Categories
Kesehatan

Kasus DBD Naik Drastis 10 Tahun Terakhir, Kematiannya Sentuh 764 Sepanjang 2023

bachkim24h.com, Jakarta – Sebagai negara penderita demam berdarah, Indonesia menghadapi permasalahan yang sama setiap tahunnya. Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) hingga minggu ke-52 tahun 2023 mencatat 98.071 kasus dan 764 kematian. Demam berdarah dengue atau DBD merupakan penyakit yang sangat cepat terjadi karena bisa berakibat fatal tanpa pengobatan khusus.

Ketua sekaligus pendiri FNM, Prof. Dr Nila Djuwita F A Moeloek SpM(K) mengatakan kerja sama dan kerja aktif masyarakat penting dalam penanggulangan DBD, dimulai dari keluarga sebelum diambil tindakan besar secara nasional. Nila juga menjelaskan beban penyakit demam berdarah telah berdampak pada masyarakat dan perekonomian.

“Pasien yang terlambat ditangani dapat berakibat fatal, bahkan kematian, dan ini menimbulkan risiko yang besar bagi anak-anak,” kata Farid Nila Moeloek dalam diskusi dengan publik “Pentingnya tindakan masyarakat dalam mencegah ancaman penyakit DBD.” Perusahaan baru-baru ini bermitra dengan Bio Farm dan PT Takeda Innovative Medicines. Acara ini dihadiri lebih dari 500 orang secara daring dan luring, termasuk berbagai pemangku kepentingan.

“Jika itu terjadi, bukan hanya keluarga yang dirugikan, tapi juga menghancurkan pemerintah,” imbuhnya. 

Sementara itu, Wakil Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. Dante Saksono Harbuwono SpPD menekankan peningkatan kasus DBD dalam 10 tahun terakhir dan komitmen pemerintah dalam melakukan upaya pencegahan. Program 3M Plus memang efektif, namun memerlukan teknologi baru seperti pengembangan nyamuk dan vaksin yang terinfeksi Wolbachia.

 

 

Dante menjelaskan, biasanya kasus DBD di Indonesia mulai meningkat pada bulan November dan mencapai akhir Februari. Apalagi dengan panas yang dibawa El Nino ke sini.

Oleh karena itu, lanjut Dante, Indonesia termasuk dalam 30 negara dengan kejahatan terbanyak. Sebagian besar negara bagian/kota memiliki risiko > 10/100.000, namun terdapat 26 negara bagian/kota yang mencapai risiko > 10/100.000.

Namun pada acara yang sama, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI, DR. Maxi Rein Rondonuwu DHSM MARS, menegaskan komitmen pemerintah dalam memerangi DBD dan meminta masyarakat berpartisipasi dalam pencegahan DBD. Program vaksinasi DBD bisa dimulai paling cepat tahun depan.

 

 

Direktur Utama BPJS Kesehatan, Prof. Ph.D. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D menyambut baik diskusi mencari solusi krisis demam berdarah dan menekankan peran BPJS dalam memberikan layanan medis.

“Pada tahun 2023, besaran yang diberikan BPJS Kesehatan untuk pengobatan DBD mencapai Rp1,3 triliun. Angka ini lebih tinggi dibandingkan tahun lalu sebesar Rp626 miliar,” ujarnya.

Perwakilan PAPDI, Prof. Dr. Erni Juwita Nelwan SpPD-KPTI PhD menekankan perlunya perlindungan vaksinasi demam berdarah pada usia 6 hingga 45 tahun. Menurut dia, penindakan demam berdarah harus dilakukan secara menyeluruh, baik terhadap agen penyebab, tuan rumah, dan lingkungan.

“Vaksinasi merupakan cara penting untuk membantu memberikan perlindungan yang memadai terhadap tingginya risiko demam berdarah,” ujarnya.

“Khusus bagi seseorang yang mengidap penyakit seperti kencing manis, atau kencing manis dan hipertensi, jika mengidap DBD maka risikonya lebih tinggi terkena DBD berat dibandingkan mereka yang tidak mengidap penyakit tersebut,” tambah Ernie.

Ketua Pokja Vaksin IDAI, Prof. Ph.D. Hartono Gunardi SpA(K), menambahkan anak-anak berisiko tertular dan mendukung peluncuran program 3M Plus dan inovasi lainnya.

Presiden, CEO PT Takeda Innovative Medicines, Andreas Gutknecht berkomitmen menjadi mitra dalam pendidikan dan pencegahan demam berdarah di Indonesia. Ia telah meminta semua kelompok untuk bersama-sama menjadi sukarelawan dan berpartisipasi dalam studi pencegahan demam berdarah dan mendukung pengembangan baru seperti vaksin demam berdarah.

Categories
Kesehatan

Komitmen Atasi DBD, Wamenkes Dante: Keberhasilan Penanggulangan Dengue Perlu Dukungan Semua Pihak

bachkim24h.com, JAKARTA – Demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi tantangan sistem kesehatan nasional Indonesia. Wakil Menteri Kesehatan RI Prof. Dr. Dante Saxono Harbuwono, Sp.PD-KEMD., Ph.D., menegaskan pemerintah berkomitmen penuh untuk terus melanjutkan pemberantasan demam berdarah melalui tindakan pencegahan yang komprehensif.

Dante menjelaskan, enam strategi nasional pencegahan demam berdarah mencerminkan komitmen pemerintah.

“Peningkatan insiden pada tahun 2023 hingga 2024 menunjukkan perlunya tindakan pencegahan yang lebih efektif dan inovatif. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia mendukung komitmen enam strategi nasional pencegahan demam berdarah: peningkatan pengelolaan vektor yang aman dan berkelanjutan; memperkuat surveilans demam berdarah yang komprehensif dan manajemen wabah yang sensitif sebagai dasar bagi manajemen program dan kebijakan berbasis bukti; Hal itu disampaikannya pada media briefing dan talkshow bertajuk “Kepemimpinan Indonesia Melawan Demam Berdarah” yang digelar bersama Takeda di Jakarta, Kamis (19/2). Kami membutuhkan dukungan semua orang

Meski demikian, Dante juga mengatakan, pemberantasan penyakit demam berdarah memerlukan dukungan semua pihak dan kerja sama antar departemen dinilai sangat penting agar pencegahan dan pengendalian penyakit demam berdarah dengue dapat efektif.

“Tentu saja keberhasilan upaya pencegahan DBD tidak hanya bergantung pada komitmen pemerintah saja, namun juga dukungan semua pihak. Guna menjamin efektivitas pelaksanaan pencegahan dan pengendalian DBD di Indonesia, kerja sama antarsektor sangat penting,” ujarnya. ditambahkan.

 

 

 

Strategi Nasional Pengendalian Demam Berdarah Dengue 2021-2025 juga merupakan wujud komitmen pemerintah Indonesia dalam melaksanakan Peta Jalan Neglected Tropical Diseases (NTD) Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 2020-2030. silakan melamar. Ini akan dihilangkan pada tahun 2030.

Sejumlah program yang dilaksanakan pemerintah Indonesia antara lain intervensi inovatif seperti 3M Plus, upaya pemberantasan sarang nyamuk melalui kampanye Satu Rumah Satu Jumantik (G1R1J), dan pelepasan nyamuk ber-Wolbachia. Pemerintah juga membangun berbagai kemitraan multisektoral antara lain Bio Farma, PT Takeda Innovative Medicines, World Mosquito Program, dan Kementerian Kesehatan RI yang menjadi tuan rumah International Arbovirus Summit 2024 bersama Kelompok Inti Kesehatan DPR RI dengan dukungan interkom. dukungan sektoral. Para pemangku kepentingan juga meluncurkan Koalisi Bersatu untuk Mengembangkan Respons Dengue yang Lebih Komprehensif di Indonesia pada tahun 2023 (KOBAR).

 

 

Komitmen yang kuat untuk mencegah penyakit demam berdarah tidak hanya datang dari pemerintah pusat tetapi juga dari pemerintah daerah. Hal ini terlihat dari program percontohan yang dicanangkan Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur untuk melakukan vaksinasi terhadap 9.800 anak SD di Balikpapan sebelum dilanjutkan ke Samarinda.

Selain itu, Dinas Kesehatan Kabupaten Pang Viet baru-baru ini meluncurkan program serupa untuk siswa sekolah dasar dan menengah, yang sepenuhnya didanai oleh APBD. Kabupaten Panggoet menjadi wilayah dengan angka kejadian DBD tertinggi kedua di Jawa Timur (2.309 kasus per Agustus 2024), sedangkan Jawa Timur sendiri menjadi provinsi dengan angka kejadian DBD tertinggi kedua di Tanah Air. Tujuan Pusat Kesehatan Masyarakat Patton untuk memvaksinasi demam berdarah kepada 1.120 anak sekolah dasar di wilayah kerjanya terjadi karena wilayah tersebut memiliki jumlah kasus tertinggi. Pemecahan masalah.

 

Upaya Indonesia untuk mengalahkan demam berdarah mendapat pujian dari Takeda Global, kata Dr. kata Derek Wallace saat berkunjung ke Indonesia sebagai bagian dari rangkaian tur ke Asia Tenggara pasca menjabat.

“Saya merasa terhormat bisa berkunjung ke Indonesia. Negara ini menjadi model bagi dunia dalam perspektif global dalam memerangi demam berdarah,” kata Derek dalam siaran pers yang diterima Liputan6. .com. Para pemangku kepentingan di sektor ini telah bekerja sama secara efektif untuk memerangi penyakit yang mengancam jiwa ini. “

Derek mengatakan Indonesia berada pada jalur yang tepat untuk mencapai tujuan nol kematian akibat demam berdarah pada tahun 2030. Dia mengatakan pemerintah memainkan peran utama dalam mempromosikan inisiatif pengelolaan vektor, memperkuat kolaborasi multi-sektoral dan mengintegrasikan langkah-langkah pencegahan inovatif seperti vaksinasi ke dalam lingkup nasional dan regional. Strategi nasional telah menunjukkan pendekatan integrasi yang efektif.

Pada saat yang sama, Andreas Gutknecht, presiden Takeda Innovative Pharmaceuticals, mengatakan semua pihak harus berperan aktif dalam pencegahan demam berdarah dan melakukan perubahan.

“Pencegahan adalah kunci untuk memerangi demam berdarah, dengan mendidik diri kita sendiri dan orang lain tentang demam berdarah dan pencegahannya, mengendalikan nyamuk dengan 3M Plus dan akhirnya, bersama Takeda, kita dapat membuat perbedaan. Indonesia berkomitmen untuk menjadi mitra jangka panjang dalam pemberantasan demam berdarah. melawan demam berdarah melalui pencegahan inovatif dan cara lain, beliau menekankan: “Kami bekerja sama dengan semua tingkatan pemerintah dan pemangku kepentingan swasta untuk menciptakan tempat yang lebih aman bagi keluarga dan komunitas di lingkungan Indonesia. “

Categories
Kesehatan

Hari DBD ASEAN 15 Juni, Kemenkes: Kini Dengue Bukan Hanya Masalah Negara Tropis

bachkim24h.com, Jakarta – Hari Dengue ASEAN diperingati pada tanggal 15 Juni setiap tahun untuk meningkatkan kesadaran tentang Demam Berdarah Dengue (DBD) di kalangan masyarakat di Asia Tenggara.

Pada Hari DBD ASEAN ini, Direktur Infeksi dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (CAMENCS) Imran Pambudi mengatakan sebagian besar demam berdarah terjadi di Asia Tenggara dan Amerika Latin. Faktanya, demam berdarah kini menyebar di Alaska, yang anginnya sangat dingin.

“Dulu kita mengira demam berdarah adalah penyakit tropis, sekarang demam berdarah ada di belahan dunia utara (Alaska). Dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat, 14 Juni 2024, Imran mengatakan, Dulu hanya di Asia, sekarang di Amerika, Eropa, Amerika Selatan, dan Brazil.

Ditambahkannya, hal ini bukan (hanya) menjadi masalah bagi Indonesia, bukan menjadi masalah bagi negara-negara tropis atau negara berkembang, namun juga menjadi masalah bagi negara-negara maju.

Di seluruh dunia, lanjut Imran, demam berdarah telah menjadi penyakit tropis terabaikan (NTD).

Berdasarkan data yang disampaikan Imran mengenai tren demam berdarah di negara-negara endemis hingga tahun 2023, angka kejadian demam berdarah di Indonesia relatif rendah dibandingkan negara-negara seperti Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, dan Brazil.

Imran mengatakan, situasi di Indonesia masih buruk, namun ada kemungkinan nyata terjadinya demam berdarah.

Imran juga memaparkan peningkatan penyakit demam berdarah di Indonesia. Pola peningkatan kasus DBD terlihat pada data siklus bulanan tahun 2013 hingga 2023 yang dirilis Kementerian Kesehatan.

“Dari siklus bulanan ini kita mengetahui bahwa kenaikan kasus DBD biasanya dimulai pada bulan November atau Desember dan puncaknya pada bulan Januari atau Maret. Polanya sama. Dan peningkatan tertinggi dalam 10 tahun terakhir terjadi pada tahun 2016.”

Ia menambahkan, dahulu siklus DBD selalu dikaitkan dengan peristiwa El Niño dan terdapat jeda siklus selama tiga tahun. Namun, karena perubahan iklim, waktu siklus akhir-akhir ini menjadi lebih pendek

“Di Jakarta mungkin tidak ada siklus karena itu terjadi, jadi selalu ada (demam berdarah).”

Kabar baiknya, angka kejadian demam berdarah di Indonesia kini sudah menurun dan tidak setinggi pada bulan Maret atau April.

Saat ini tren kasus di seluruh negara bagian sedang menurun, sehingga pada awal bulan Maret dan April kami mendengar banyak laporan bahwa rumah sakit kewalahan dan tidak dapat menampung mereka, namun kini jumlahnya telah menurun.

“Dan kalau rumah sakit, kalau kita cek ke rumah sakit, hanya rumah sakitnya saja yang sibuk. Rumah sakit lain di daerah lain tidak melakukan hal ini. “Mungkin orang suka ke sana sehingga terlihat ramai,” jelas Imran.

Pada bulan April lalu terjadi lonjakan demam berdarah tidak hanya di Indonesia tetapi di seluruh dunia.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari 7,6 juta kasus demam berdarah telah dilaporkan pada 30 April 2024. Jumlah tersebut termasuk 3,4 juta kasus terkonfirmasi, lebih dari 16.000 kasus parah, dan lebih dari 3.000 kematian.

Pernyataan resmi WHO yang dirilis pada Kamis menyebutkan bahwa selama 30 tahun terakhir, kejadian demam berdarah meningkat secara signifikan di seluruh dunia dalam lima tahun terakhir.

Salah satu wilayah yang paling terkena dampak demam berdarah adalah Amerika Serikat, dimana jumlah kasus demam berdarah melebihi tujuh juta pada akhir April 2024. Jumlah ini melampaui puncak tahunan sebesar 4,6 juta kasus pada tahun 2023.

Terdapat laporan penularan aktif demam berdarah di 90 negara pada tahun 2024, namun tidak semuanya dimasukkan dalam laporan resmi. Selain itu, banyak negara endemis tidak memiliki sistem deteksi dan pelaporan yang kuat, sehingga beban sebenarnya dari demam berdarah di seluruh dunia masih dianggap remeh.

Untuk mengendalikan penularan secara lebih efektif, diperlukan surveilans demam berdarah yang kuat dan real-time untuk memperhitungkan kemungkinan kasus-kasus yang tidak terdeteksi. Faktor penularan dan kesalahan diagnosis seperti arbovirus lain dan perjalanan yang tidak terkendali juga harus diperhitungkan. Hal ini karena faktor-faktor tersebut dapat berkontribusi terhadap penyebaran penyakit yang tidak diketahui dan menimbulkan risiko penularan lokal di negara-negara non-endemis.

Categories
Kesehatan

Kemenkes Sebut Tak ada Hubungan Antara Nyamuk Wolbachia dan Keganasan Nyamuk Dengue

bachkim24h.com, Jakarta – Direktur Penyakit dan Pengendalian Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Maxi Rein Rondonuwu membenarkan tidak ada hubungan antara penyebaran nyamuk ber-Wolbachia dengan tingkat keganasan Nyamuk Aedes aegypti penyebab demam berdarah dengue. jangan terbakar.

Maxi menjelaskan, spesies nyamuk Aedes aegypti di wilayah penyebaran nyamuk Wolbachia, tetap sama. Tanda dan gejala orang yang digigit nyamuk Aedes aegypti antara lain demam tinggi yang diikuti nyeri otot, muntah, diare, sakit kepala, pilek, dan pendarahan.

“Secara keseluruhan pola dan gejalanya sama. Tidak ada perbedaan jumlah nyamuk Aedes aegypti sebelum dan sesudah pelepasan Wolbachia,” kata Maxi di Jakarta, Senin (1/4).

Penyebaran nyamuk ber-Wolbachia kini telah mencapai 5 kota yaitu Semarang, Kupang, Bontang, Bandung, dan Jakarta Barat.

Kompetensi pemangku kepentingan dan masyarakat lokal diperhitungkan dalam mendefinisikan kelima bidang ini.

Semarang menjadi tempat pertama penyebaran nyamuk ber-Wolbachia, disusul Bontang dan Kupang. Sampai saat ini, iklan ini tidak tersedia di semua tempat.

Di Kota Semarang penyebaran nyamuk ber-Wolbachia di 4 kecamatan, di Kota Bontang di 3 kecamatan, dan di Kota Kupang di 1 kecamatan. 

 

 

Saat ini di wilayah Bandung prevalensi nyamuk pembawa Wolbachia hanya terdapat di 1 kecamatan yaitu Pesangrahan di Kecamatan Ujung Berung. General Manager Maxi menambahkan, pendistribusian nyamuk pembawa Wolbachia di Jakarta Barat belum dilakukan.

Sebab, kita menunggu kesiapan masyarakat dan penandatanganan Nota Kesepahaman antara Pemerintah Provinsi (Pemprov) Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan Kementerian Kesehatan yang sempat tertunda akibat pergantian kepemimpinan di DKI Jakarta. .

Maxi melaporkan, hasil pemeriksaan bersama Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan di 5 kota terlihat setelah keluarnya ember berisi nyamuk ber-Wolbachia, mayoritas nyamuk Aedes aegypti menemukan Wolbachia sebanyak 20%. .

Jumlah tersebut, kata Maxi, lebih rendah dibandingkan persentase nyamuk Aedes aegypti pembawa Wolbachia yang berjumlah 60% dari total spesies.

“Ketika populasinya mencapai 60 persen, pelepasan nyamuk ber-Wolbachia akan berhenti dan efek pengurangan demam berdarah akan mulai terasa setelah 2 tahun, 4 tahun, 10 tahun, dan seterusnya, seperti pekerjaan yang dilakukan di luar kota Yogyakarta,” kata Maxi. .

 

Penyebaran nyamuk pembawa Wolbachia terbukti mampu menurunkan angka kasus DBD di Kota Yogyakarta. Sejak pertama kali disebarkan pada tahun 2017, nyamuk pembawa Wolbachia terbukti mampu menurunkan infeksi demam berdarah sebesar 77 persen dan tempat berlindung sebesar 86 persen.

Categories
Kesehatan

HEADLINE: Waspada Kasus DBD di Indonesia Meningkat Drastis, Jurus Menghindarinya?

bachkim24h.com, Jakarta – Jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) terus meningkat sejak akhir Februari 2024, menurut laporan Direktorat Jenderal Pencegahan Penyakit dan Pengendalian Epidemi (Ditjen P2P) Kementerian Kesehatan RI. . Awalnya, penderita DBD pada akhir Februari berjumlah sekitar 15.977 orang, namun kini sudah ditemukan sekitar 35.000 orang.

Kementerian Kesehatan memastikan jumlah kasus DBD di Indonesia mengalami peningkatan. Kepala Kantor Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan dibandingkan tahun 2023, jumlah kasusnya meningkat dua kali lipat.

Memang jika kita bandingkan tahun 2023 dengan tahun 2024, jumlah kasus DBD meningkat dari 15.000 menjadi 35.000, kata Kepala Kantor Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi di Jakarta, Jumat. 22/3).

Faktanya, jumlah kasus demam berdarah juga meningkat pada tahun ini sehingga menyebabkan peningkatan angka kematian. Angka kematian juga meningkat, namun tidak sebesar peningkatan kasus DBD, kata Siti Nadia, dilansir Antara.

Berdasarkan laporan Ditjen P2P, pasien DBD meninggal dunia pada minggu kedelapan tahun 2024 sebanyak 124 orang.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), demam berdarah adalah infeksi yang disebabkan oleh virus DENV yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Ada empat jenis virus demam berdarah yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. WHO memperkirakan sekitar setengah populasi dunia berisiko tertular demam berdarah, dengan perkiraan 100 hingga 400 juta orang terinfeksi di seluruh dunia setiap tahunnya.

Mengutip WHO, Prof Tajandra Yoga Aditama mengatakan, dalam satu dekade terakhir, terjadi peningkatan kasus demam berdarah yang luar biasa di dunia.

“Dibandingkan tahun 2000 sebanyak 505.430 kasus, pada tahun 2019 mencapai 5,2 juta kasus,” kata Tajandra dalam keterangan bachkim24h.com, Kamis (28/3).

Tajandra menyajikan data lain berdasarkan “pemodelan” yang memperkirakan 390 juta infeksi demam berdarah di seluruh dunia setiap tahunnya.

“Hanya 96 juta yang memiliki manifestasi klinis yang jelas. Jadi Anda juga harus menyadari bahwa banyak kasus tidak terdiagnosis dengan tepat dan hanya disebut penyakit demam.”

Penelitian lain juga menyebutkan bahwa sekitar 3,9 miliar orang di dunia berisiko tertular virus demam berdarah, tambahnya.

Menurut WHO, demam berdarah dianggap sebagai penyakit endemik di lebih dari 100 negara di dunia. Mereka juga menyebutkan bahwa 70 persen kasus demam berdarah di dunia terjadi di Asia. Menurut data WHO Asia Tenggara, Indonesia merupakan salah satu dari 30 negara di dunia yang sangat endemis penyakit demam berdarah.

 

Kementerian Kesehatan menjelaskan pada tahun 2024, kasus DBD di Indonesia mencapai 35.556 orang dan 290 kematian.

“Padahal tinggal 11 minggu lagi menuju tahun 2024,” Imram Pambudi, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan RI, mengatakan pada media briefing #Ayo3MPlusVaksinDBD baru-baru ini.

Kementerian Kesehatan melaporkan jumlah kasus dan kematian DBD tertinggi terjadi di Provinsi Jawa Barat, yakni sebanyak 10.428 kasus dan 94 kematian. Menurut dia, penularan penyakit DBD lebih mudah terjadi di Provinsi Jawa Barat yang jumlah penduduknya banyak.

Kasus DBD juga dilaporkan meningkat di 18 provinsi sejak Maret 2024, antara lain: Sumatera Barat Sumatera Selatan Lampung Bengkulu Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Banten Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Kalimantan Tengah Bali Barat -Nusa Tenggara Gorontalo Sulawesi Tenggara Sulawesi Barat Sulawesi Selatan dan DKI Jakarta.

Tajandra mengatakan, perlu adanya analisa menyeluruh terhadap apa yang terjadi saat ini terkait peningkatan kasus DBD di Indonesia. Menurutnya, banyak kemungkinan yang menjadi pemicunya, seperti: pola musim, musim hujan saat ini, suhu dan kelembapan udara dan lingkungan saat ini, populasi nyamuk yang tinggi, kerentanan terhadap serotipe virus yang beredar saat ini. Kurangnya program proaktif yang berkelanjutan, kemungkinan adanya prioritas lain yang dapat dilaksanakan dengan lebih baik, lemahnya sistem pengawasan yang dapat menunda pelaporan dan pencatatan tanggapan, dan kegagalan untuk mengenali tanda-tanda dan gejala yang terkait dengan insiden serius. Alat untuk diagnosis dini demam berdarah (“Peralatan Diagnostik Dengue”) mungkin memiliki keterbatasan, tidak hanya bagi pihak berwenang yang mengelola klinik pasien, namun juga untuk meningkatkan komunikasi risiko dan manajemen risiko. Keterlibatan masyarakat dan partisipasi aktif. Pada dasarnya, promosi program kesehatan di berbagai tingkatan, tidak hanya di rumah sakit dengan peralatan canggih, tetapi langsung di masyarakat.

Sementara itu, Siti Nadia Tarmizi mengatakan pemanasan global dan El Nino yang melanda Indonesia akhir-akhir ini menjadi faktor penyebab penyakit DBD di masyarakat.

“Sejak El Nino berganti dari musim kemarau panjang menjadi musim hujan, penyakit DBD meningkat,” ujarnya.

Menurut Nadia, cuaca yang lebih hangat mempercepat siklus hidup nyamuk dari telur hingga dewasa.

Sebelumnya, Pambudi Imran, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan, memberikan keterangan serupa. Menurutnya, nyamuk lebih sering menggigit saat cuaca panas dan kering.

“Pada suhu 30 derajat ke atas nyamuk lebih sering menggigit, 2,5 kali lebih sering, sehingga saat suhu tinggi lebih sering menggigit,” kata Imran di Jakarta, Kamis (21/3).

Imran mengatakan, meskipun cuaca pada tahun 2024 kemungkinan akan lebih hangat dibandingkan tahun sebelumnya, namun tingkat curah hujan akan jauh lebih tinggi. Ia mengatakan hal itu berbahaya bagi semua orang karena meningkatkan keganasan nyamuk Aedes aegypti penyebab demam berdarah.

Menurut perkiraan Nadia, kasus DBD akan terus meningkat pada April 2024.

Di Jawa Barat, banyak penderita DBD yang mengalami gejala tidak biasa terkait penyakitnya. Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung (DINKES) Anhar Hadian mengatakan sebagian besar kasus DBD di Kota Bandung memiliki gejala yang tidak disadari.

Seperti yang Anda ketahui, gejala umum DBD yang harus diwaspadai adalah demam mendadak, sakit kepala, nyeri di belakang bola mata, mual dan muntah, mimisan atau gusi berdarah, ruam merah pada kulit dan otot, tulang dan persendian. Selain rasa sakit, muncul bintik-bintik merah di kulit korban.

“Gejalanya demam yang tak kunjung reda. Dan tidak ada gejala bintik merah. Itu yang perlu diwaspadai,” kata Anhar pada Selasa, 26 Maret 2024.

Ia khawatir gejala demam berdarah “baru” ini mirip dengan gejala flu biasa. Hal ini dapat membuat orang mengira bahwa gejala yang dialaminya hanyalah flu biasa.

Meski demikian, Anhar menjelaskan, terdapat perbedaan mendasar antara gejala pilek dengan gejala demam berdarah yang baru muncul.

“Jadi gejalanya demam. Dua atau tiga hari naik, turun sedikit, lalu naik lagi. Bedanya dengan flu, kalau flu, sambil diberi paracetamol, istirahat yang cukup dan makan sedikit.” banyak. membaik, jadi dua atau tiga untuk demam berdarah. Setelah beberapa hari tidak sembuh,” jelasnya.

Oleh karena itu, pola makan tersebut mengingatkan orang yang mengalami gejala demam yang tidak lebih dari dua hari untuk segera memeriksakan diri ke dokter.

“Waspada dua hari ini (dengan suhu yang fluktuatif). Segera bawa ke puskesmas. Jangan tunggu sampai parah,” sarannya.

Sebelumnya, ahli epidemiologi Dickie Budiman memperkirakan peningkatan kasus demam berdarah dengue (DBD) pada tahun 2024 bisa disebabkan oleh demam berdarah serotipe 2.

“Satu hal yang saya khawatirkan, dan salah satu hipotesis saya, kemungkinan besar demam berdarah terdeteksi pada serotipe 2 tahun ini,” kata Dickey, 1 Maret 2024. 

Keraguan tersebut menyangkut situasi di negara-negara ASEAN, salah satunya data dari Singapura yang menunjukkan serotipe 2 mendominasi serotipe demam berdarah. Penelitian menunjukkan bahwa demam berdarah 2 menyebabkan gejala yang lebih parah.

“Nah, sepertinya hal ini mungkin terjadi di Indonesia, dan jika memang terjadi, berarti tingkat keparahan demam berdarah tahun ini mungkin akan lebih tinggi, meski serotipe lain masih ada dalam jumlah yang sangat rendah,” imbuhnya.

Melihat kemungkinan tersebut, Dickey menyarankan pemerintah Indonesia untuk melakukan penelitian komprehensif seperti yang dilakukan negara maju.

Deteksi dan pemantauan dilakukan untuk mengetahui serotipe virus yang menginfeksi.

“Biasanya, negara-negara maju mencari serotipe yang menyebabkan infeksi (DBD), dan itu sangat penting secara epidemiologis. Dan saya menyarankan kita melakukan hal yang sama, sehingga kita memiliki petanya.”

 

 

Pengendalian penyakit demam berdarah dengue (DBD) memerlukan upaya komprehensif yang melibatkan pemerintah dan masyarakat. Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah menetapkan program penanggulangan DBD, antara lain introduksi nyamuk ber-Wolbachia di beberapa kota, kerja sama dengan swasta dalam vaksin DBD, dan edukasi masyarakat tentang 3M.

Imran Pambudi mengatakan, program nyamuk Wolbachia diterapkan di enam kota yakni Denpasar, Semarang, Bandung, Jakarta Barat, Bontang, dan Kupang.

Mereka menjelaskan, Wolbachia pada nyamuk Aedes aegypti merupakan bakteri alami yang dapat mengurangi replikasi virus dengue dan mengurangi kemampuan nyamuk menularkan demam berdarah. Imran mengatakan penggunaan bakteri Wolbachia aman berdasarkan penelitian yang dilakukan berbagai negara dan para ahli.

Selain itu, Imran juga menyoroti pentingnya mengembangkan inovasi lain untuk memerangi demam berdarah dengue, seperti vaksin demam berdarah. Saat ini tersedia dua vaksin, Dengvaxia, yang diberikan kepada anak berusia 9 hingga 16 tahun dengan skrining status serologis awal, dan vaksin Qudenga, yang dapat diberikan kepada populasi berusia 45 tahun tanpa skrining awal dan dua dosis.

Imran juga mencatat, vaksinasi demam berdarah sudah masuk dalam program daerah seperti Kalimantan Timur pada tahun 2023. Demam berdarah terus menjadi masalah kesehatan yang serius dan seringkali menyebabkan kasus parah (KLB) dan kematian di Indonesia dan negara lain. Di dalam dunia.

Tajandra mengutip WHO yang mengatakan bahwa pencegahan dan pengendalian demam berdarah sangat bergantung pada pengendalian vektor untuk mencegah penularan.

“Jika Anda sakit, belum ada obat khusus untuk membunuh virus dengue (DENV). Deteksi dini dan akses terhadap layanan kesehatan yang baik adalah kunci untuk menurunkan angka kematian, apalagi Indonesia dilaporkan terkena penyakit tersebut. 2018. Demam berdarah pada tahun 2030 Kita sudah mencapai target nihil kematian pada tahun 2018, sehingga pengendalian DBD harus komprehensif,” kata Tajandra.

Rekomendasi WHO bulan Desember 2023 menyerukan: Manajemen pengendalian vektor yang efektif – Memastikan ketersediaan laboratorium surveilans entomologi Manajemen kasus Meningkatkan surveilans kasus Komunikasi risiko dan keterlibatan aktif masyarakat 

 

Untuk mencegah DBD, Dokter Kesehatan Masyarakat Ngabila Salama mengingatkan lima hal berikut:

1. Kondisi hidup bersih dan sehat

Salah satunya dengan menjaga kerapian rumah dan menggantung pakaian karena dapat menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk.

2. Selesaikan layanan PSN 3M Plus

PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) 3M Plus menutup, mengeringkan dan mendaur ulang barang-barang bekas yang dapat menjadi genangan air. Hal ini juga berarti memelihara tanaman pengusir nyamuk seperti serai, lavender, rosemary dan ikan pemakan larva seperti cupang.

3. Jadikan 1 Rumah 1 Jumantic Samvarga

1 Rumah 1 Pastikan setiap rumah mempunyai petugas pemantau jentik (jumantik) melalui Program Kader Jumantik. “Kader Jumantik bertugas membunuh jentik nyamuk di sekitar rumah setiap Jumat pagi. Artinya 10 menit pukul 10.00 WIB dan minimal 10 minggu,” kata Ngabila melalui pesan singkat yang diperoleh bachkim24h.com.

3. Semprotkan nyamuk atau gunakan krim pengusir nyamuk

Nyamuk demam berdarah yang disebut Aedes aegypti aktif antara pukul 08.00 hingga 18.00. Nagbila menyarankan untuk menggunakan obat nyamuk semprot atau krim anti nyamuk secara terpisah.

4. Aktifkan PSN dalam 9 pengaturan

Pemberantasan nyamuk harus dilakukan di sembilan tempat, yaitu hidup dalam masyarakat yang sehat, mandiri, perumahan dan lembaga-lembaga publik, pendidikan, pasar, pariwisata, lalu lintas dan lalu lintas jalan, perkantoran dan industri, pencegahan sosial dan bencana, serta ketertiban pencegahan bencana.

5. vaksinasi DBD

Seseorang yang terkena demam berdarah bisa tertular hingga empat kali. DBD ada 4 jenis, saat ini Den 1,2,3,4.

Oleh karena itu, Nagbila menganjurkan vaksinasi untuk mengurangi keparahan infeksi demam berdarah.

“Jika sudah sembuh dari demam berdarah, setelah menunggu bisa langsung diberikan vaksin demam berdarah. Diberikan dua kali pada kelompok umur 6-45 tahun dengan selang waktu 3 bulan,” kata Kepala Dinas Kesehatan Tamanasari. RSUD. Jakarta.