpin Indonesia dan negara memperkuat dan memperluas produksi dalam negeri terkait pertanian dan produk lainnya agar tidak bergantung pada produk impor, ”pintanya.

 

Sebelumnya, mata uang masih berada di bawah tekanan. Dalam beberapa bulan terakhir, nilai tukar telah mencapai level psikologis 16.000 terhadap dolar AS. Bahkan pengamat pasar keuangan Ariston Tyandra mengatakan, mata uang Garuda berpotensi melemah lagi hingga ke level 16.500 terhadap dolar AS saat ini.

Pada Jumat (21/6/2024), Ariston mengatakan: “Potensi penurunan ke 16.500/USD pada support 16.380/USD”. Penurunan inflasi ini disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, penguatan arah dolar AS di kisaran 105,60 masih akan berlanjut hari ini.

“Kemungkinan mata uang yang lemah masih terbuka terhadap dolar AS pada hari ini, karena nilai tukar dolar AS yang terus meningkat pada pagi ini,” ujarnya.

Kedua, kebijakan bank sentral Amerika Serikat, The Fed, yang tidak ingin menurunkan suku bunga acuan juga akan membantu penguatan dolar AS. Dampaknya, sejumlah mata uang global, termasuk mata uang, berpotensi semakin melemah.

“Sentimen melemahnya mata uang tetap tidak berubah karena The Fed nampaknya enggan menaikkan suku bunga,” jelasnya.

Dari dalam negeri, Ariston mencontohkan langkah penyelamatan yang dilakukan Bank Indonesia (BI) yang tidak mengubah kebijakan suku bunganya. Namun instrumen berkembang seperti Surat Berharga Rupiah Bank Indonesia atau SRBI dapat menarik dolar AS ke Indonesia untuk mengimbangi pelemahan rupiah.

“Kemarin BI juga tidak mengubah kebijakan suku bunga. Namun BI bisa menggunakan alat lain untuk menarik dollar ke Indonesia, seperti SRBI”.

 

 

Nilai tukar mata uang terhadap dolar AS mulai diperdagangkan lebih rendah pada hari Jumat. Rupee melemah pasca pernyataan dovish pejabat The Fed di Amerika Serikat (AS).

Pada perdagangan pagi hari Jumat, mata uang tersebut turun 41 poin, atau 0,25 persen, menjadi $16,471 dari penutupan terakhirnya di $16,430. 

“Rupiah diperkirakan akan kembali melemah terhadap dolar AS yang pulih setelah komentar ‘hawkish’ dari gubernur,” kata pakar mata uang Lukman Leong pada Jumat (21/06/2024).

Pejabat Fed Minneapolis Kashkari mengatakan AS akan memerlukan waktu yang lama, atau dua tahun, agar inflasi dapat kembali ke target 2 persen. Persyaratan ini mengurangi kemungkinan penurunan suku bunga AS pada tahun 2024.

Sulit jika inflasi tidak berlanjut, kata Lukman, meski pertumbuhan ekonomi dalam negeri masih berkisar 5%, namun permintaan secara umum masih rendah karena penjualan barang dan mobil terus menurun.

Ia memperkirakan rupiah akan berfluktuasi antara Rp16.400 terhadap dolar AS dan Rp16.550 terhadap dolar AS.