bachkim24h.com, Jakarta – Untuk mendapatkan berat badan ideal, Anda tidak perlu melakukan berbagai pola makan. Ahli gizi masyarakat Dr Tan Shot Yen mengatakan makan tiga kali sehari dengan porsi yang cukup dan kualitas yang baik sudah cukup.
Tan menjelaskan, makan teratur tiga kali sehari mirip dengan puasa intermiten.
Misalnya, jam berapa kamu sarapan? Jam setengah tujuh, sebelum berangkat ke kantor jam 6. Iya, kamu bangun pagi dan sarapan ya? Kemudian makan siang secara teratur. 12 jam, 1 jam. Lalu makan malam, setelah salat magrib dan baru makan sampai esok pagi, bukankah itu puasa berselang?” ujarnya dalam podcast “Kemencast #63 – Nutrisi yang tepat berdasarkan usia” di Jakarta, Kamis, dilansir Antara.
Puasa intermiten adalah puasa dalam jangka waktu tertentu, misalnya dari pukul 12:00 hingga 16:00, yang dikenal di luar negeri.
Menurut Tan, seseorang harus mengetahui apa yang dibutuhkan tubuhnya. Yang sering menjadi masalah, kata Tan, adalah kebiasaan makan. Faktanya, banyak anak yang lebih memilih camilan dibandingkan makanan utama.
Sementara kebutuhan tubuh, kata dia, terlihat dari konsep Isi Piringku yang dicanangkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Dalam isi piring saya digambarkan bahwa 50 persen porsi makanan manusia terdiri dari sayur dan buah, kemudian 50 persen sisanya adalah karbohidrat dan protein.
Konsep Fill My Plate juga menekankan pada pembatasan konsumsi gula, garam, dan lemak. Menurutnya, konsep ini bisa dijadikan panduan pola makan, bahkan bagi lansia sekalipun.
Pada saat yang sama, Tan juga menjelaskan empat pilar pola makan seimbang, yaitu mengonsumsi makanan yang bervariasi, diikuti dengan latihan fisik atau aktivitas fisik yang cukup. Selain itu, penting untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat, termasuk mengonsumsi makanan bersih dan sehat serta rutin memeriksakan berat badan.
Menurutnya, olahraga yang cukup penting untuk menjaga sensitivitas insulin sehingga dapat membantu mengurangi lonjakan gula darah. Yang paling penting, kata dia, adalah konsisten menjalani pola hidup sehat.
“Nah, persoalannya orang-orang yang mengikuti gaya hidup, kalau tidak melihat hasilnya, mereka hanya menganggapnya sebagai penyiksaan, pengurungan, tentu tidak akan berhasil,” ujarnya.