Categories
Lifestyle

Cara Menghitung PPh 21 dan Contohnya, Pelajari Juga Regulasinya

bachkim24h.com, Jakarta Departemen Umum Pajak melakukan perubahan penting pada sistem penghitungan PPh 21 dengan menggunakan Rata-Rata Efektif Rate (TER) yang baru. Cara penghitungan PPh 21 akan menjadi perhatian utama dunia usaha dan karyawan di tahun 2024. Perubahan tersebut mengharuskan pelaku usaha memiliki pemahaman yang baik tentang cara menghitung PPh 21 sesuai kerangka penerapan terbaru. Proses ini tidak hanya mempengaruhi perhitungan pajak karyawan, tetapi juga dapat mempengaruhi sumber daya manusia dan strategi pengelolaan keuangan suatu perusahaan. 

Sistem baru ini memerlukan kehati-hatian dalam menghitung berapa besar pajak yang harus dipotong dari penghasilan seorang karyawan. Dengan menerapkan Average Effective Rate (TER), perusahaan harus memastikan perhitungannya dilakukan secara akurat dan sesuai ketentuan yang berlaku. Mengetahui cara menghitung PPh 21 dengan benar merupakan langkah penting untuk mematuhi peraturan perpajakan baru ini. Karyawan juga harus memahami bagaimana perubahan ini akan mempengaruhi pendapatan mereka dan bagaimana hal ini dapat mempengaruhi pendapatan bersih yang mereka terima setiap bulannya.

Karena perubahan ini, penting bagi semua pihak yang terlibat untuk memiliki pemahaman komprehensif tentang prosedur dan perhitungan mengenai cara penghitungan PPh 21 berdasarkan sistem tarif efektif rata-rata saat ini. Hal ini tidak hanya mempertimbangkan aspek teknis penghitungan, namun juga implikasi yang lebih luas terhadap pengelolaan pajak perusahaan, kebijakan kompensasi, dan pengelolaan sumber daya manusia secara keseluruhan.

Lebih lengkapnya bachkim24h.com pada Selasa (2/7) rangkum dari berbagai sumber berikut ini untuk memahami aturan dan cara menghitung PPh 21, beserta contohnya:

Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh 21) merupakan suatu bentuk pemotongan pajak yang menghitung penghasilan yang diperoleh Wajib Pajak orang pribadi atas pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukan di dalam negeri. Secara umum, PPh 21 erat kaitannya dengan sistem penggajian karyawan yang dijalankan perusahaan.

PPh 21 mempunyai penerapan yang luas dalam berbagai konteks, antara lain: Pekerja Resmi atau Pegawai/Karyawan: Termasuk penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan resmi dengan status pegawai tetap pada perusahaan. Pekerja sementara atau non-karyawan: mengacu pada pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan lepas atau layanan yang tidak terkait dengan status pekerjaan. Pekerja Serentak sebagai Pengusaha: Suatu situasi di mana seseorang melakukan suatu pekerjaan dan sekaligus bertindak sebagai wirausaha. Wajib Pajak Orang Pribadi Sebagai Pengusaha: Termasuk orang pribadi yang tidak hanya bekerja sebagai pekerja tetapi juga mempunyai usaha sendiri.

Penghitungan PPh 21 bisa berbeda-beda tergantung jenis pendapatan yang diterima. Berikut beberapa jenis perlakuan khusus yang berlaku: Penghasilan Pegawai/Pegawai Tetap: PPh 21 dikenakan pajak dengan tarif progresif tergantung besarnya penghasilan yang diterima. Penghasilan bagi pekerja/pegawai tidak tetap: Pengurangan pajak PPh 21 berlaku dengan tarif berbeda untuk pekerja kontrak atau tidak tetap. Penghasilan Menganggur/Bekerja: Bagi penerima penghasilan yang bukan merupakan pegawai tetap seperti kontraktor atau konsultan, tarif pajak PPh 21 berlaku sesuai ketentuan yang berlaku. Penghasilan pegawai yang dikenakan PPh final 21: Penghasilan tertentu seperti pesangon, pensiun, tunjangan hari tua, dan jaminan hari tua dapat dikenakan PPh 21 final yang tarif pajak finalnya berbeda dengan tarif pajak biasa.

PPh 21 Dalam mengelola pajak Anda, penting untuk memahami jenis penghasilan yang Anda terima dan tarif pajak yang berlaku sesuai peraturan yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Sistem penggajian yang terintegrasi seperti HRIS Mekari Talent memungkinkan perusahaan menghitung pajak dengan lebih efisien dan akurat sekaligus mematuhi peraturan yang berlaku di Indonesia.

Peraturan PPh 21 mengatur tata cara dan ketentuan penting mengenai pemotongan pajak penghasilan atas penghasilan pekerja Indonesia atau penerima penghasilan lainnya. Berikut pokok-pokok yang diatur dalam aturan PPh 21: 1. Wajib Pajak

Wajib Pajak PPh 21 adalah orang pribadi yang memperoleh penghasilan melalui wirausaha atau pekerjaan lain. Hal ini mencakup karyawan penuh waktu, kontraktor, dan individu lain yang menerima penghasilan dari pekerjaan yang dilakukan di dalam negeri. 2. Penghasilan kena pajak dan tidak kena pajak

Penghasilan Kena Pajak: Penghasilan yang menjadi dasar penghitungan PPh 21. Hal ini mencakup gaji, komisi, bonus, insentif, upah lembur, dan segala bentuk penghasilan lain yang diperoleh wajib pajak.

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP): Bagian penghasilan yang tidak dikenakan pajak atau dikenakan tarif nol. Besaran PTKP ditentukan oleh status perkawinan, jumlah tanggungan, dan status penerima penghasilan lainnya. 3. Pajak progresif PPh 21

PPh 21 dikenakan dengan sistem tarif pajak progresif, artinya semakin tinggi penghasilan maka semakin tinggi pula tarif pajaknya. Tarif pajak progresif ini diatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018. 4. Tarif pemotongan pajak penghasilan 21

Tarif potongan PPh 21 atau tarif pajak yang berlaku terhadap Penghasilan Kena Pajak (PKP) adalah sebagai berikut:

Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP): Rp50.000.000 atau kurang per tahun: 5% Rp50.000.000 hingga Rp250.000.000 per tahun: 15% Rp250.000.000 hingga Rp500.000.000 per tahun: 25% Rp500.000 atau lebih per tahun: 30%

Bagi wajib pajak badan (WP badan): Tarif pajak PPh 21 bagi wajib pajak badan adalah 25% dari penghasilan kena pajak.

Pemahaman yang jelas terhadap peraturan ini akan memungkinkan dunia usaha untuk memastikan bahwa pemotongan pajak PPh 21 mereka dilakukan sesuai dengan ketentuan mereka, dan memungkinkan wajib pajak untuk memahami bagaimana penghasilan mereka akan dikenakan pajak sesuai dengan kategori dan tarif pajak yang ditetapkan.

Penghitungan pajak penghasilan pasal 21 (PPh 21) dilakukan melalui beberapa tahapan penting. 1. Penetapan Penghasilan Kena Pajak (TIP):

PKP merupakan penghasilan bruto dikurangi dengan pengurangan penghasilan tidak kena pajak (PTKP). PTKP ditentukan berdasarkan status perkawinan, jumlah tanggungan, dan status penerima penghasilan lainnya. 2. Gunakan tarif PPh 21:

Tarif pajak PPh 21 diterapkan berdasarkan pendapatan tahunan. Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP), tarif pajaknya bersifat progresif. Dengan kata lain, semakin tinggi pendapatan Anda, semakin tinggi pula tarif pajak Anda. Misalnya tarif PPH 21 tahun 2024 adalah: Penghasilan sampai dengan Rp50.000.000 per tahun: Rp50.000.000 ~ Rp250.000.000: Penghasilan di atas Rp250.000.000 ~ Rp500.000: Rp500.000.000 per tahun: 30% PPh 21 Tarif pajaknya adalah 25%. 3. Hitung besarnya PPh 21 yang dipotong:

Setelah PKP ditentukan dan diketahui kisaran tarif pajak PPh 21, maka langkah terakhir adalah mengalikan PKP dengan tarif pajak PPh 21 yang sesuai dengan kisaran penghasilan tersebut. Contoh pendapatan karyawan:

Gaji bulanan Rp 15.000.000.

Perhitungan PPh 21: Langkah 1: Tentukan Penghasilan Kena Pajak (PKP)

PKP = Penghasilan Bruto – Dikurangi Penghasilan Bebas Pajak (PTKP)

Dalam contoh ini misalkan karyawan tersebut tidak mempunyai tanggungan keluarga dan PTKP-nya sekitar Rp 54.000.000 per tahun atau Rp 4.500.000 per bulan.

PKP = Rp 15.000.000 (pendapatan kotor) – Rp 4.500.000 (PTKP) = Rp 10.500.000 Langkah 2: Gunakan tarif PPh 21

Sesuai tarif pajak PPh 21 bagi Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP): Penghasilan sampai dengan Rp50.000.000 per tahun: 5% Penghasilan di atas Rp50.000.000 sampai dengan Rp250.000.000 per tahun: 15% Dalam contoh ini, PKP (Rp10.500.000) berada dalam kisaran 15%. . Kisaran biaya. Langkah 3: Hitung jumlah PPh 21 yang akan dipotong Jumlah PPh 21 = PKP x Tarif PPh 21 Jumlah PPh 21 = Rp 10.500.000 x 15% = Rp 1.575.000

Hasil akhir:

Jadi, dari penghasilan bulanan sebesar Rp15.000.000, besaran PPh 21 yang harus dipotong adalah Rp1.575.000.